Banyak hal menarik yang saya dapat dibuku ini. 19 cerita pendek tentang bagaimana mengelola keuangan menjadi kejutan yang terasa sangat berharga untuk dilewatkan. Mencoba mengingatkan kita bahwa dunia itu sesungguhnya dikuasai "Kemungkinan", bukan "Kepastian".
Menjaga rasa optimis yang wajar adalah sebuah kepercayaan dalam belajar mengelola keuangan. Bahwa peluang kita sesungguhnya besar untuk berhasil. Seiring waktu dengan hasil yang secara umum bagus progress-nya, meski di tengah-tengah ada penderitaan dan kegagalan. Harus menyadari bahwa jika ada hal-hal yang keliru, gagal, patah dan jatuh, adalah hal yang normal.
Optimisme merupakan kepercayaan bahwa peluang hasil yang baik akan ada seiring waktu. Meski ketika dalam perjalanan ke sana akan ada halangan. Menjadi orang yang optimis sama artinya dengan tidak mempercayai bahwa segalanya akan baik-baik saja. Karena jika sebaliknya, itu lalai namanya.
Sedangkan pesimisme, bisa mengurangi harapan, memperkecil kesenjangan antara kemungkinan hasil dan hasil yang kita suka. Itulah alasannya mengapa kadang pesimisme teramat menggoda.
Buku ini full dengan banyak saran. Namun, akan selalu ada perbedaan dengan apa yang seseorang sarankan dengan apa yang kemudian dilaksanakan. Ada prinsip-prinsip yang bisa diikuti tapi ada juga yang harus dikaji lebih dalam lagi. Jangan lupa, bahwa seringnya keputusan finansial bukan dibuat dengan niat memaksimalkan hasil, melainkan meminimalkan peluang yang mengecewakan. Karena ekonomi adalah cerita tentang siklus. Ada yang datang dan ada yang pergi. Saya sepakat untuk tidak pesimis. Bagaimana dengan anda?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H