Dan kembali buku ini mengingatkan hal yang esensial, bahwa resiko dan keberuntungan adalah 2 sisi koin yang sama. Jika kita salah dalam mengenali apa itu keberuntungan, apa itu keahlian, dan apa itu resiko, akan membuat kita menghadapi kesukaran dalam belajar mengelola keuangan dengan baik.
Membangun Kekayaan
Dalam salah satu bab dibuku ini kita kembali diingatkan akan perilaku finasial yang sederhana, tapi penting sekali. Menabung. Disebutkan bahwa jika sudah berada pada level melebihi tingkat pendapatan tertentu, perilaku seseorang akan terbagi menjadi 3. Mereka yang menabung, mereka yang tidak berfikir bisa menabung, dan mereka yang berfikir tak perlu untuk menabung. Pertanyaannya; anda, saya, masuk kategori yang mana?
Maka salah satu ide di bagian ini adalah bagaimana membangun kekayaan itu banyak berhubungan dengan tingkat tabungan. Bukan berhubungan dengan besarnya pendapatan dan hasil investasi ataupun bisnis. Dan jika anda memandang bahwa membangun kekayaan sebagai sesuatu yang memerlukan lebih banyak uang atau hasil dari investasi besar, boleh jadi akan membuat rasa pesimis. Jalan ke depan akan tampak berat, dan sulit untuk dikendalikan.
Kekayaan adalah hanya sekumpulan sisa, sesudah kita membelanjakan apa yang kita dapatkan. Maka pahami bahwa kita sesunguhnya bisa membangun kekayaan tanpa pendapatan yang besar, namun tidak bisa membangun kekayaan tanpa tingkat tabungan yang tinggi.
Masuk Akal/Rasional
Â
Hal paling penting yang saya dapat dari buku ini adalah sarannya untuk selalu rasional. Dalam hal keuangan, poin utama yang harus dipahami adalah kita ini manusia. Bukan tabel. Manusia yang bisa kacau dan emosional.
Mengapa begitu? Karena seringnya dalam mengelola keuangan itu kita akan benar secara teknis. Matematikanya ampuh diatas kertas. Strateginya masuk akal. Tapi menjadi tak masuk akal secara kontekstual. Perhatikan bias pada trading, bursa saham, dan prakiraan ekonomi. Karena hidup kadang tidak selalu konsisten.
Optimisme  dan Pesimisme
Â