Mohon tunggu...
Diana Dwi A
Diana Dwi A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sebelas Maret Surakarta

Memiliki hobi dalam bidang bisnis dan kewirausahaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dampak Nyata! Perilaku FoMO Mampu Mengubah Gaya Hidup Gen Z Sepenuhnya. Apakah Baik Atau Buruk?

29 Desember 2023   20:00 Diperbarui: 30 Desember 2023   09:52 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fear of Missing Out (FoMO) : Dampak Nyata Pada Perilaku Gen Z

Generasi Z atau yang dikenal sebagai Gen Z merupakan generasi yang lahir di antara tahun 1990-an dan awal 2010-an. Sejauh ini Gen Z merupakan generasi paling beragam dalam sejarah dengan rentang usia pada tahun 2023 yaitu antara 12 hingga 27 tahun, yaitu pada tahap perkembangan diri remaja hingga dewasa. Mereka juga dianggap sebagai penduduk digital karena lahir dan tumbuh di era teknologi digital yang serba canggih bersamaan dengan munculnya smartphone dan media sosial. Fakta bahwa mereka dilahirkan di era teknologi digital yang canggih memberikan dampak yang sangat besar terhadap sikap dan perilaku Gen Z, sehingga membuat mereka memiliki perbedaan dengan generasi sebelumnya yaitu lebih fasih terhadap teknologi, aktif bersosialisasi, ekspresif, dan mampu melakukan banyak inovasi.

Dengan menyediakan sumber informasi yang lebih dapat dipercaya dalam hitungan detik, Internet memenuhi kebutuhan komunikasi dan informasi kita. Situasi ini mendorong Gen Z memanfaatkan media sosial sebagai referensi dan sumber informasi dalam segala aspek kehidupannya. Media sosial digunakan Gen Z untuk berinteraksi secara online. Selain itu, pengguna dapat melihat video dan foto di perangkat mereka, berkomunikasi tanpa bertemu langsung secara fisik, dan memeriksa status pengguna lain.

Kemudahan mengakses internet melalui smartphone seiring kehidupan di era globalisasi telah menciptakan generasi yang bergantung pada internet. Kemudahan ini menjadikan internet sebagai sumber referensi paling utama dalam mencari informasi penting. Seiring denagn meningkatnya konektivitas global, perubahan generasi akan memainkan peranan penting dalam menentukan perilaku generasi ini.

Penelitian menunjukkan bahwa 98 persen anggota Gen Z memiliki smartphone atau ponsel cerdas. Dengan demikian, Gen Z dikenal mampu menghabiskan lebih banyak waktu secara online atau terhubung dengan smartphone daripada generasi sebelumnya dengan rata-rata yaitu 7 jam sehari. Berdasarkan survei databoks.kadata.co.id mengenai durasi penggunaan internet per hari berdasarkan kelompok usia pada tahun 2022, pecandu internet terutama dalam media sosial paling banyak berasal dari kalangan Gen Z.  Individu yang berasal dari kalangan generasi Z yang mengakses internet sekitar 7-10 jam/hari mencapai 20,9%. Sedangkan generasi milenial mencapai 13,7% dan generasi X hanya mencapai 7,1%. 

Seiring berkembangnya zaman, Gen Z mulai berinteraksi di media sosial seperti Instagram, Twitter, WhatsApp, YouTube, Facebook, dan TikTok. Seperti sekarang ini Instagram dan Tiktok merupakan platform paling popular dikalangan Gen Z. Mereka cenderung menikmati, berkreasi, dan terlibat dengan lebih banyak foto dan video yang disajikan oleh fitur-fitur aplikasi tersebut. Hal-hal yang bahkan tidak dapat kita lihat secara langsung mampu dengan mudah kita nikmati seperti liburan ke negara lain, tempat-tempat yang fantastis, atau konser yang dihadiri oleh artis terkenal mampu dikomunikasikan dengan japretan, video, dan gambar.

Keaktifan dalam mengakses media sosial dapat menimbulkan permasalahan dalam kehidupan manusia. Banyak remaja yang menggunakan smartphone karena takut kehilangan dan ketinggalan informasi penting yang sedang trend atau viral di kalangan remaja lainnya. Ketergantungan Gen Z terhadap media sosial mengubah fungsi dan cara kerja sebenarnya dari media sosial itu sendiri. Mereka menggunakan waktunya tidak hanya untuk mencari informasi yang mereka perlukan, namun juga secara tidak sadar melihat dan mengikuti gaya hidup orang lain seolah-olah mereka memang harus mengetahui semua kegiatan orang lain dan mengikuti apa yang mereka lakukan.

Secara tidak langsung, Fear of Missing out (FoMO) merupakan efek kecanduan penggunaan media sosial pada pengguna dan mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengatur diri. FoMO merupakan suatu kecemasan yang secara umum dirasakan oleh Gen Z dimana mereka memiliki rasa takut akan kehilangan pengalaman bermakna yang dibagikan oleh orang lain dan kebutuhan yang terus menerus untuk tetap terhubung dan tertarik pada pengalaman yang dibagikan oleh orang lain. FoMO dapat mempengaruhi kondisi seseorang jika orang tersebut dikatakan tidak gaul atau kekinian, tidak update, dan ketinggalan berita yang sedang diperbincangkan.

Gen Z yang mengaku ketergantungan terhadap media sosial menjadikan dirinya harus selalu terupdate dengan informasi-informasi baru setiap harinya. Ciri-ciri gaya hidup Gen Z yang mengalami sindrom FoMO adalah mereka menghabiskan banyak waktu di depan smartphone mulai dari bangun tidur hingga akan tidur, dan terus-menerus menggunakan media sosial bahkan di waktu luang. Mereka menganggap bahwa media sosial penting bagi kehidupan mereka.

Perilaku FoMO yang baru-baru ini terjadi dikalangan Gen Z adalah adanya Konser Blackpink. Pada bulan Maret 2023, Indonesia dihebohkan dengan kehadiran girlband Blackpink yang berasal dari Korea Selatan. Mereka menggelar konser yang bertempat di Gelora Bung Karno pada tanggal 11 dan 12 Maret 2023. Para remaja bahkan orangtua yang menyukai girlband tersebut saling berebut untuk mendapatakan tiket, bahkan rela membayar lebih mahal dari harga asli. Setelah konser, banyak orang mengetweet di aplikasi Twitter dan mengatakan banyak orang hanya menonton konser karena terbawa  suasana padahal bukan penggemar sejati. Banyak penggemar yang marah karena tidak mendapatkan tiket karena sudah terbeli oleh orang yang bukan fans Blackpink tersebut. Dalam hal inilah istilah FoMO muncul dan menjadi trending topik yang banyak dibicarakan di Twitter.

Selain itu tidak bisa dipungkiri bahwa TikTok merupakan aplikasi yang pastinya semua Gen Z miliki. Di platform ini menyajikan banyak sekali informasi terkini yang sedang diperbincangkan. Contohnya makanan yang sedang viral dan sangat diminati oleh para remaja yaitu Cromboloni. Karena sebuah video yang beredar di TikTok mengenai seseorang yang memakan Cromboloni, kemudian makanan tersebut pun ramai diperbincangkan. Orang-orang secara bersamaan mendatangi kafe-kafe yang menjual Cromboloni. Mereka bahkan rela mengantri berjam-jam hanya untuk sebuah Cromboloni yang jika dibandingkan dengan rasa dan ukuran tergolong cukup mahal. Semakin dikenal dan banyaknya selebgram yang mereview makanan tersebut, maka semakin banyak pula kafe atau toko yang menambahkan Cromboloni sebagai menu baru mereka. Gen Z yang memang tidak ingin ketinggalan hal-hal baru dan keinginan untuk mengikuti ke FoMO-an mereka kemudian ikut membelinya.

Perilaku FoMO ini membawa mereka pada gaya hidup hedonisme dan konsumerisme, dimana mereka dengan gampangnya menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang-barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok atau kebutuhan yang diperlukan. Mereka hanya mengikuti keinginan diri tanpa memikirkan dampak kedepannya.

Gaya hidup seperti ini seringkali disalahgunakan dan diabaikan oleh sebagian besar remaja khususnya Gen Z, yang cenderung menjalani gaya hidup mengikuti tren masa kini. Beberapa dari mereka menggunakan media sosial untuk mendapatkan informasi tentang minat, hobi, dan situasi terkini. Mereka tidak ingin ketinggalan oleh tren tersebut.

Rasa akan takut tertinggal bukanlah hal yang baik karena mampu memunculkan beberapa perilaku tidak sehat, meningkatkan tingkat stres, kecemasan yang berlebihan, dan dampak berbahaya lainnya. Ada banyak dampak yang ditimbulkan dari perilaku FoMO misalnya :

  • Menghabiskan terlalu banyak waktu di internet dan tidak dapat mengendalikan diri, sehingga jumlah waktu yang kita habiskan untuk bermain di internet terus meningkat.
  • Membuat individu secara terus-menerus membuka media sosial, mencoba mengetahui apa yang baru dan sedang trend, atau apa yang dikatakan dan dilakukan orang mengenai sesuatu sehingga Gen Z tidak mudah lepas dari smartphone.
  • Membagikan segala hal mengenai kita di media sosial tanpa memikirkan dampak kedepannya.
  • Secara terus-menerus memeriksa smartphone bahkan ketika di kelas, rapat, atau bahkan menonton film.
  • Individu yang mencoba menghabiskan lebih sedikit waktu di internet menjadi gelisah, murung, depresi, dan mudah marah.
  • Terpengaruh oleh pengalaman yang diperlihatkan oleh orang lain di media sosial. Untuk mencapai hal yang sama, Gen Z rela mengeluarkan uang dan membeli barang-barang mahal. seperti yang dimiliki atau dialami orang lain, meski sulit untuk membayarnya.
  • Merasa tertinggal ketika seseorang tidak bisa mengikuti beragam pengalaman orang lain di dunia maya.

FoMO akan menyebabkan seseorang bertindak di luar batas nalar dan kemampuan di media sosial. Selain takut tertinggal oleh berita yang beredar di media sosial, remaja yang menderita FoMo juga sengaja memposting foto dan teks yang belum tentu benar demi mengikuti berita terkini guna mengambil tindakan atau bahkan mempromosikan diri. ronisnya, banyak orang percaya ini hanya propaganda dan kebahagiaan di media sosial, padahal itu tidak nyata. FoMO memberikan dampak negatif terhadap kesehatan remaja dan menyebabkan penggunanya lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial dibandingkan aktivitas lainnya, karena lebih dari 57% orang menderita insomnia di malam hari dan 60% orang menderita kelelahan otak karena terus-menerus terhubung ke media sosial.

Dampak dari orang yang mengalami FoMO, mereka cenderung merasa stres dan cemas saat memakai media sosial. Pengaruhnya tidak hanya berdampak pada kesehatan mental seseorang tetapi juga lingkungan dan harga dirinya. Oleh karena itu, mereka yang memiliki FoMO tinggi lebih mungkin mengalami penurunan tingkat kepuasan hidup dibandingkan mereka yang tidak memiliki FoMO

Dengan begitu, fenomena FoMO yang terjadi pada Gen Z berdampak besar terhadap psikologis remaja. Oleh karena itu, penting bagi Gen Z untuk mewaspadai perkembangan teknologi agar tidak terhanyut oleh arus negatif tren yang terjadi saat ini. Internet, khususnya media sosial, semakin mudah diakses oleh Gen Z seiring dengan semakin canggihnya teknologi.

Daftar Pustaka : 

Annur, C. M. (2022). Durasi Penggunaan Internet per Hari menurut Kelompok Usia Responden. Diakses pada 18 Desember 2023, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/29/survei-pecandu-internet-terbanyak-dari-kalangan-gen-z

Imaddudin. (2020). FEAR OF MISSING OUT (FOMO) DAN KONSEP DIRI GENERASI-Z: DITINJAU DARI ASPEK KOMUNIKASI. Diakses pada 18 Desember2023,dari http://repository.ubharajaya.ac.id/5922/1/3.%20Imaddudin.pdf

Zega, Z. S. (2023). FOMO dan Generasi Z. Diakses pada 18 Desember 2023, dari   https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1258-fomo-dan-generasi-z

      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun