Mohon tunggu...
Dian Cahyadi
Dian Cahyadi Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Negeri Makassar

"Saya adalah pribadi yang simpel dengan logika yang praktis.....terkadang bagi praktis yang logika dengan simpel yang pribadi....adalah saya"

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Sebenarnya Seniman Itu Jagoan Matematika

8 Januari 2024   19:17 Diperbarui: 8 Januari 2024   19:23 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Andr Breton, penyair dan penulis Manifesto Surealis, memandang Albert Einstein sebagai tokoh yang sangat penting pada tahun 1922, mengakui peran signifikan Einstein bersama dengan Freud dalam memengaruhi aliran surealisme. Adaptasi JW Dunne terhadap teori Einstein tentang prekognisi dan psikologi memperoleh popularitas yang signifikan di kalangan seniman surealis, seiring dengan pengaruh karya-karya Priestley. Dunne, seorang penulis dan filsuf Inggris, mengembangkan pemikiran yang berakar pada teori relativitas Einstein, khususnya dalam konteks waktu dan ruang. Teorinya mencakup konsep-konsep yang mencengangkan, seperti prekognisi atau kemampuan untuk mengetahui kejadian di masa depan.

Surealis tertarik pada konsep-konsep ini karena sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan tersebut, yang mengeksplorasi wilayah imajinatif dan bawah sadar. Pengaruh teori Einstein dalam karya Dunne dan Priestley meresap ke dalam dunia surealisme, membuka dimensi baru dalam seni dan sastra dengan mengeksplorasi aspek-aspek psikologis yang terkait dengan waktu dan kesadaran.

Kontribusi JW Dunne dan Priestley menggambarkan bagaimana ide-ide ilmiah, terutama yang terkait dengan teori Einstein, dapat menginspirasi dan membuka pintu bagi pemikiran kreatif dalam seni dan sastra. Inovasi dalam menggabungkan konsep-konsep ini dalam karya surealis menghasilkan ekspresi seni yang unik dan mendalam, menggugah ketertarikan dan refleksi tentang hubungan antara waktu, ruang, dan kesadaran manusia.

Konsep bahwa pengamat berdiri di pusat ruang dan waktu, sebagaimana diasumsikan oleh teori relativitas dan mekanika kuantum, menjadi dasar bagi penjajaran gagasan dan gambar, akal budi, dan nonsensical, telah memberikan sumbangan penting dalam pengembangan seni abstrak dan konseptual modern. Teori ini, yang dicetuskan oleh Albert Einstein dalam teori relativitasnya dan dikembangkan lebih lanjut oleh mekanika kuantum, merubah pandangan kita terhadap alam semesta.

Pemikiran bahwa pengamat tidak hanya sebagai penonton pasif tetapi juga sebagai partisipan aktif dalam konstruksi realitas telah menginspirasi seniman untuk menggali dimensi-dimensi baru dalam kreativitas mereka. Konsep ini membebaskan seniman dari keterikatan representasi realis dan membuka pintu untuk interpretasi yang lebih luas dan beragam. Sejak awal abad ke-20, seniman-seniman seperti Joan Miro, Pablo Picasso, dan Max Ernst merespon konsep ini dengan menciptakan karya-karya yang merefleksikan pemahaman mereka tentang perubahan paradigma dalam fisika dan filosofi.

Sejarah seni abstrak dan konseptual modern menjadi saksi pergeseran paradigma ini, di mana seniman-seniman mengeksplorasi imajinasi dan ekspresi yang tidak terikat oleh batasan konvensional. Hasilnya, seni menjadi sarana untuk menggambarkan ketidakpastian, kompleksitas, dan subjektivitas yang melekat dalam realitas. Dengan mengintegrasikan teori relativitas dan mekanika kuantum ke dalam kerangka pikir seni, pengamat diundang untuk melibatkan diri dalam proses interpretasi dan refleksi yang lebih mendalam, menciptakan hubungan yang erat antara ilmu pengetahuan dan seni.

Lukisan-lukisan yang dihasilkan oleh seniman surealis mencerminkan pengaruh ide-ide matematika terhadap persepsi alam semesta. Seniman-seniman ini tidak hanya terinspirasi oleh konsep-konsep matematika, tetapi mereka juga memanfaatkannya sebagai alat untuk mengungkapkan realitas yang lebih dalam dan abstrak. Dalam karya-karya mereka, konsep-konsep matematika seperti dimensi, pergerakan, dan ruang dipadukan dengan imajinasi artistik untuk menciptakan visualisasi yang unik dan menggugah pemikiran.

Melalui lukisan-lukisan mereka, seniman surealis menjelajahi ide-ide matematika multidimensional, seperti yang tercermin dalam garis sudut khas lukisan Picasso yang sangat dipengaruhi oleh konsep multidimensi. Lukisan-lukisan ini menciptakan suatu narasi visual yang menggambarkan kompleksitas alam semesta melalui penyebaran dan pergeseran bentuk-bentuk geometris. Konsep-konsep seperti perputaran atom, perjalanan waktu, dan distorsi ruang semuanya menjadi elemen-elemen visual dalam lukisan surealis.

Lukisan-lukisan seniman surealis menciptakan jembatan antara dunia matematika dan seni, menyajikan interpretasi visual yang menggabungkan ketelitian matematika dengan kebebasan ekspresi artistik. Dengan demikian, karya-karya ini bukan hanya sekadar lukisan, tetapi juga representasi visual dari pemikiran kompleks dan hubungan antara ilmu pengetahuan dan seni.

Lukisan-lukisan yang dihasilkan oleh seniman surealis mencerminkan pengaruh konsep matematika terhadap persepsi alam semesta. Karya seni tidak hanya menjadi wadah ekspresi artistik semata, tetapi juga menyatu dengan prinsip-prinsip matematika yang membentuk struktur visualnya. Contoh konkret dapat ditemukan dalam beberapa karya seni yang menonjol pada abad ke-20.

Salah satu contoh yang mencolok adalah lukisan Marcel Duchamp berjudul 'Nude Descending a Staircase' (1912) yang menggunakan elemen-elemen geometris untuk menyampaikan pergerakan dan dimensi dalam ruang. Gaya garis sudut yang khas pada lukisan-lukisan Picasso juga mencerminkan pengaruh gagasan matematika multidimensi, seperti yang dijelaskan oleh Miller. Lukisan Man Ray berjudul 'Polydres' (1934--1936) mengeksplorasi struktur geometris dengan pandangan matematis yang kreatif.

Karya Max Ernst berjudul '...sur le plan de la Physique' (1943). Max Ernst menciptakan sebuah visualisasi yang menghadirkan garis-garis berputar, yang secara jelas mengingatkan pada perputaran atom. Ernst, seorang seniman surealis terkenal pada abad ke-20, sering menggabungkan elemen-elemen ilmu pengetahuan dan alam semesta ke dalam karyanya, menciptakan simbiosis unik antara seni dan konsep-konsep fisika.

Garis-garis berputar dalam lukisan ini dapat diartikan sebagai representasi artistik dari gerakan atau perputaran partikel-partikel subatomik, menggambarkan dunia mikroskopis yang menjadi fokus dalam pemahaman fisika. Dengan menciptakan karya seni ini, Ernst tidak hanya merespon secara kreatif terhadap konsep fisika, tetapi juga mengundang penonton untuk merenung tentang hubungan kompleks antara seni, ilmu pengetahuan, dan struktur dasar alam semesta.

Selain itu, karya ini mencerminkan ketertarikan Ernst terhadap dunia surrealis, di mana imajinasi dan realitas bersilangan. Melalui simbol-simbol yang unik dan abstrak, Ernst berhasil menggambarkan konsep fisika secara metaforis, mengundang pemirsa untuk menjelajahi dimensi-dimensi baru pemahaman dan interpretasi. Dengan demikian, '...sur le plan de la Physique' bukan hanya sebuah lukisan, tetapi juga sebuah medium untuk menyampaikan ide-ide kompleks dan menghubungkan dua domain yang seringkali dianggap terpisah, yaitu seni dan sains.

 Pada tahun 1920, seniman Paul Klee memberikan sorotan penting terhadap peran gerakan dalam seni lukis, mengaitkannya dengan konsep gerakan yang mencirikan segala sesuatu di alam semesta. Klee, yang merupakan seniman dan teoretikus seni yang berpengaruh, memainkan peran signifikan dalam perkembangan seni abstrak pada abad ke-20.

Dalam pandangannya, Klee menganggap gerakan sebagai elemen kunci yang membentuk karakteristik utama dalam seni lukis. Ia tidak hanya melihat gerakan sebagai unsur fisik atau visual semata, tetapi juga sebagai ekspresi dari energi dan dinamika yang melibatkan seluruh alam semesta. Klee menghubungkan prinsip gerakan dalam seni dengan hukum-hukum alam dan fenomena-fenomena yang mengelilingi kita.

Pentingnya gerakan dalam seni Klee juga dapat dipahami sebagai refleksi dari pandangannya terhadap hubungan antara seni dan ilmu pengetahuan. Klee melihat seni sebagai bahasa universal yang dapat merangkul aspek-aspek abstrak dan konseptual dalam pemahaman manusia terhadap dunia. Dengan mengaitkan konsep gerakan dengan segala sesuatu di alam semesta, Klee menciptakan karya-karya seni yang tidak hanya memvisualisasikan keindahan, tetapi juga menyelami makna yang lebih dalam tentang sifat alamiah dan harmoni dalam dunia yang terus bergerak. Melalui pendekatan ini, Klee memberikan kontribusi berharga dalam memahami dan mengapresiasi seni lukis sebagai sarana ekspresi yang melibatkan pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip dasar kehidupan dan alam semesta.

Karya seni surealis menciptakan titik temu antara matematika dan seni, membentuk bahasa visual yang mencerminkan ide-ide kompleks melalui representasi artistik. Gagasan-gagasan matematika menjadi fondasi bagi struktur visual, menghasilkan lukisan-lukisan yang tidak hanya indah secara estetika tetapi juga memberikan wawasan mendalam terhadap hubungan antara ilmu pengetahuan dan seni.

Salvador Dali, melalui karyanya yang terkenal, seperti 'The Persistence of the Disintegration of Memory' (1952), menyajikan representasi ruang-waktu yang terdistorsi, mengambil inspirasi dari teori relativitas Einstein. Lukisan ini tidak hanya mencerminkan pengaruh matematika dalam konsep fisika modern, tetapi juga menggambarkan perubahan paradigma dalam seni yang membebaskan seniman untuk menyampaikan ide-ide kompleks melalui bahasa visual yang kreatif dan unik. Menampilkan jam bengkok sebagai representasi ruang-waktu yang terdistorsi, menciptakan gambaran yang membingungkan dan menggoda imajinasi. Kesemuanya ini menunjukkan bagaimana seniman-seniman ini terinspirasi dan memanfaatkan konsep-konsep fisika modern, khususnya teori relativitas Einstein, untuk menciptakan karya seni yang tidak hanya memukau secara visual tetapi juga merangsang pemikiran tentang alam semesta dan dimensi multidimensionalnya.

Fenomena banyaknya seniman yang terkesan lemah dalam ilmu matematika menciptakan lanskap kreatif yang beragam dalam dunia seni. Keterkaitan antara seni dan matematika telah lama menjadi subjek eksplorasi, terutama sejak konsep bahwa pengamat berdiri di pusat ruang dan waktu, sebagaimana dihipotesiskan oleh teori relativitas dan mekanika kuantum, memberikan landasan bagi perkembangan seni abstrak dan konseptual modern. Meski demikian, banyak seniman mungkin merasa kurang percaya diri atau tertarik pada aspek matematis dari pandangan ini.

Orientasi kreatif seniman sering kali menjadi penentu utama dalam memandu karya mereka. Beberapa seniman mungkin lebih terinspirasi oleh dimensi visual, emosional, atau filosofis seni, dan kurang cenderung terlibat dalam elemen matematis yang memerlukan pendekatan analitis. Gaya dan ekspresi pribadi juga memainkan peran sentral, dengan banyak seniman mengejar bentuk ekspresi yang bebas dan lebih menitikberatkan pada visualitas daripada pemahaman matematis yang rumit.

Persepsi subyektif terhadap matematika dapat memainkan peran penting, di mana beberapa seniman mungkin memiliki pandangan kurang positif terhadap mata pelajaran ini. Pengalaman pendidikan masa lalu atau metode pengajaran yang tidak sesuai dengan gaya pembelajaran mereka dapat memengaruhi kenyamanan seniman dalam mengintegrasikan elemen matematis ke dalam karya mereka. Seiring dengan itu, pentingnya pendidikan formal juga menjadi faktor yang memengaruhi sejauh mana seniman dapat menggali kedalaman konsep matematis.

Meskipun fenomena ini nyata, perlu diakui bahwa seni dan matematika tidak terbatas oleh batasan ketat. Banyak seniman telah berhasil menyatukan konsep-konsep matematis dan estetika dalam karya mereka, menciptakan keseimbangan harmonis antara dua dunia yang sering dianggap berbeda. Oleh karena itu, walaupun ada perbedaan dalam minat dan keterampilan matematis di kalangan seniman, lanskap seni yang beragam ini memperkaya ekspresi kreatif secara keseluruhan.

Kompleksitas hubungan antara seni dan matematika terletak pada sifat unik keduanya yang, meskipun berbeda dalam pendekatan dan tujuan, dapat saling melengkapi dan memperkaya. Seni sering dianggap sebagai bentuk ekspresi kreatif yang mewakili perasaan, ide, dan pandangan dunia, sedangkan matematika cenderung dianggap sebagai disiplin ilmu yang terfokus pada logika, pola, dan struktur.

Namun, seiring berjalannya waktu, terlihat bahwa garis pemisah antara seni dan matematika tidak selalu tegas. Sejumlah seniman telah berhasil mengintegrasikan konsep-konsep matematis ke dalam karya seni mereka. Misalnya, penggunaan proporsi, simetri, dan geometri dalam seni rupa adalah contoh nyata bagaimana prinsip-prinsip matematika dapat menjadi dasar bagi penciptaan karya seni yang estetis.

Pada tingkat yang lebih dalam, keduanya melibatkan proses kreatif dan pemecahan masalah. Seniman sering kali harus mencari solusi unik untuk menggambarkan ide atau konsep mereka, mirip dengan cara matematikawan menemukan pola atau teorema yang belum diungkapkan. Dalam hal ini, kompleksitas hubungan antara seni dan matematika menjadi jelas karena keduanya mendorong pemikiran kritis dan inovasi.

Penting untuk diingat bahwa pendekatan seniman terhadap matematika bisa sangat bervariasi. Beberapa seniman mungkin merasa nyaman dengan penggunaan konsep matematika secara eksplisit dalam karya mereka, sementara yang lain mungkin memilih untuk merasakannya secara lebih abstrak. Oleh karena itu, kompleksitas hubungan ini mencerminkan ragam pandangan dan pendekatan yang dapat ditemui dalam dunia seni dan matematika, menunjukkan bahwa batasan-batasan di antara keduanya tidak mutlak.

Pertama, perbedaan minat dan fokus seniman menciptakan variasi dalam pendekatan kreatif. Beberapa seniman lebih tertarik pada aspek visual, emosional, atau filosofis karya mereka, menghasilkan ekspresi yang lebih bebas dan kurang terkait dengan elemen matematis yang rumit. Sebaliknya, ada seniman yang berhasil mengintegrasikan konsep-konsep matematis ke dalam karya mereka, menciptakan keseimbangan harmonis antara kedua bidang.

Peran pendidikan dan pengalaman masa lalu sangat memengaruhi persepsi seniman terhadap matematika. Seniman yang merasa kurang percaya diri atau kurang tertarik pada matematika mungkin mengalami pengaruh negatif dari pengalaman pendidikan masa lalu atau metode pengajaran yang tidak sesuai dengan preferensi belajar mereka. Selain itu, kenyamanan seniman dalam menggabungkan aspek matematis dalam karya mereka juga terkait dengan pendidikan formal mereka, menyoroti pentingnya pendekatan pendidikan yang inklusif.

Faktor subjektivitas dalam pandangan terhadap matematika muncul sebagai tema penting. Beberapa seniman mungkin memiliki pandangan kurang positif terhadap matematika, dan ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi mereka atau persepsi mereka terhadap relevansi mata pelajaran tersebut dalam seni. Pendidikan formal juga dapat memainkan peran dalam membentuk sikap seniman terhadap matematika.

Namun demikian, perlu diakui bahwa hubungan antara seni dan matematika tidak terbatas oleh batasan ketat. Banyak seniman telah menunjukkan bahwa kedua bidang ini dapat saling melengkapi, menghasilkan karya-karya yang kompleks dan mendalam. Oleh karena itu, meskipun fenomena banyaknya seniman yang terkesan lemah dalam ilmu matematika, ada ruang untuk eksplorasi dan integrasi yang lebih dalam antara seni dan matematika di dunia kreatif.

Kompleksitas hubungan antara seni dan matematika menyoroti dinamika unik di antara dua bidang ini. Meskipun terdapat perbedaan mendasar dalam pendekatan dan tujuan keduanya, semakin banyak bukti menunjukkan adanya titik temu yang substansial. Seni dan matematika saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain, terutama dalam konteks kreativitas dan pemecahan masalah.

Seniman yang berhasil menggabungkan konsep-konsep matematika ke dalam karya seni mereka memberikan bukti bahwa elemen-elemen seperti proporsi, simetri, dan geometri dapat memberikan dimensi estetis yang mendalam. Di sisi lain, matematika tidak hanya muncul sebagai ilmu kaku, tetapi juga sebagai sumber inspirasi untuk pengembangan gagasan kreatif dalam seni.

Pentingnya pemikiran kritis dan inovasi dalam keduanya menciptakan lingkungan di mana seni dan matematika dapat saling memperkuat. Perbedaan individual dalam cara seniman berinteraksi dengan matematika menunjukkan bahwa hubungan ini bisa sangat variatif, menciptakan kesempatan untuk eksplorasi dan interpretasi yang tak terbatas.

Kesimpulannya, kompleksitas hubungan antara seni dan matematika menciptakan landasan yang kaya untuk eksplorasi lebih lanjut, mendorong pertukaran ide antara dua dunia yang tampaknya berbeda namun saling terkait.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun