Masih banyak sekali perilaku yang menunjukkan keegoisan masyarakat pengguna jalan. Mau cepat, mau menang sendiri, ugal-ugalan, tidak patuh aturan.Â
Bagaimana mengubah perilaku di jalan raya menjadi baik?
Kuncinya ada pada disiplin. Chaos di jalan raya adalah cerminan rendahnya disiplin masyarakat dalam berlalu lintas.Â
Kalau kita bandingkan dengan masyarakat di negara maju, tingkat disiplin mereka di jalan raya sangat baik. Pengemudi mobil akan memberi kesempatan pejalan kaki menyeberang. Ketika akan keluar dari jalan kecil pegemudi mobil akan menunggu sampai jalan di depannya kosong sebelum mereka belok. Kendaraan umum berhenti di halte. Meskipun jalanan padat, tapi pengemudi mobil tidak zig zag berganti-ganti jalur sembarangan.
Setiap berkunjung ke luar negeri saya sering kagum karena jarang sekali melihat polisi lalu lintas. Rambu lalu lintas dipatuhi meskipun tidak ada polisi berjaga-jaga. Polisi lalu lintas di sana mengandalkan kamera elektronik (ETLE) untuk pelanggaran. Keponakan saya yang sedang sekolah di Adelaide, baru-baru ini menerima surat cinta dari polisi, berisi foto ketika mobilnya melaju di atas kecepatan yang diijinkan. Dendanya fantastis, AUD 395.Â
Membentuk disiplin perlu diajarkan dari kecil, dan diberi contoh yang baik. Jika sudah terbiasa disiplin di rumah lalu ditambah didikan disiplin di sekolah, diharapkan anak-anak akan berkembang dengan kebiasaan berdisiplin.Â
Mengajarkan disiplin perlu waktu panjang tidak cukup setahun dua tahun. Mungkin perlu 1 generasi untuk memperbaiki disiplin masyarakat Indonesia. Bukan hanya di jalanan, tapi juga aktivitas lain di ruang publik seperti membuang sampah di tempat sampah.Â
Faktor lain yang juga penting adalah peran instansi yang berwenang. Polisi tidak boleh menerima suap di pinggir jalan, penerapan sanksi tidak tebang pilih memberi privilege pada oknum-oknum tertentu, dsb. Jadi semua pihak harus menjalankan disiplin dan kejujuran.
Entah kapan bisa melihat tertib dan disiplin di semua lini kehidupan masyarakat negeri tercinta ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H