Mohon tunggu...
Diana Wahyuningtias
Diana Wahyuningtias Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

mom of two yg suka masak, membaca dan makan.\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen: Cita-citaku? Jadi Artis !

20 September 2011   01:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:48 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Difa melempar ponselnya dengan kesal saat Mario usai menelpon. Ia kesal karena kekasihnya itu lupa pada hari ulang tahunnya! Ya jikapun tadi mario mengatakan ingat hari ulang tahunnya, namun apa artinya bagi Difa karena ada orang lain yang telah memberi ucapan terlebih dahulu dari pacarnya itu. Siapa lagi kalo bukan para kru dan pemain di lokasi tempatnya syuting striping ini. Surprise party, katanya. Tepat jam 12 malam! Liat saja besok pasti ramai jadi perbincangan di infotainment.

Difa masih cemberut, kesal pada mario meskipun paginya dia datang ke rumah Difa sambil membawa sebuket bunga lily segar dan sebuah cincin berlian sebagai kado ultahnya.

" Maafkan aku, Baby. Aku nggak tau bakal ada surprise party di lokasi syutingmu.." kata Mario merajuk saat menemui Difa. Tangannya menyerahkan kado yang telah dipersiapkannya untuk Difa sejak beberapa hari lalu.

" Harusnya kamu tetap datang. Itu kan malam spesial aku.." jawab Difa manyun, tangannya masih enggan menerima kado dari mario.

Mario menghela nafas. Acapkali Difa memang Sangat kekanakan, namun entah kenapa Mario tetap saja mencintai kekasihnya ini. Bukan karena dia artis. Tapi karena c.i.n.t.a. Dia suka semua yang ada pada diri Difa.

" Baby.. Selamat ulang tahun ya. Dan maukah kamu menikah dengan aku..? " lanjut Mario sambil berusaha membuka sendiri kotak kecil yang berisi sebuah cincin.

Difa speccless. Heran bercampur kaget nampak jelas tergambar di wajahnya yang imut, tak menyangka akan di lamar Mario di hari ulang tahunnya. Uh, sungguh-sungguh sebuah surprise party ini namanya! Bakal jadi berita besar buat para wartawan infotainment.

" Mungkin momentnya nggak tepat ya, baby.. "

" Ah..uh.. Nggak papa kok hunny.." wajah Difa langsung merona. Senyum manisnya mulai mengembang lagi. Mario merasa lega pacarnya yang disayangi itu sudah nggak marah lagi.
Apalagi kemudian Difa mengangguk malu-malu. Hati Mario langsung berbunga-bunga seperti dulu awal berjumpa dengan Difa.

" Kalo gitu ikut aku yuk. Aku ada kejutan lain buat kamu..." kata Mario sambil tangannya memegang Difa, tak sabar mengajaknya pergi.

Keduanya melaju diatas jalan raya dan tak lama kemudian tiba di sebuah perumahan elit. Perumahan itu nampak mewah dengan sistem cluster dan penjagaan satu pintu oleh satpam berseragam, serta fasilitas cctv. Hati Difa bertanya-tanya. Rumah siapakah ini? Setau dia rumah keluarga Mario bukan disini. Meski bingung, dia ikut saja saat Mario mengajaknya masuk ke salah satu rumah itu. Bahkan mario sendiri yang memegang kuncinya!

" Traraaaa.... !" ujar Mario bergaya bak menyambut tamu agung, saat pintu sudah dibukanya.
Difa masih terpana. Di dalamnya rumah itu makin terlihat elegan. Dengan furniture yang modern, wall paper yang anggun serta penataan yang sempurna. Difa sungguh merasa sangat nyaman berada disitu.

" Rumah siapa, Hun..?" tanyanya pada Mario, sambil matanya asyik berkeliling menikmati detail keindahan suasana rumah.

" Rumah aku.. Untuk kita"

Difa melotot. " Rumah kamu..? " tanyanya nyaris tak percaya. Mario kekasihnya yang tampan itu juga berprofesi sebagai artis, namun beberapa tahun terakhir dia sepi order. Jarang muncul di layar tancep, eh.. Layar kaca! Darimana dapet uang buanyaak untuk membeli rumah mewah ini, batin Difa meragu.

" Kenapa..? Nggak percaya aku bisa beliin kamu rumah seperti ini? Ini kan rumah idamanmu beb. Aku berusaha keras agar bisa mewujudkan impianmu. Apa sih yang enggak untuk kamu..." kata Mario setengah bercanda, tangannya mencubit kecil pipi Difa yang chubby. Difa tersenyum manis, tangannya dilingkarkan di lengan Mario. Manja.

Ya, Difa memang sudah lama memimpikan bisa tinggal dan menjadi ratu di rumah yang mewah. Walaupun dia artis namun ternyata penghasilannya mesti mengalah untuk diberikan kepada keluarganya yang membutuhkan. Ibu, bapak dan adiknya selama ini sangat menggantungkan hidup dari penghasilan Difa. Ia tulang punggung keluarga, dan Difa maklum.

Bapaknya dulu punya pekerjaan cukup mapan, sebagai teknisi di sebuah BUMN penerbangan. Namun saat ia SMP, bapaknya yang baik itu terkena musibah kecelakaan kerja. Tangannya terkena baling-baling pesawat saat sedang melakukan pengecekan kelaikan pesawat sebelum terbang. Sedang ibunya ibu rumah tangga, dan adiknya masih butuh banyak biaya.

Beruntunglah Difa cantik, dengan kulit bagai pualam, semampai dan berbakat. Kini ia bisa mengangkat derajat keluarganya menjadi lebih baik. Ya, walau impiannya untuk tinggal di rumah mewah harus di tundanya, ternyata Tuhan berkenan mengabulkan itu meski lewat Mario. Difa harus menikah dengan Mario agar dapat menjadi ratu sesungguhnya di rumah yang sedang dikaguminya ini.

Hatinya bahagia sekali. Lalu di peluknya Mario dan satu buah ciuman tambahan mendarat di pipi kirinya. Mario balas memeluk Difa, erat.

**********

Lagi. Dilihatnya di acara infotainment itu Mario menggandeng dan tertawa mesra dengan gadis berambut ikal. Difa meradang. Dia benci sekali. Rasanya ingin membanting saja teve 14" di depannya itu. Bagaimana bisa wartawan itu malah menampilkan mario dengan perempuan lain. Kemana rekaman-rekaman yang kemarin mereka ambil saat dirinya ulang tahun dan mengabarkan berita pernikahan?
Tangannya hendak meraih teve di depannya, saat sebuah tangan kekar berusaha menghalangi.

" Sudahlah... Sudahlah.. "
Difa melengos. Mukanya sangat marah. Lalu ia menatap lelaki disebelahnya,

" Itu Mario!! Aku tadi lagi nonton sinetronnya. Kenapa sekarang infotainment bilang dia punya pacar! Jelek orangnya. Aku nggak suka!" kata Difa ketus. Lelaki disebelahnya hanya mengangguk.

" Kamu boleh nonton lagi, tapi tevenya jangan dibanting" ujar lelaki itu, lembut. Setelah dilihatnya Difa mulai melunak, lelaki itu kembali menghampiri tamunya.

" Maafkan saya Pak Hasan.. " kata tamu itu.
" Ternyata usaha kita belum menampakkan perkembangan yang berarti. Saya ikut berempati atas penyakit skizofrenia bu Hasan yang sudah akut" lanjutnya.

Lelaki yang bernama pak Hasan mengangguk
" Nggak apa-apa, dokter. Saya mengerti. "

ditatapnya lagi istrinya yang masih asyik menonton teve dan sibuk dengan dunianya sendiri. Skizofrenia telah membuat istrinya tak bisa membedakan antara kenyataan dan impian. Kali ini usahanya untuk memulihkan penyakit istrinya ternyata belum berhasil. Namun cinta pak Hasan pada istrinya akan terus menjadikannya semangat mendampingi dan menemani sang istri hingga sembuh.
-FIN-
pict : Google

[caption id="attachment_132291" align="alignleft" width="150" caption=""][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun