Menyusuri Kiskendo Bersama Mbah Slamet
Di kawasan wisata Gua Kiskendo juga ada satu gua lagi yang bisa dikunjungi yaitu Gua Sumitro. Namun untuk memasuki gua ini tidak bisa sembarangan. Kita harus menggunakan alat dan dibantu oleh team. Pak Moko dari Menoreh Experience memberikan penjelasan. Pengunjung yang akan masuk ke dalam gua harus menggunakan pakaian khusus ( wearpack), sepatu boots karet, helm yang dilengkapi senter di atas. Nanti dengan menggunakan tali akan diturunkan melalui lubang gua ke bawah kira-kira 15 meter yang sekaligus berfungsi sebagai pintu masuk. "Tenang, semua team pemandu sudah berlisensi", demikian Pak Moko menegaskan agar kami tidak khawatir. Lama berada didalam gua kira-kira 2 jam, kami akan diajak untuk melihat keberadaan stalaktit dan stalakmit, menyusuri gua dan black water rafting (mengapungkan diri dengan pelampung) di kedalaman 4 meter. "Semua kegiatan di gua Sumitro ini memang harus sesuai dengan SOP, karena untuk menjaga kelestarian gua dan menjaga sumber air di dalam gua yang digunakan untuk kebutuhan masyarakat sekitar'',tambah Pak Moko.
Keterbatasan waktu membuat tidak semua peserta bisa ikut caving di Gua Sumitro, hanya 10 orang saja. Akhirnya beberapa kawan dari masing-masing organisasi menunjuk perwakilannya. Saya tidak termasuk di team Sumitro, kondisi yang kurang fit karena sempat mabuk perjalanan di awal tadi membuat saya mengurungkan niat untuk ikut bergabung. Padahal tentu saja pasti akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Selepas menyusuri Gua Sumitro tampak wajah happy dari teman-teman yang bergabung.
Well, beberapa teman sudah nyemplung ke Sumitro. Panitia lalu mengajak kami berjalan kaki ke arah barat menuju Gua Kiskendo. Di depan pintu masuk gua saya melihat seorang simbah dengan menggunakan surjan lurik dan blangkon. Dia adalah Mbah Slamet, juru kunci Gua Kiskendo yang akan mengantarkan kami menyusuri gua. Memulai menyusuri gua dengan mendengarkan kisah Sugriwa Subali, Mbah Slamet menunjukkan reliefnya yang terpahat di dinding bagian luar gua. Meskipun samar beberapa bagian relief masih tampak bentuk rupanya. Dan di dalam gua mbah Slamet juga menunjukkan bagian-bagian gua yang menurut cerita adalah tempat terjadinya pertarungan Subali melawan Mahesa Sura dan Lembu Sura. Ada bagian gua yang banyak terdapat lekukan-lekukan karena benturan pada saat mereka bertarung. Bagian lain lagi adalah tempat Subali keluar menjebol bagian atas gua.
Memasuki gua ini memang harus ditemani dengan pemandu dikarenakan banyak sekali cabang yang mungkin akan membuat bingung. Di samping itu banyak cerita yang harus diketahui jika berkunjung di sini. Akses menuju ke dalam gua sudah ada tangga yang menjorok ke dalam, harus ekstra hati-hati  karena meskipun sudah di semen tetap ada bagian yang licin terutama jika berlumpur. Ada penerangan lampu tetapi tidak di semua bagian gua. Karena itu Mbah Slamet meminjamkan kami beberapa senter dan helm. Ya, helm harus dipakai saat menyusuri gua yang kadang track nya pendek sehingga kita harus melaluinya dengan sedikit berjalan sambil membungkuk. Meskipun dinding gua tidak tajam, tapi lumayan juga sih kalau kepala terbentur.Â
Selain erat kaitannya dengan cerita Sugriwa dan Subali, gua Kiskendo digunakan sebagai tempat bertapa/bersemedi. Pemberhentian pertama, ruangannya cukup besar dangan banyak lekukan yang menjorok di beberapa bagian dindingnya, Mbah Slamet menjelaskan bahwa tempat ini digunakan untuk bertapa dan setiap orang menempati ceruk gua yang berbeda berdasarkan profesinya (petani, seniman dll). Bagian lain digunakan untuk menyimpan hasil bumi disebut lumbung, di ruangan ini dinding guanya kering tidak seperti bagian gua lain yang ada tetesan air. Sehingga memungkinkan untuk menyimpan makanan di ruangan gua bagian ini. Ada bagian gua yang digunakan untuk sembahyang dan tidak terlalu jauh dari tempat ini terdapat bagian gua yang disebut padasan. Di bagian ini terdapat stalaktit yang cukup besar dengan tetesan air yang cukup banyak.Â
Hampir satu jam kami menyusuri Gua Kiskendo. Menyusuri gua dan mendengarkan cerita yang konon Mbah Slamet sudah sejak kecil menyusuri gua ini. Pantas saja beliau hafal setiap bagian ruang di gua ini, termasuk ketika ada salah satu ruang ceruk di salah satu bagian gua yang sekarang tertutup, dulu pernah dieksplore oleh Mbah Slamet.  Selesai menyusuri gua, rasa lapar pun mulai terasa. Segelas teh panas dan nasi gurih, sambel goreng kentang, ayam suwir, telur dan  oseng soon di dalam besek bamboo sudah menanti.Â
Menikmat Sore di Tegal Pule Dalam  Syahdu Hujan