Perilaku FoMO ini membawa mereka pada gaya hidup hedonisme dan konsumerisme, dimana mereka dengan gampangnya menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang-barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok atau kebutuhan yang diperlukan. Mereka hanya mengikuti keinginan diri tanpa memikirkan dampak kedepannya.
Gaya hidup seperti ini seringkali disalahgunakan dan diabaikan oleh sebagian besar remaja khususnya Gen Z, yang cenderung menjalani gaya hidup mengikuti tren masa kini. Beberapa dari mereka menggunakan media sosial untuk mendapatkan informasi tentang minat, hobi, dan situasi terkini. Mereka tidak ingin ketinggalan oleh tren tersebut.
Rasa akan takut tertinggal bukanlah hal yang baik karena mampu memunculkan beberapa perilaku tidak sehat, meningkatkan tingkat stres, kecemasan yang berlebihan, dan dampak berbahaya lainnya. Ada banyak dampak yang ditimbulkan dari perilaku FoMO misalnya :
- Menghabiskan terlalu banyak waktu di internet dan tidak dapat mengendalikan diri, sehingga jumlah waktu yang kita habiskan untuk bermain di internet terus meningkat.
- Membuat individu secara terus-menerus membuka media sosial, mencoba mengetahui apa yang baru dan sedang trend, atau apa yang dikatakan dan dilakukan orang mengenai sesuatu sehingga Gen Z tidak mudah lepas dari smartphone.
- Membagikan segala hal mengenai kita di media sosial tanpa memikirkan dampak kedepannya.
- Secara terus-menerus memeriksa smartphone bahkan ketika di kelas, rapat, atau bahkan menonton film.
- Individu yang mencoba menghabiskan lebih sedikit waktu di internet menjadi gelisah, murung, depresi, dan mudah marah.
- Terpengaruh oleh pengalaman yang diperlihatkan oleh orang lain di media sosial. Untuk mencapai hal yang sama, Gen Z rela mengeluarkan uang dan membeli barang-barang mahal. seperti yang dimiliki atau dialami orang lain, meski sulit untuk membayarnya.
- Merasa tertinggal ketika seseorang tidak bisa mengikuti beragam pengalaman orang lain di dunia maya.
FoMO akan menyebabkan seseorang bertindak di luar batas nalar dan kemampuan di media sosial. Selain takut tertinggal oleh berita yang beredar di media sosial, remaja yang menderita FoMo juga sengaja memposting foto dan teks yang belum tentu benar demi mengikuti berita terkini guna mengambil tindakan atau bahkan mempromosikan diri. ronisnya, banyak orang percaya ini hanya propaganda dan kebahagiaan di media sosial, padahal itu tidak nyata. FoMO memberikan dampak negatif terhadap kesehatan remaja dan menyebabkan penggunanya lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial dibandingkan aktivitas lainnya, karena lebih dari 57% orang menderita insomnia di malam hari dan 60% orang menderita kelelahan otak karena terus-menerus terhubung ke media sosial.
Dampak dari orang yang mengalami FoMO, mereka cenderung merasa stres dan cemas saat memakai media sosial. Pengaruhnya tidak hanya berdampak pada kesehatan mental seseorang tetapi juga lingkungan dan harga dirinya. Oleh karena itu, mereka yang memiliki FoMO tinggi lebih mungkin mengalami penurunan tingkat kepuasan hidup dibandingkan mereka yang tidak memiliki FoMO
Dengan begitu, fenomena FoMO yang terjadi pada Gen Z berdampak besar terhadap psikologis remaja. Oleh karena itu, penting bagi Gen Z untuk mewaspadai perkembangan teknologi agar tidak terhanyut oleh arus negatif tren yang terjadi saat ini. Internet, khususnya media sosial, semakin mudah diakses oleh Gen Z seiring dengan semakin canggihnya teknologi.
Daftar Pustaka :Â
Annur, C. M. (2022). Durasi Penggunaan Internet per Hari menurut Kelompok Usia Responden. Diakses pada 18 Desember 2023, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/29/survei-pecandu-internet-terbanyak-dari-kalangan-gen-z
Imaddudin. (2020). FEAR OF MISSING OUT (FOMO) DAN KONSEP DIRI GENERASI-Z: DITINJAU DARI ASPEK KOMUNIKASI. Diakses pada 18 Desember2023,dari http://repository.ubharajaya.ac.id/5922/1/3.%20Imaddudin.pdf
Zega, Z. S. (2023). FOMO dan Generasi Z. Diakses pada 18 Desember 2023, dari  https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1258-fomo-dan-generasi-z
   Â