Mohon tunggu...
Diana Damayanti
Diana Damayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 7 FIA Universitas Islam Malang

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peluang Merdeka Belajar: Kembali pada Budaya Lokal sebagai Upaya Pemerataan Pendidikan

10 Mei 2022   22:19 Diperbarui: 10 Mei 2022   22:25 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerataan pendidikan sejatinya bukan wacana baru di tubuh pemerintahan Indonesia. Wacana pemerataan ini sudah bertahun-tahun ada dan terus bergulir. Pemerataan pendidikan sebagai wacana agar seluruh masyarakat Indonesia merasakan hal yang sama dalam hal pendidikan. Landasan pemerataan pendidikan mengacu pada Pembukaan UUD 1945 bahwa "mencerdaskan kehidupan bangsa" secara merata sudah hak bagi seluruh warga Indonesia.

Indonesia merupakan negara dengan banyak pulau dan daerah yang mana, masih ada daerah pedalaman yang tertinggal. Sehingga tidak heran jika masih ada beberapa daerah yang minim fasilitas, akses, dan tenaga pengajar. Di samping itu, faktor lain seperti angka putus sekolah, faktor ekonomi, psikologi, lingkungan dan sosial menjadi penyebab dari hambatan proses meratakan pendidikan. 

Proses pemerataan pendidikan di Indonesia memang mengalami jalan yang berlaku. Bahkan jika mengacu pada realitas di lapangan, pemerataan pendidikan saat ini belum maksimal dan terpenuhi secara merata. Tetapi bukan berarti pemerataan pendidikan itu adalah hal yang mustahil untuk dilakukan. Justru sebaliknya, wujud keseriusan dari pemerintah atas pendidikan termaktub dalam serangkaian program merdeka belajar.  

Namun, pemerataan pendidikan nampaknya tidak hanya jadi wacana semata. Keberadaan konsep merdeka belajar, saling beriringan dengan pemeratan pendidikan. Meratanya pendidikan di Indonesia akan memuluskan jalan aplikatif untuk merdeka belajar.

Merdeka belajar  merupakan konsep yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Banyak program yang menjadi representasi membebaskan bagi peserta didik. Konsep merdeka belajar ini jika aplikasikan dalam sistem pendidikan di Indonesia, diharapkan membentuk peserta didik yang berkarakter karena sudah terbiasa dalam belajar dan mengembangkan pengetahuannya berdasarkan apa yang ada di lingkungannya. 

Secara ringkas ada empat program utama dalam merdeka belajar diantaranya: kemudahan pembukaan program studi baru, perubahan sistem akreditasi perguruan tinggi, kemudahan perguruan tinggi negeri menjadi PTN berbadan hukum, dan hak belajar untuk mengambil tiga semester di luar program studinya. 

Tujuan dari merdeka belajar secara konkrit sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan dan lulusan, kebijakan ini dapat dijadikan rujukan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik atau student centered learning. Sehingga peserta didik akan memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan kreativitas, inovasi, kepribadian, dan kebutuhan masing-masing.

Merdeka belajar ini relevan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 bahwa Pendidikan nasional memiliki fungsi untuk pengembangan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Merdeka belajar juga dicetuskan untuk mendorong pembentukan kepribadian kepedulian pada lingkungan sosial masyarakat. Ketika peserta didik belajar langsung di lapangan akan mendorong menjadi terampil, percaya diri dan gampang beradaptasi terhadap lingkungan masyarakat. Sikap tersebut penting dikembangkan untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungan, terampil dan peduli pada masyarakat. 

Merdeka belajar secara aplikatif akan terlaksana jika terjadi pemerataan pendidikan di Indonesia. Konsep merdeka belajar harus dirasakan semua jenjang, di semua daerah, dengan seperangkat hal yang turut di dalamnya. Upaya pemeratan pendidikan dapat diwujudkan salah satunya dengan mengusung pendidikan yang berbasis budaya. Pendidikan yang berbasis budaya mengoptimalisasi peran merdeka belajar untuk sampai sekalipun ke pelosok seluruh penjuru Indonesia, menjamah semua golongan, ras, dan warga negara Indonesia secara umum. 

Pendidikan berbasis budaya akan memberi pemahaman secara spesifik pada semua golongan. Indonesia sebagai negara yang multikultural tentu sangat tepat mengadaptasi pendidikan berbasis budaya demi pemerataan pendidikan. 

Bukti kongkrit misalnya saja, peserta didik yang ada di ibu kota Jakarta, akan berbeda keseharian dengan peserta didik yang ada di pelosok pulau Sumatera, atau Kalimantan. Untuk menyamakan proses berpendidikan tentu tidak hanya selesai dengan pemberian subsidi pendidikan, beasiswa, atau penerapan sistem zonasi. Tetapi harus disesuaikan dengan keadaan budaya lokal di lingkungan setempat. 

Sebab perlu diingat bahwa salah satu faktor terbesar yang menyebabkan jadi penyebab belum meratanya pendidikan di Indonesia adalah tertinggalnya pendidikan didaerah terpencil atau pedalaman. Daerah yang terpencil sulit memperoleh akses lantaran masih tertinggal dari segala sektor, mulai dari infrastruktur, tenaga pengajar, hingga akses internet. Selain itu, setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yang biasanya  menjadi tolak ukur keberhasilan pemerataan pendidikan. Dengan alasan itulah maka peluang merdeka belajar ini akan terlaksana dengan pemerataan pendidikan yang mengusung konsep budaya lokal.

Pembelajaran berbasis budaya membawa budaya lokal mesti masuk sebagai bagian dari kurikulum merdeka belajar. Proses pembelajaran berbagai mata pelajaran di sekolah diseragamkan menurut kebudayaan daerah. Merdeka belajar yang memang sudah mengacu pada kebebasan pendidikan, akan sangat tepat dengan memasukkan unsur budaya di dalamnya. 

Dalam pembelajaran berbasis budaya, lingkungan belajar diupayakan sebagai lingkungan menyenangkan bagi peserta didik yang memungkinkan berpartisipasi aktif berdasar budaya yang sudah mereka kenal, sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Peserta didik akan merasa senang juga diakui keberadaan serta perbedaan, karena pengetahuan dan pengalaman budaya yang sangat kaya yang mereka miliki diakui dalam proses pembelajaran. 

Sementara itu, pendidik berperan memandu potensi peserta didik guna menggali beragam budaya yang telah diketahui, pendidik juga berupaya mengarahkan pada perkembangan budaya. Dalam praktiknya dibutuhkan juga bantuan dari orang tua sebagai teman belajar yang akan mengarahkan peserta didik sesuai dengan budaya lokal.

Pendidikan dengan berbasis budaya lokal ini perlu melibatkan semua elemen. Bukan hanya pendidik dan peserta didik yang terlibat. Tetapi juga dari segi pendanaan dalam hal ini APBD dan APBN, peran pemerintah daerah, serta dinas pendidikan secara intens dan maksimal. 

Pembelajaran berbasis budaya memproyeksikan pendidik untuk memasukan budaya lokal dalam proses memperkaya pemahaman peserta didik. Konsep budaya yang mencakup keunikan budaya lokal masing-masing di dalamnya mampu memperkuat pemahaman peserta didik dari materi yang diajarkan. Sejalan dengan hal itu, pembelajaran berbasis budaya ini tidak mengabaikan pembelajaran utama yang diberikan pendidik, melainkan saling menguatkan.

Pendapat ini diperkuat dengan pembahasan dari Junaidi (2020:11) bahwa Pembelajaran di Indonesia diintegrasikan dengan materi lokal dalam pembelajaran,agar dapat menciptakan suatu kehormatan dan keberagaman yang menjadikan kekhasan nasionalisme jati diri bagsa pada peserta didik melalui pemanfaatannya dengan fenomena yang digunakan dalam sumber belajar. 

Pembelajaran berbasis budaya lokal juga menjadi penguat dari merdeka belajar agar peserta didik lebih mengenal. Sehingga lingkungan tempat peserta didik menjadi penunjang bagi pemahaman materi yang diberikan oleh pendidik. Metode pembelajaran berbasis budaya lokal dilakukan dengan pemberian langsung oleh pendidik mengenai gambaran yang mudah dimengerti peserta didik.

Budaya lokal dikaitkan pendidik sebagai pendidik dalam pembahasan materi. Praktik pendidikan berbasis budaya lokal menjadi peluang besar jika dipraktekkan seiring dengan merdeka belajar. Peserta didik akan tertarik dengan konsep ini karena dalam proses memahami materi, proses pembelajaran, dan proses untuk melanjutkan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan budaya setempat.  Pada akhirnya pemerataan pendidikan akan tercapai dengan mengkorelasikan atau mengintegrasikan budaya lokal pada konsep filosofi pendidikan di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun