Mohon tunggu...
Diana Lieur
Diana Lieur Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma orang biasa

No matter what we breed; "We still are made of greed"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berita Hoaks, Ujaran Kebencian dan Grup WhatsApp

12 Desember 2017   09:53 Diperbarui: 12 Desember 2017   10:16 2553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau jaman dulu orang harus sembunyi-sembunyi di tempat gelap untuk menuliskan ujaran kebencian di tembok atau mobil korban (pengalaman keluarga), maka jaman sekarang cukup dengan copy paste tulisan atau simpan gambar, kemudian sebarkan di group WA sebanyak - banyaknya. Bahkan tak usah malu-malu dengan identitas diri sendiri. 

Tak peduli bagaimana perasaan yang membaca ujaran kebencian tersebut. Si pelaku sepertinya akan memukul rata bahwa seluruh anggota group yang dituju adalah sependapat dengannya, atau memang sengaja dituju kepada anggota yang dianggap berbeda. 

Seperti ada kepuasan dalam diri setelah menyebarkan ujaran kebencian, malah semakin percaya diri ketika ada anggota group yang sependapat dan menanggapi tulisan tersebut. Herannya lagi adalah mereka seperti tak sadar dengan apa yang dilakukan bagaikan menelanjangi diri sendiri. Saya pernah merasa risih dengan kelakuan beberapa anggota group yang kerap kali menyebarkan tulisan dengan memancing perselisihan, yang tak lain dan tak bukan tulisan itu adalah berbau rasis. 

Seperti tulisan hoax dan ujaran kebencian yang pernah saya baca dari teman sendiri. Dengan memanfaatkan aksi yang berjilid - jilid, ada pesan berantai yang menghimbau bahwa mahasiswa yang non muslim dan berwajah tionghoa sebaiknya jangan keluar kost-kostn karena akan ada aksi penculikan yang dilakukan organisasi islam garis keras. 

Beberapa bulan lalu pun, dengan membawa isu PKI, ada pesan berantai juga yang mengatakan beberapa tokoh penting akan diculik oleh antek-antek PKI berwajah china, dibarengi dengan bejubel tulisan yang memancing perpecahan.

Hubungan pertemanan yang mulanya baik-baik saja bisa berujung pada rasa tak saling respek akibat tulisan yang tak ada artinya sama sekali. Ah tulisan tak ada artinya bagaimana maksudnya ? jelas tulisan seperti itu ada artinya dengan niat baik sebagai pemersatu. 

Duuuh, tulisan baik dari hongkong !!! bukankah kita tahu kalau niat baik pastinya harus disampaikan dengan cara yang baik juga. Sudah saatnya Indonesia untuk berbenah diri mengatasi Berita hoax dan Ujaran kebencian yang semakin banyak disebar dalam Group WhatsApp dan media sosial lainnya. 

Jika di Malaysia sudah membuat aturan ketat untuk menghentikan laju hoax dengan ancaman penjara bagi Admin yang membiarkan tulisan palsu beredar di group WhatsApp dan media sosial lainnya. Kapan Indonesia benar-benar akan bersikap tegas ? karena hal ini sama seperti peredaran narkoba. Jika yang dihentikan hanyalah bandarnya saja, itu sama saja membuka peluang bagi orang lain untuk menjadi bandar selanjutnya dalam bisnis haram tersebut. 

Tapi beda cerita dengan menghentikan dan menyadarkan para pengguna sebagai target utama, maka obat terlarang pun besar kemungkinan akan sepi peminatnya. Berita hoax dan ujaran kebencian pun sama seperti itu. 

Jika dengan memutus laju peredarannya maka tulisan-tulisan rombeng seperti itu pun semakin tak diminati oleh masyarakat. Sebab masyarakat sudah semakin pintar dan jeli memilih tulisan - tulisan berkualitas dan sudah terbukti kebenarannya. Akhir kata saya ucapkan terimakasih dan salam damai untuk Negeriku tercinta.

Tangerang, 12 Desember 2017
Diana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun