Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pasar Papringan, untuk Mereka yang Ingin Menengok ke Masa Lalu

7 Agustus 2024   08:31 Diperbarui: 7 Agustus 2024   10:58 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepingan bambu sebagai alat pembayaran/dokpri

Kami, suami dan saya, berkunjung ke pasar ini bulan Februari 2024. Sengaja menyempatkan berhenti dan menginap di Temanggung dalam perjalanan kami dari Malang kembali ke Bekasi, karena penasaran dengan pasar yang sedang ngehits menjadi destinasi wisata di Temanggung.

Pasar Papringan terletak di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Dari hotel tempat kami menginap, Front One Resort, perjalanan 25-30 menit dengan mobil. Lokasinya mblusuk ke dalam hutan bambu, melewati jalan kecil yang lebarnya pas 1 mobil dan 1 motor, jadi kalau dua roda empat berpapasan harus ekstra hati2 dan sabar untuk bergantian lewat. Mendekati lokasi pasar, ada pemukiman penduduk dan petugas yang mengatur parkir. 

Pasar ini buka dari jam 6 pagi hingga 12 siang, diadakan di hari Minggu Pon dan Minggu Wage. Jadi hanya 2x dalam sebulan. 

Dari tempat parkir yang sebenarnya adalah di depan deretan rumah-rumah penduduk dan masjid, terlihat papan penunjuk arah. Kami melewati jajaran perdu kopi memasuki area loket penukaran uang.

Kenapa dinamakan pasar Papringan? Karena terletak di dalam hutan bambu (pring) dan mata uangnyapun dari potongan batang bambu. Di pintu masuk kami harus menukar uang rupiah dengan Pring, 1 Pring senilai dengan Rp2000. Berbekal satu ronce Pring senilai Rp20.000 saya masuk ke dalam pasar.

Kepingan bambu sebagai alat pembayaran/dokpri
Kepingan bambu sebagai alat pembayaran/dokpri

Pasar ini sangat menarik dan membahagiakan. Menarik bagi pecinta kuliner, membahagiakan para pecinta lingkungan karena tidak ada limbah plastik di sini, memuaskan hobi fotografer dan pecinta konten. Penyuka kopi juga bisa merasakan kopi Temanggung yang cukup enak di lidah saya. 

Di bagian depan pasar adalah tempat para pedagang hasil bumi. Sayuran dan buah segar tertata di atas amben (bangku) dari bambu. Area berikutnya adalah area makanan dan minuman. Beragam jenis masakan ada di situ. Dan semuanya terlihat mengundang selera. 

Buah dan sayur hasil bumi/dokpri
Buah dan sayur hasil bumi/dokpri

Aneka sambal/dokpri
Aneka sambal/dokpri

Jika kompasioner ingin ke Papringan, baiknya datang di pagi hari selain karena pasar tutup jam 12, di atas jam 9 saja sudah pengunjung mulai ramai dan kemungkinan makanan yang ada sudah tak banyak pilihan. Banyak pengunjung yang datang membeli untuk dibawa pulang.

Oya, untuk yang ingin membawa pulang sebaiknya membawa tempat/wadah sendiri karena penjual tidak menyediakan plastik. Dan jika kulit anda sensitif terhadap gigitan serangga, anda perlu mengoleskan lotion anti serangga sebelum berangkat.

 

Dok pribadi
Dok pribadi

Lodeh iwak kali, favorit banyak orang/dokpri
Lodeh iwak kali, favorit banyak orang/dokpri

Melangkah menyusuri pasar, menapaki jalan berbatu-batu, mendengarkan obrolan ringan para pedagang dalam bahasa Jawa, saya membayangkan suasana pasar di jaman nenek kakek dan buyut saya. Mungkin seperti ini tapi dalam skala lebih luas, ada pedagang ikan, daging dan ternak.

Duduk di bangku bambu di bawah perdu hutan bambu yang menjulang tinggi ke langit, mendengarkan desau dedaunan bergesekan, tak ada suara selain bunyi serangga, saya menghirup kopi panas ditemani suami. Ah nikmatnya perjalanan kali ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun