Mohon tunggu...
Diana PutriArini
Diana PutriArini Mohon Tunggu... Psikolog - Diana Putri Arini

Penyuka filsafat hidup, berusaha mencari makna hidup agar dapat menjalani hidup penuh kebermaknaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebodohan dan Candu Agama

29 April 2021   20:05 Diperbarui: 29 April 2021   20:07 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Abad kegelapan 

Sebutan pada suatu zaman ketika ilmu pengetahuan dilumpuhkan, tidak ada inovasi dalam ilmu pengetahuan, kepercayaan Agama menjadi kuat bahkan membuta dengan menutup logika. Pada abad kegelapan, ada seorang tokoh gereja yang mengatakan penyihir adalah penyebab penderitaan dunia. Akibatnya banyak orang saling curiga, ketika terjadinya gagal panen penyebabnya adalah penyihir. Ketika terjadi penyakit disebabkan kutukan penyihir. Orang-orang saling curiga, saling menuduh orang yang sedikit nyentrik penampilannya sebagai penyihir. 

Dalam catatan sejarah terdapat pemusnahan penyihir yang dilakukan masyarakat dan tokoh agama. Entah dari mana ide untuk menentukan seseorang penyihir atau tidak ia harus ditenggelamkan ke danau, jika dia selamat, maka dia penyihir, jika mati dia adalah manusia. Witch hunt sebutan untuk saling tuduh menuduh antar warga sebagai penyihir. 

Orang-orang yang dituduh sebagai penyihir dibakar dan ditenggalamkan dengan cara yang sangat sadis. Padahal mereka hanyalah perempuan biasa yang kebetulan orang-orang iri padanya, karena mereka cantik, karena mereka pandai, karena mereka berbeda. Lebih sadisnya entah dari mana penjelasannya kucing hitam adalah jelmaan penyihir dan disimbolkan sebagai pembawa kesialan. Malangnya, kucing hitam yang tidak tahu salahnya langsung dibantai karena dianggap penyebab kesialan. 

Pada abad kegelapan, rasionalitas menghilang karena semuanya sudah dilimpahkan pada kepercayaan. Ketika terjadinya musim panceklik salahkan saja ulah penyihir jahat tanpa berpikir perubahan iklim, upaya yang dapat mengatasi kegagalan panen, produk yang dapat menggantikan panen. Bahkan ada suatu budaya yang tidak segan mengorbankan gadis perawan untuk dibakar atau diterjunkan sebagai tumbal pada dewa agar dewa tidak menghukum mereka dengan bencana.  Dari fenomena ini kita dapat melihat kemunduran berpikir manusia di wilayah tersebut, sehingga mereka lebih memilih menyalahkan orang lain ketimbang mencari solusi. 

Agama yang sifatnya mengatur tatanan manusia memperkeruh suasana dengan cara memprovokasi pengikut dengan ancaman neraka dan balasan surga. Para tokoh agama tidak berpikir perkataannya memiliki pengaruh besar. Sementara para pengikut langsung melakukan tindakan agresi berkelompok dalam rangka untuk membela keadilan. 

Itu terjadi pada zaman kegelapan....

Apakah di abad modern ketika manusia sudah bisa berpindah tempat melalui pesawat terbang masih menemukan pola berpikir yang terbelakang? Apakah masih ada kelompok orang yang menyakiti mahluk lain dengan alasan mereka adalah simbol kesialan di zaman ketika informasi dapat ditemukan dari sebuah ponsel? 

Nyatanya semuanya terjadi. 

Di abad modern ketika manusianya sudah bisa melek baca, listrik sudah ditemukan, manusia sudah pergi ke Bulan tetap saja ada sekolompok manusia primitif yang mempercayai mistik dibalut dengan kepercayaan agama. 

Alkisah ada sebuah wilayah dengan jarak 31,5 km dari ibukota Indonesia yaitu Jakarta, waktu tempuhnya dengan bus dapat dilalui sekitar 1 jam. WIlayah yang dekat dengan ibu kota asumsinya mendapatkan informasi yang lebih cepat, orang-orang terdidik, minimal di wilayah tersebut lebih diperhatikan oleh pemerintah pusat daripada wilayah di pulau jawa. 

Ada sebuah desa yang mengaku penduduknya selalu kehilangan uang. Entah berapa uang yang hilang, menurut kepolisian wilayah tidak ada warga yang melaporkan kecurian ataupun perampokan. Belum juga ada sensus yang jelas berapa kerugian yang dialami rata-rata warga, latar belakang warga yang kehilangan uang apakah berasal dari ekonomi tinggi, jam kehilangan serta variabel lainnya. Entah darimana kesimpulannya, seorang tokoh agama mengatakan ini ulah babi ngepet. 

Babi ngepet adalah bentuk ritual sesat seorang manusia yang mencuri uang dengan menjelma sebagai babi dalam waktu beberapa saat. Entah apa alasan babi ngepet mau ngepet di wilayah tersebut. Apakah wilayah tersebut kaya? kenapa tidak mencuri di bank saja dengan keuntungan jauh lebih besar daripada ngepet di rumah warga. Pernyataan ini diperkuat oleh seorang perempuan yang sudah mengobservasi tetangganya beberapa hari. Menurutnya tetangganya ini tidak bekerja, dia hanya dirumah namun dia bisa membeli barang-barang mewah. Perempuan ini mungkin tidak tahu di zaman dengan internet banyak pekerjaan menghasilkan uang dengan cara bekerja di rumah. 

Lebih konyolnya ketika mau menangkap babi, warga yang menangkap harus dalam kondisi telanjang. Aksi heroik dilakukan warga untuk menangkap babi hitam yang disangka babi ngepet dengan kondisi telanjang, katanya jika tidak telanjang si babi ini menghilang. Beberapa warga mengatakan melihat  perubahan dair manusia menjadi babi, hal ini diaminkan oleh warga lainnya, kabarnya saksi yang melihatnya ada sekitar 10 orang. Sang babi ditangkap, dibacakan doa. 

Warga mengaku merasakan keanehan karena tubuh si babi menyusut mengecil secara panjang dan berat badan. Salah satu tokoh agama berteriak bagi keluarga si babi silahkan untuk menjemputnya. logika ini aneh sekali, siapa keluarga babi? apakah harus menunggu bapak babi dan induk babi datang? Dalam kondisi di kurung tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman, mengalami berbagai penyiksaan tentu saja menjadi stressor bagi babi. Masyarakat lupa untuk memberikan makanan, toh dipikirannya mereka ini adalah mahluk jadi-jadian. 

Babi ini disembelih karena dianggap sesat tanpa diadili terlebih dahulu. Apakah sudah diselidiki lebih dalam pada hari itu siapa saja warga yang mengaku kehilangan uang? berapa kerugiannya? Tampaknya pertanyaan itu tidak terlintas dalam pikiran yang penting mereka bisa menumpas simbol kesialan dalam kampung. warga menunggu perubahan barangkali ketika disembelih terjadi keajaiban ala sinetron indosiar, sang babi kembali ke wujud asal manusia. namun tidak terjadi. 

Kasus ini menarik perhatian kepolisian setempat karena warga melakukan kerumunan, lebih parah lagi sebelum dieksekusi sang babi sempat menjadi tontotan warga untuk memperlihatkan pemeluk ajaran sesat menjadi babi dengan harga 2000. Polisi melakukan pemeriksaan ulang bangkai babi yang ternyata selelah diteliti adalah benar-benar babi. Mahluk yang dianggap babi ngepet secara harfiah adalah babi sungguhan.

Penyelidikan dilakukan lebih dalam lalu terkuaklah dalang sesungguhnya. 

Dia adalah tokoh agama yang menyerukan babi ngepet. 

Tokoh agama mendapatkan keluhan dari warga yang kehilangan uang, ia memiliki ide untuk menyelesaikan permasalahan warga dengan cara menumbalkan kesalahan ini pada simbol tertentu. Ia membeli babi dari komunitas pencinta hewan, ia memasang kalung dengan bentuk tasbih berisikan tulisan arab untuk menyakinkan adanya ritual tertentu. Babi yang tidak tahu apa-apa langsung dilepas di daerah yang sudah disiapkan. Beberapa warga yang polos berseru ada babi dan menganggap babi itu dalangnya, untuk menumpas kejahatan, mereka rela melepaskan malu dengan cara telanjang menangkap babi. 

Babi ini murni korban... 

Dia mati dengan cara mengenaskan setelah mendapatkan penyiksaan. 

Dalam literasi sejarah ditemukan banyak pembantaian, agresi dan ritual tumbal karena suatu ajaran tertentu. Agama adalah bentuk komoditi yang dapat diperjual belikan jika saja pemeluknya tidak jeli. Carl Max pernah mengatakan 'die religion, ist das opium des volkes' jika diterjemahkan maknanya kira-kira agama adalah candu bagi masyarakat. Pernyataan Carl Max adalah bentuk kritiknya terhadap hubungan kotor antara gereja dan pemegang kekuasaan yang terjadi di ranah agama dan politik. Para elit penguasa menggunakan agama sebagai penggerak rakyat untuk kepentingan mereka. 

Sama halnya sekarang. 

Fenomena babi ngepet yang heboh saat ini adalah representasi kecil di negara kita, bagaimana isu agama dapat dimainkan untuk kepentingan elit tertentu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun