Tak ada yang pernah membayangkan bahwa pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Belanda akan kembali lagi ke bumi pertiwi. Kedatangan pasukan Belanda yang dinamakan Netherlands-Indies Civil Administration (NICA) tersebut membonceng tentara Sekutu yang bertujuan ingin melucuti tentara Jepang yang masih tertinggal di Indonesia. Belanda akhirnya berhasil menduduki Kota Jakarta pada akhir Sepetember 1945.
****
Pagi itu cuaca Kota Jakarta begitu cerah. Suasana ibukota negara yang masih seusia orok itu sangat damai. Terlihat warga melakukan aktivitas sehari-hari dengan tenang. Namun siapa sangka, tiba-tiba ketenangan mereka dikejutkan dengan suara desingan mesin pesawat terbang yang berlalu-lalang di langit. Bahkan beberapa diantaranya sempat memuntahkan peluru. Apakah tentara sedang melakukan latihan perang? Begitu mereka bertanya-tanya. Namun pertanyaan tersebut langsung disangkal begitu saja karena peluru dimuntahkan beberapa kali.
"Duh, Gusti Allah! Ini bukan latihan perang, ini perang yang sebenarnya!" pekik salah seorang warga, dan sontak seluruh warga yang sedang sibuk dengan aktivitas tersebut segera berlomba mencari tempat berlindung yang aman. Mereka pun segera mengenali siapa yang melakukan penyerangan. Bendera merah putih biru terlihat jelas di badan pesawat tempur. Siapa lagi kalau bukan Belanda?
"Perang, perang!" teriak warga berhamburan mencari tempat berlindung. Suasana kota yang tadinya aman dan tentram berubah menjadi hiruk-pikuk warga. Segera saja, setelah aksi pesawat tempur Belanda yang mengacaukan Jakarta, situasi pun mencekam.Warga kembali dihantui ketakutan mengenai peperangan dan penjajahan.
Pasukan Belanda yang pada awalnya mengaku bermaksud membantu tentara Sekutu melucuti tentara Jepang yang masih tertinggal di Indonesia, khususnya Jakarta. Namun pada kenyataannya mereka melupakan tugasnya. Pasukan Belanda justru begitu buas melakukan aksi teror pada penduduk Indonesia. Penduduk yang pro kemerdekaan dimusuhi, dan bahkan diserang atau disiksa. Salah satu tindakan anarkis adalah perintah menelan lencana merah putih bagi penduduk yang mengenakannya, dan lain sebagainya. Para pemimpin pun tak lepas dari incaran Belanda. Bahkan Presiden Soekarno pernah beberapa kali mengalami percobaan pembunuhan. Situasi Jakarta sangat tidak kondusif. Ibukota RI dalam keadaan darurat. Bahkan beberapa hari kemudian, Jakarta sepenuhnya telah dikuasai oleh Belanda.
Belanda mengambil alih kekuasaan dan menerapkan segala peraturan. Jam malam diberlakukan, dan mereka sibuk melakukan patroli untuk menangkap para penduduk yang dianggap membangkang yang mereka sebut sebagai ekstrimis-ekstrimis. Kerusuhan terjadi di beberapa tempat. Presiden beserta para pejabat baru dibuat tak berkutik karena saat itu kekuatan personil militer RI juga baru dibangun sehingga tak kuasa melawan personil militer Belanda yang jauh lebih modern. Meskipun demikian semangat perjuangan terus membara di dada seluruh pejuang agar RI tak kembali jatuh ke tangan penjajah Belanda. Segala upaya akan dilakukan demi kejayaan ibu pertiwi.
Berita mengenai sepak-terjang Belanda yang bertingkah dan menguasai Jakarta sampailah kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Raja Kasultanan Yogyakarta itu pun mengelus dada dan merasa sangat prihatin. Mengapa Negara Indonesia yang baru berusia sebulan harus kembali terkoyak? Indonesia dahulu merupakan negara tetangga Yogyakarta dan kini Yogyakarta telah menjadi bagian dari Indonesia.
Sri Sultan HB IX tidak mau tinggal diam. Pada tanggal 2 Januari 1946, diutuslah kurir untuk menyampaikan surat yang isinya adalah usulan Sri Sultan HB IX agar ibukota RI dipindahkan ke Yogyakarta. Selanjutnya beliau juga menyatakan kesediaannya untuk membantu segala hal yang dibutuhkan RI. Itulah bukti betapa besar cinta Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada RI. Dan usulan yang sangat brilliant itu langsung diterima oleh Presiden.
Namun kesediaan Presiden untuk menerima usulan dari Sri Sultan HB IX tersebut bukannya tanpa pertimbangan. Presiden berpikir bahwa Yogyakarta merupakan daerah yang paling siap menerima kemerdekaan RI. Yogyakarta yang merupakan salah satu provinsi di Negara Indonesia, sebelumnya merupakan sebuah kerajaan yang merdeka. Kasultanan Ngayogjakarta Hadiningrat dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana bernama Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Selama Indonesia dijajah oleh kolonial Belanda, Yogyakarta memiliki andil yang luar biasa tentang kemerdekaan RI. Yogyakarta selalu memberikan bantuan dan dukungan.