Mohon tunggu...
Diana Agustin
Diana Agustin Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 13 Depok

Seseorang yang senang bermimpi dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Journaling sebagai Kegiatan Mengenal Diri

2 November 2023   17:35 Diperbarui: 4 April 2024   11:50 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari kembali pada hal-hal klasik. Yup, salah satunya adalah menulis buku harian atau yang biasa disebut dengan Journalling. Mengapa menulis diary saat ini dikategorikan sebagai hal klasik? Karena zaman sekarang ini, jarang sekali orang- orang yang melakukannya, terlebih anak-anak usia sekolah.  Kegiatan Journalling atau menulis diary merupakan bagian dari self talk, yaitu metode berbicara dengan diri sendiri. Lewat Journaling, kita dapat mencurahkan seluruh isi hati dan apa yang kita rasakan ke dalam lembar-lembar tulisan, dengan demikian proses eksplorasi pikiran, memori, perasaan dan juga emosi dapat tersalurkan dengan mudah.   

Sebagai bagian dari self talk, menulis diary juga merupakan bagian dari proses mengenal diri. Saat mencurahkan pikiran, emosi dan perasaan ke dalam bahasa tulisan, terjadilah proses interaksi yang cukup intens  antara otak, emosi dan perasaan, sehingga kita akan jadi lebih mudah untuk melakukan refleksi terhadap diri sendiri tentang hal apa saja yang kita lewati dalam keseharian. Hal itu tidak hanya membuat kita semakin mahir dalam merangkai kata dan melatih kreativitas, menulis diary atau journaling juga sangat baik untuk kesehatan mental. Seorang ahli psikoterapis yang bernama Maud Purcell, saat kita membebaskan pikiran dan perasaan kita dan menuangkannya dalam bentuk tulisan, otak kiri kita yang cenderung bersifat rasional dan analitis akan sibuk berpikir, sementara pada waktu yang bersamaan, otak kanan kita yang cenderung kreatis, sensitif dan intuitif akan tetap “ berkelana", dan ketika kedua aktivitas otak yang saling bersinergi tersebut sangat baik untuk  perkembangan menghilangkan mental’s block (hambatan mental) pada diri kita. Proses menghadirkan pikiran dan perasaan dalam kehidupan sehari-hari akan lebih mudah kita raih ( mencapai mindfulness). Sayangnya, banyaknya orang-orang zaman now, khususnya anak-anak usia sekolah yang tidak menyadarinya. Mereka menganggap menulis diary atau jurnaling adalah kegiatan yang buang-buang waktu dan tidak asyik.  Tidak bisa dipungkiri, perkembangan akses internet dan sosial media ( seperti tiktok, Instagram, youtube, dan sebagainya) yang begitu massif, menjadikan otak dan perasaan kita jadi lebih mudah terdistraksi. Ibarat sebuah dopamine yang menjadikan otak kita kecanduan, kita akan jadi lebih mudah  menyerap apa yang kita lihat dan dengar, mulai dari gossip artis, berita viral, sampai isu politik. Dan tanpa kita sadari, jika dalam keseharian waktu kita lebih banyak  dihabiskan untuk menikmati sosial media, maka muncul dampak-dampak negatif dalam diri kita yang berakibat buruk bagi kesehatan mental seperti munculnya rasa ketidakpuasan terhadap  diri sendiri dan tidak bersyukur karena terlalu sering melihat postingan orang lain, munculnya keinginan membanding-bandingkan dengan kehidupan orang lain hingga menyebabkan munculnya depresi dan kecemasan. Oleh karena itu, dengan kembali pada journaling, secara tidak langsung kita telah “kembali pada diri kita sendiri. Kembali pada refleksi pikiran, perasaan dan luapan emosi yang melingkupinya. Dengan demikian, hati kita akan menjadi lebih tenang, stress berkurang, selain itu juga dapat meningkatkan daya ingat kita.

Journaling atau menulis diari adalah kegiatan mudah yang dapat dilalukan kapan saja dan di mana saja. Kita dapat memulainya dari menulis keseharian yang kita lewati di hari itu, termasuk hal-hal membahagiakan yang membuat kita bersyukur  dan berterima kasih kepada Sang Pencipta, doa dan harapan yang ingin kita raih, kejadian-kejadian yang kurang menyenangkan ataupun dengan menuliskan topik tertentu yang kita minati. Dengan melakukan refleksi diri lewat tulisan, kita dapat  menentukan langkah untuk melakukan perbaikan diri (self recovery) atau menemukan jati diri (self discovery).  Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika kita mulai mengajak anak-anak kita ( termasuk peserta didik) untuk membiasakan diri  menulis diary atau journaling mulai dari sekarang. Mari kita kembali pada hal-hal klasik yang tidak hanya asyik tapi juga memiliki efek psikologi yang fantastis, yaitu journaling.

Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam melakukan journaling :

1. Memilih media jurnal. Menulis diary atau jurnal tidak harus dilakukan di buku. Kita bisa menggunakan laptop, ataupu aplikasi pada     telepon pintar.

2. Pikirkan apa yang akan ditulis dalam jurnal.

Buatlah daftar tentang topik apa yang ingin ditulis dalam jurnal. Misalnya aktivitas keseharian, doa dan harapan, goals yang ingin dicapai, atau perasaan ( uneg-uneg) yang ingin ditumpahkan.

3. Tulis dengan bahasa sendiri. Tidak perlu bagus ataupun puitis, yang penting kita bisa menyampaikan pikiran dan perasaan kita dengan kalimat yang jelas dan efektif.

4.Luapkan apa yang kita rasakan dan pikirkan sebebas-bebasnya.

Dalam melakukan journaling, kita tidak perlu kaku dalam menyampaikan bahasa pikiran, perasaan dan juga emosi. Ungkapkan semuanya sesuai dengan alur pikiran kita ( tidak perlu secara sistematis) sampai kita merasa lega dan puas.

5. Buat jadwal rutin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun