"Nah, kalau makanan tradisional seperti ini saya suka." Kata pemimpin sekolah, sambil membuka maskernya, mengambil sebuah lemper, mengupasnya, lalu menikmatinya.
Kami semua akhirnya ikut duduk sejenak menemani pemimpin sekolah.
"Pada sehat semua?" Tanya pemimpin sekolah lagi.
"Sehat Pak!" Kata kami hampir bersamaan.
"Oh ya, kemarin bisa cerita sedikit  Alia, bagaimana bisa menemukan ide membuat jenang nanas?"
"Jenang nanas? Ya.." aku berpikir sejenak. "Ya saya hanya berpikir kearifan lokal itu ya kearifan lokal. Dari bahan, proses, sampai rasanya harusnya lokal. Hanya mungkin perlu sentuhan teknologi. Makanya saya membuat jenang nanas. Makanan alami, bergizi, dan itu jenang nanas bisa awet selama beberapa bulan meskipun tanpa pengawet itu Pak." Terangku, langsung panjang lebar. Siapa yang tidak bangga produknya terpilih menjadi produk unggulan.
"Oh ya?! Gimana kok bisa?"
"Itu menggunakan teknologi rantai panas. Jadi jenang dikemas dalam kondisi panas, lalu setelah dikemas dipanaskan lagi untuk sterilisasi."
"Oh ya, gitu ya? Baguslah kalau begitu! Alia, selamat ya, kemarin juga sudah diangkat jadi ketua Unit Produksi, UP-nya sekolah."
"Oh iya, trima kasih Pak." Kataku tertawa..bingung, mau senang apa susah.
"Oh ya, sudah mulai dititipkan ke toko-toko ya produknya?"