Anak perempuan keduanya, karena tidak dianggap pandai benar, maka ia pun sudah lama meninggalkan raja tersebut, jauh sebelum anak pertama meninggalkannya, saat ia masih berumur belasan tahun, atau masih sekolah menengah pertama.
Anak ketiganya, yang merupakan seorang lelaki, juga dianggap produk gagal karena tidak bisa memenuhi keinginannya untuk menjadi seorang pegawai kantoran, anak lelaki itu lebih memilih hidup bebas, dengan kerja sesuai keinginannya. Maka setelah pertengkaran pun anak lelaki itu meninggalkannya.
Begitupun anak-anaknya yang lain.
Cucu-cucunya pun tidak ada yang berani mendekatinya, karena rata-rata dilarang oleh orang tua mereka. Lagipula setiap kali cucunya mendekat, kata-kata yang tidak enak sering terdengar di telinga orang tuanya, atau anaknya sendiri, atau menantunya, yang mengatakan bahwa mereka hanya mendekat kalau butuh uang, hanya kalau butuh sesuatu, atau yang lainnya.
Maka raja tersebut selalu merasa anak-anaknya selalu meninggalkannya, tidak merawatnya. Sedangkan anak, menantu, dan cucunya selalu menganggap kalau raja tersebut sangat sulit didekati, karena setiap kali didekati, selalu keluar kata-kata yang tidak enak.Â
Waktu berlalu dengan cepat, hartanya semakin lama semakin bertumbuh namun harta tersebut tidak bisa dimanfaatkan oleh keluarganya justru ia gunakan untuk kesenangan pribadinya memberikan pinjaman kepada orang-orang yang meminjam kepadanya yang entah pinjaman itu kembali atau tidak yang penting peminjam tersebut menyanjungnya setinggi langit dan menyetujui apapun yang dilakukannya, ataupun memberikan uang tersebut kepada selir-selirnya baik yang lama atau yang baru dinikahinya asalkan selir tersebut menyenangkannya. Dan itu, semakin membuat permaisuri, anak, menantu, dan cucu semakin marah dan menjauhinya.
Karena kejadian itulah, bagai sebuah siklus setan yang tidak terputus.Â
Prang..! Sebuah cangkir teh yang ada di samping raja itu tiba-tiba disambar oleh tangannya, membuatnya jatuh berkeping-keping di lantai.
Raja pergi berjalan-jalan jauh meninggalkannya.Â
"Kenapa semua hanya mengejar hartaku dan kekuasaanku? Kenapa jika itu tidak ada, semua meninggalkanku? Kenapa ketika aku mencari kesenangan untuk diriku sendiri, mereka tidak terima?"
Kang Juned itu diam saja, dan sang raja itu pun juga sepertinya tidak ingin menerima jawabannya.