Namun di sisi lain, ketika melihat fenomena DUFF dalam suatu geng pertemanan tak jarang orang lebih menyalahkan teman-teman dari sosok Duff, di mana teman-temannya seolah-olah hanya memanfaatkannya saja. Ya, bisa jadi seperti itu. Namun dalam konteks ini saya tak berniat menyalahkan sosok Duff atau malah membela teman-temannya, sama sekali tidak. Ibarat kucing yang diberi tulang ikan, si kucing pasti akan datang dan menikmatinya. Kurang lebih begitu lah awal mula persahabatan yang kurang sehat.
Sesama teman saling membutuhkan adalah wajar, menikmati apa yang diberikan oleh teman secara cuma-cuma juga adalah wajar, yang tak wajar itu adalah tak adanya hubungan timbal balik ketika seorang teman rela berkorban banyak untuk kelompok atau gengnya, namun yang dia dapat sama sekali tak ada, "Ah biar Tuhan aja yang membalas" itu mah beda lagi urusannya.
Menjadi sosok Duff bukan berarti terdiskriminasi dalam gengnya, namun orang yang terdiskriminasi dalam suatu geng biasanya adalah sosok Duff. Maka dari itu tak ada salahnya bagi kita untuk sedikit merenungkan siapakah diri kita dalam kelompok pertemanan kita ? dan sudah sehat kah gaya pertemanan yang kita lakukan selama ini?
Tangerang, 5 Februari 2018
Diana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H