Sejak lahir seorang anak sudah memiliki naluri untuk belajar. Hal ini dikarenakan manusia lahir dengan keterbatasan dan ketidaktahuan. Seiring berjalannya waktu, anak akan beradaptasi dengan lingkungan baru. Seiring bertambahnya usia, anak terus belajar dari lingkungan sekitar dan orang terdekat seperti keluarga.Â
Pengertian belajar menurut Aunurrahman (2016: 35) adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan definisi tersebut, ditekankan bahwa perubahan yang dialami oleh suatu individu disebabkan oleh adanya pengalaman yang dihasilkan dari interaksi dari lingkungannya.Â
Menurut Cut Titi dalam artikelnya yang berjudul "Penguatan Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak" mengatakan bahwa ada tiga aspek lingkungan yang mendukung proses belajar anak, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.Â
Ketiga aspek tersebut memiliki hubungan dan saling berkaitan satu sama lain, tetapi keluarga merupakan aspek yang paling penting, karena sejak lahir anak belajar segala hal mulai dari belajar berbicara, merangkak, duduk, berjalan dan lain-lain dengan bimbingan orang tua. Keluarga merupakan lingkungan paling utama yang dihadapi oleh seorang anak ketika lahir, khususnya kedua orang tua yaitu ayah dan ibu.
Pada akhirnya orang tua akan membutuhkan dua aspek lainnya dalam mendidik dan membimbing anaknya. Hal ini dikarenakan orang tua memiliki keterbatasan.Â
Keterbatasan tersebut dapat berupa keterbatasan akademik, dimana orang tua tidak memiliki pendidikan atau pengetahuan akademis untuk mengajar anaknya dan keterbatasan waktu dimana orang tua memiliki kesibukan yang berkaitan dengan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga waktu untuk membimbing anak sangat terbatas.Â
Dengan demikian, anak harus menempuh pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan baik pendidikan formal, informal dan nonformal serta membebaskannya untuk mulai bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat.Â
Memfasilitasi pendidikan anak di luar lingkungan keluarga bukan berarti orang tua lepas tanggung jawab terhadap anaknya. Belajar waktu masih bayi hingga bisa berjalan, merangkak dan berbicara tentu berbeda dengan belajar pada saat anak sudah menempuh pendidikan di sekolah.
Hal ini dikarenakan apa yang dipelajari saat kecil adalah hal-hal yang bersifat naluriah atau memang diciptakan seperti itu adanya, sedangkan hal-hal yang dipelajari pada saat sudah menempuh pendidikan di sekolah adalah hal-hal yang lebih rumit dan membutuhkan dorongan-dorongan lain yang disebut motivasi.Â
Menurut Hermus dan Maria dalam jurnalnya yang berjudul "Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di Sekolah Dasar Inpres Iligetang" tahun 2018, mengatakan bahwa motivasi adalah sebuah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan tujuan tertentu.Â
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam dunia pendidikan, motivasi belajar merupakan sebuah kekuatan yang perlu dimiliki oleh seorang anak (peserti didik) dalam proses belajarnya.Â
Orang tua harus mampu membangun relasi yang baik dengan anak dan memberikan motivasi kepada anaknya. Jika motivasi belajar yang dimiliki oleh seorang anak baik, maka ia akan memiliki dorongan atau kekuatan untuk rajin dan giat belajar. Sebaliknya, jika motivasi belajar anak kurang baik, maka ketertarikan anak dalam hal belajar akan menurun dan malas.Â
Dalam sebuah keluarga, peran orang tua sangat penting bagi anak sebagai motivasi dalam belajar, terlebih saat anak memasuki usia sekolah atau menempuh pendidikan. Menurut Munirwan Umar dalam artikelnya yang berjudul "Peranan Orang Tua dalam Peningkatan Prestasi Belajar Anak" tahun 2015, mengatakan bahwa orang tua merupakan penanggung jawab utama dalam pendidikan anak-anaknya.Â
Baik menjalani pendidikan di lembaga formal, informal maupun nonformal, orang tua tetap berperan dalam menentukan masa depan pendidikan anak-anaknya. Berdasarkan pernyataaan tersebut, faktor yang memicu kecenderungan negatif yang umum terjadi dalam dunia pendidikan anak adalah orang tua tidak memahami tanggung jawabnya, bahwa sebagai orang tua ia berperan sebagai sumber motivasi dan sangat berpengaruh terhadap pendidikan atau proses belajar anaknya.Â
Sebagian besar orang tua malah memberi beban yang berat kepada anaknya seperti harus menjadi dokter atau harus sukses dan lain-lain tetapi tidak membimbing dan mendukung atau memberi jalan kepada anak untuk menggapainya. Terlebih ada orang tua yang memaksakan keinginan kepada anak dengan modus ingin anaknya menjadi sukses tanpa memperhatikan potensi lain yang lebih dikuasai dan digemari oleh anaknya.Â
Sejatinya anak tidak menuntut berlebihan kepada orang tuanya, cukup dengan memperhatikan dan membantu anak dalam hal-hal kecil seperti mengingatkan anak untuk belajar, belajar bersama anak dan menanyakan bagaimana pembelajaran anak di sekolah tentang relasinya dengan teman dan gurunya. Dengan demikian, anak menjadi lebih terbuka dan mempererat hubungan antara anak dan orang tua.Â
Bentuk-bentuk motivasi yang diberikan oleh masing-masing orang tua kepada anaknya juga berbeda. Ada orang tua yang memberikan motivasi dengan cara memperhatikan anak, berusaha mengenali potensi dan mendukungnya dengan memfasilitasi pendidikan terbaik untuk anaknya. Menyekolahkan anak di sekolah terbaik, memberikan les privat dan menyediakan perangkat belajar yang memadai pula di rumah sehingga anak tidak merasa kekurangan baik perhatian orang tua maupun aspek lain yang sekiranya dapat menghambat proses belajarnya.Â
Umumnya dialami oleh anak yang berasal dari keluarga menengah ke atas, walaupun orang tua memiliki kesibukan berati dalam hal pekerjaan tetapi tetap berusaha untuk membimbing anak dengan baik, tetapi ada juga yang orang tua yang memberikannya dengan memberi perhatian yang cukup dan sekolah serta perangkat belajar yang sederhana sudah membuat anak semangat untuk belajar.Â
Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan kesehatan fisik dan mental anak. Poin pentingnya adalah walaupun cara memotivasi anak berbeda tetapi pentingnya perhatian dan dukungan orang tua tetap menjadi yang utama.
Menurut Doni Saputra dalam artikelnya yang berjudul "Upaya Orang Tua dalam Memotivasi Kesungguhan Belajar Anak di Desa Bulusari Tarokan Kabupaten Kediri" pada tahun 2018, mengatakan ada dua bentuk motivasi yang bisa diberikan orang tua kepada anaknya, yaitu dalam bentuk reward (hadiah) dan punishment (hukuman).
Reward adalah bentuk apresiasi kepada anak karena telah berjuang dan mau belajar dengan baik sehingga orang tua dapat memberikan hadiah untuk menghargai usaha dan kerja keras atas pencapaian anaknya.Â
Tindakan tersebut merupakan sebuah usaha meningkatkan kemauan anak untuk belajar sekaligus sebagai bentuk kepedulian dan kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Kemudian orang tua juga menetapkan punishment atau hukuman yang bertujuan untuk mendisiplinkan anak agar tidak malas dan terlena dengan reward yang diberikan. Namun, sebelum memberikan reward dan punishment, harus ada aturan-aturan yang telah disepakati oleh kedua pihak (orang tua dan anak) terlebih dahulu.Â
Kemudian ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar anak jika ditinjau dari lingkungan keluarga. Menurut Selfia dan Beatus dalam artikel yang berjudul "Peranan Orang tua dalam meningkatkan Motivasi belajar peserta didik di SD negeri Saribi" tahun 2018, mengatakan bahwa peran orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan peserta didik dalam belajar.Â
Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu mempengaruhi pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pendapat ini, sebenarnya tinggi rendahnya pendidikan orang tua dan besar kecilnya penghasilan orang tua hanya merupakan sebagian kecil dari penghambat kemauan anak untuk belajar, tapi tetap berpengaruh juga.Â
Alasannya adalah jika faktor utama seperti perhatian dan bimbingan dirasa cukup, hubungan anak dan orang tua baik, ketenangan situasi rumah terjamin dan harmonis maka motivasi belajar anak sudah pasti baik dan tinggi rendahnya pendidikan atau besar kecilnya penghasilan orang tua tidak menjadi masalah, karena anak memiliki motivasi belajar serta dukungan dari orang tua dan nilainya sudah pasti baik sehingga bisa membiayai pendidikan dengan mengikuti program beasiswa.
Berbeda halnya jika faktor utama itu tidak terpenuhi maka permasalahan keuangan dan pendidikan orang tua menjadi bisa menjadi masalah. Anak akan senantiasa merasa tidak diperhatikan dan merasa tidak berharga dimata orang tuanya, tidak memiliki tempat yang nyaman untuk belajar ketika di rumah karena tidak ada keharmonisan dan hubungan antara orang tua dengan anak tidak baik sehingga berpengaruh pada motivasi belajar anak menjadi menurun, beberapa akibat yang bisa ditimbulkan seperti anak menjadi malas-malasan saat belajar, melanggar tata tertib atau melakukan kerusuhan di lingkungan sekolah atau tidak naik kelas.
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah menekankan sekali lagi bahwa keluarga terutama orang tua dan dukungannya adalah sumber motivasi belajar anak. Orang tua harus mampu dan bertanggung jawab untuk memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak agar proses belajarnya dapat berjalan dengan baik.Â
Orang tua harus sadar bahwa mengedepankan pendidikan anak itu penting, meskipun orang tua memiliki keterbatasan akademis dan keterbatasan waktu untuk membimbing dan mendidik anaknya secara pribadi. Walaupun demikian, orang tua harus mampu menumbuhkan rasa dan memberikan pengertian kepada anak bahwa kebutuhan akademik itu penting untuk masa depan.Â
Cara yang bisa dilakukan orang tua yaitu dengan memfasilitasi pendidikan anak yang mendukung proses belajarnya seperti memasukkan anak ke sekolah atau lembaga pendidikan, memberikan les privat dan memberikan perhatian yang cukup kepada anak sehingga orang tua dapat melihat perkembangan anaknya.
Baik buruk prestasi anak dapat dipengaruhi oleh peran kedua orang tua dan kemampuannya membagi waktu antara bekerja dan membimbing anaknya. Pekerjaan seharusnya tidak menjadi halangan bagi orang tua untuk menjadi bagian dari support system belajar anak. Anak yang mendapat dukungan baik dari orang tuanya akan memiliki dorongan belajar yang kuat dan prestasi yang baik pula.Â
Sebaliknya, anak yang tidak mendapat dukungan baik dari orang tuanya tidak akan memiliki dorongan yang kuat untuk belajar dan prestasi yang biasa saja pada akhirnya. Anak akan menjadi malas dan tidak memiliki motivasi untuk belajar, merasa belajar tidak penting terlebih jika dia berasal dari keluarga menengah ke bawah dan bekerja serta mencari uang seperti lebih menarik bagi mereka.Â
Banyak kasus yang terjadi di luar sana seorang anak yang seharusnya belajar dan berada di sekolah memutuskan untuk bekerja dan berada di jalanan untuk mencari uang demi membantu kedua orang tuanya memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Berdasarkan kasus di atas, pada titik itulah peran orang tua dibutuhkan. Orang tua harus memberi harapan serta pengertian bahwa belajar dan meningkatkan prestasi itu penting.Â
Meskipun berasal dari keluarga yang biasa saja, setidaknya jika anak memiliki motivasi belajar yang tinggi maka uang bukan lagi suatu permasalahan. Di era modern ini, banyak beasiswa yang dapat membantu anak (peserta didik) untuk dapat melanjutkan sekolah apabila anak tersebut memiliki prestasi yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H