Karya Max Ernst berjudul '...sur le plan de la Physique' (1943). Max Ernst menciptakan sebuah visualisasi yang menghadirkan garis-garis berputar, yang secara jelas mengingatkan pada perputaran atom. Ernst, seorang seniman surealis terkenal pada abad ke-20, sering menggabungkan elemen-elemen ilmu pengetahuan dan alam semesta ke dalam karyanya, menciptakan simbiosis unik antara seni dan konsep-konsep fisika.
Garis-garis berputar dalam lukisan ini dapat diartikan sebagai representasi artistik dari gerakan atau perputaran partikel-partikel subatomik, menggambarkan dunia mikroskopis yang menjadi fokus dalam pemahaman fisika. Dengan menciptakan karya seni ini, Ernst tidak hanya merespon secara kreatif terhadap konsep fisika, tetapi juga mengundang penonton untuk merenung tentang hubungan kompleks antara seni, ilmu pengetahuan, dan struktur dasar alam semesta.
Selain itu, karya ini mencerminkan ketertarikan Ernst terhadap dunia surrealis, di mana imajinasi dan realitas bersilangan. Melalui simbol-simbol yang unik dan abstrak, Ernst berhasil menggambarkan konsep fisika secara metaforis, mengundang pemirsa untuk menjelajahi dimensi-dimensi baru pemahaman dan interpretasi. Dengan demikian, '...sur le plan de la Physique' bukan hanya sebuah lukisan, tetapi juga sebuah medium untuk menyampaikan ide-ide kompleks dan menghubungkan dua domain yang seringkali dianggap terpisah, yaitu seni dan sains.
 Pada tahun 1920, seniman Paul Klee memberikan sorotan penting terhadap peran gerakan dalam seni lukis, mengaitkannya dengan konsep gerakan yang mencirikan segala sesuatu di alam semesta. Klee, yang merupakan seniman dan teoretikus seni yang berpengaruh, memainkan peran signifikan dalam perkembangan seni abstrak pada abad ke-20.
Dalam pandangannya, Klee menganggap gerakan sebagai elemen kunci yang membentuk karakteristik utama dalam seni lukis. Ia tidak hanya melihat gerakan sebagai unsur fisik atau visual semata, tetapi juga sebagai ekspresi dari energi dan dinamika yang melibatkan seluruh alam semesta. Klee menghubungkan prinsip gerakan dalam seni dengan hukum-hukum alam dan fenomena-fenomena yang mengelilingi kita.
Pentingnya gerakan dalam seni Klee juga dapat dipahami sebagai refleksi dari pandangannya terhadap hubungan antara seni dan ilmu pengetahuan. Klee melihat seni sebagai bahasa universal yang dapat merangkul aspek-aspek abstrak dan konseptual dalam pemahaman manusia terhadap dunia. Dengan mengaitkan konsep gerakan dengan segala sesuatu di alam semesta, Klee menciptakan karya-karya seni yang tidak hanya memvisualisasikan keindahan, tetapi juga menyelami makna yang lebih dalam tentang sifat alamiah dan harmoni dalam dunia yang terus bergerak. Melalui pendekatan ini, Klee memberikan kontribusi berharga dalam memahami dan mengapresiasi seni lukis sebagai sarana ekspresi yang melibatkan pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip dasar kehidupan dan alam semesta.
Karya seni surealis menciptakan titik temu antara matematika dan seni, membentuk bahasa visual yang mencerminkan ide-ide kompleks melalui representasi artistik. Gagasan-gagasan matematika menjadi fondasi bagi struktur visual, menghasilkan lukisan-lukisan yang tidak hanya indah secara estetika tetapi juga memberikan wawasan mendalam terhadap hubungan antara ilmu pengetahuan dan seni.
Salvador Dali, melalui karyanya yang terkenal, seperti 'The Persistence of the Disintegration of Memory' (1952), menyajikan representasi ruang-waktu yang terdistorsi, mengambil inspirasi dari teori relativitas Einstein. Lukisan ini tidak hanya mencerminkan pengaruh matematika dalam konsep fisika modern, tetapi juga menggambarkan perubahan paradigma dalam seni yang membebaskan seniman untuk menyampaikan ide-ide kompleks melalui bahasa visual yang kreatif dan unik. Menampilkan jam bengkok sebagai representasi ruang-waktu yang terdistorsi, menciptakan gambaran yang membingungkan dan menggoda imajinasi. Kesemuanya ini menunjukkan bagaimana seniman-seniman ini terinspirasi dan memanfaatkan konsep-konsep fisika modern, khususnya teori relativitas Einstein, untuk menciptakan karya seni yang tidak hanya memukau secara visual tetapi juga merangsang pemikiran tentang alam semesta dan dimensi multidimensionalnya.
Fenomena banyaknya seniman yang terkesan lemah dalam ilmu matematika menciptakan lanskap kreatif yang beragam dalam dunia seni. Keterkaitan antara seni dan matematika telah lama menjadi subjek eksplorasi, terutama sejak konsep bahwa pengamat berdiri di pusat ruang dan waktu, sebagaimana dihipotesiskan oleh teori relativitas dan mekanika kuantum, memberikan landasan bagi perkembangan seni abstrak dan konseptual modern. Meski demikian, banyak seniman mungkin merasa kurang percaya diri atau tertarik pada aspek matematis dari pandangan ini.
Orientasi kreatif seniman sering kali menjadi penentu utama dalam memandu karya mereka. Beberapa seniman mungkin lebih terinspirasi oleh dimensi visual, emosional, atau filosofis seni, dan kurang cenderung terlibat dalam elemen matematis yang memerlukan pendekatan analitis. Gaya dan ekspresi pribadi juga memainkan peran sentral, dengan banyak seniman mengejar bentuk ekspresi yang bebas dan lebih menitikberatkan pada visualitas daripada pemahaman matematis yang rumit.
Persepsi subyektif terhadap matematika dapat memainkan peran penting, di mana beberapa seniman mungkin memiliki pandangan kurang positif terhadap mata pelajaran ini. Pengalaman pendidikan masa lalu atau metode pengajaran yang tidak sesuai dengan gaya pembelajaran mereka dapat memengaruhi kenyamanan seniman dalam mengintegrasikan elemen matematis ke dalam karya mereka. Seiring dengan itu, pentingnya pendidikan formal juga menjadi faktor yang memengaruhi sejauh mana seniman dapat menggali kedalaman konsep matematis.