"Ssah! Lagi pada ngobrol apa sih? Penting, ya, gitu?" potong Meiga akhirnya, wanita cantik yang sudah menikah, yang mengenakan jilbab dan baju lurik coklat, sambil mengerjakan tugas di laptopnya.
Sedangkan Dwi, wanita yang mengenakan kebaya dari bahan seragam yang sama dengan Aji, hanya tersenyum memperlihatkan gigi-giginya.
"..Eh," kata seorang guru lelaki lain yang berjalan masuk terburu-buru dari pintu masuk, sambil membawa kertas, Â "Kenanga, kamu dapat tugas dari sekolah untuk menjadi guru pengganti, mengajar mata pelajaran kimia di jurusan teknik." kata orang tersebut, setelah dekat dengan mereka.
"Hah..? Kok Aku, Rud?" tanya Kenanga bengong.
"Ya, ini udah keputusan! Nama-nama yang tertulis di sini adalah calon guru pengganti kimia sementara, sebelum kedatangan guru kimia baru yang sebenarnya, karena kepindahan salah satu guru kimia kita kemarin."
Kenanga mengambil kertas yang dibawa oleh Rudi, "Kok diantara gerombolan ini, cuma aku sama kamu Rud, yang lain mana?" tanya Kenanga lagi.
"Sorry..aku sudah menolak dengan halus. Aku bilang aku bersedia, tapi aku tidak ahli.. jadi ya.. aku tidak jadi guru pengganti." kata Meiga sambil mengedikkan bahunya, acuh tak acuh.
"Aku juga iya..." kata Dwi
"Nah, jamku sudah full ..jadi aku juga nggak!" kata Triyan.
"Aku lebih nggak mungkin lagi, aku guru bahasa, masa ngajar Kimia..?" kata Aji.
"Nah, berhubung yang lain sudah menolak, mau minta guru senior juga tidak mungkin, ngapain, karena ada guru junior yang bisa dimanfaatkan, dan kandidat pengajar guru yang ahli kimia juga terbatas, jadi kamu wajib menerima!" kata Rudi lagi sambil menatap Kenanga sambil tertawa, yang tawanya seolah tawa mengejek karena ada seorang guru yang diberi tugas yang membuatnya menderita, namun juga tawa bangga karena tidak semua guru mampu melaksanakan tugas tersebut.