"Kemana dia?"Â
"Gilaaang?" Teriaku yang semakin bingung. Terus tanpa henti aku berteriak.Â
Tiba - tiba saja terdengar suara ibuku.Â
"Den, Denii!" Teriak ibuku sambil mengoyangkan badanku.Â
"Kenapa kamu? Dari tadi teriak teriak manggil almarhum adik kamu." Ibuku membangunkanku.Â
Aku terdiam, duduk di pinggir ranjang sambil menundukan kepala. Air mata pun tanpa di sadari menetes dari sudut mata. Ibuku memelukku dengan erat. Dia mengusap - ngusap rambutku sambil berusaha menenangkanku.Â
"Istigfar Den, ikhlaskan dia!"Â
"Dia sudah tenang dan bahagia di sisiNya." Kata ibuku sambil menitikan air matanya.Â
Akupun keluar kamar dan mengambil air minum. Sambil menghela nafas panjang aku mencoba menenangkan diriku.Â
Terlihat jam di handphone menunjukan jam enam pagi tanggal empat Desember. Tepat sepuluh hari lagi, setahun sudah Gilang adik bungsuku meninggalkanku kembali di sisiNya.Â
Adik kesayanganku, yang paling aku sayangi dan aku cintai. Tidak terasa hampir setahun yang lalu dia menghelakan nafas terakhirnya di Rumah Sakit. Pembengkakan pada jantungnya yang menyebabkan dia meninggal. Dia begitu ceria, anak yang rajin sekolah, dan begitu pintar yang kini telah di ambil kembali oleh sang Maha Kuasa.Â