Nusantara patut berbangga karena kaya akan warisan budaya, termasuk kuliner. Sate salah satunya, kuliner favorit sepanjang jaman. Tumpukan daging berbumbu yang ditusuk pada bambu kemudian dibakar. Â Saya sudah mengenal kuliner ini sejak kecil. Â
Awalnya hanya ada dua jenis sate yang saya kenal  yaitu sate ayam berbumbu kacang (sate khas Madura) dan sate kere ( sate daging/lemak biasa dibakar dengan bumbu dan dimakan tanpa saus). Â
Kemudian selain saus kacang, saya mengenal sate Padang yaitu sate sapi (biasanya daging atau lidah sapi) yang disajikan dengan saus khas Padang menyerupai kuah kari  yang kaya rempah. Ketika berkesempatan mengunjungi beberapa daerah saya mulai mengenal berbagai jenis sate ada sate Lilit khas bali, sate Marangi khas Jawa Barat dan sate Rembiga di Lombok.
Adalah Sate Merah yang sudah 3 tahunan ini memperkaya kuliner sate di Yogyakarta. Dari hasil uji coba meracik resep-resep sate nusantara, Bapak Fabian Budi Seputro yang bukan master chef ini bersama Bapak Nanang rekannya menciptakan Sate Merah.Â
Terinspirasi dari Sate Rembiga Lombok, tempat Bapak Nanang berasal, dan resep sate dari Banjarmasin, kedua paduan inilah yang kemudian menjadi base bumbu Sate Merah. Sate Merah tidak disajikan dengan saus apa pun dan sangat pas jika disantap selagi masih anget. Daging ayamnya dibakar matang sempurna, empuk dan jika ada bagian yang gosong pun tidak terlalu terasa pahit. Â
Teksturnya sangat juicy saat digigit, belum lagi perpaduan sempurna rasa pedas manis gurih. Beberapa detik mengingatkan pada rasa sate Rembiga, tetapi sesaat kemudian muncul rasa gurih yang sangat ringan. Aaahh otak dan lidah jadi sangat kacau kalau begini.
Sate Merah sangat serasi disajikan bersama sepiring nasi, tidak lupa ditemani sup/kuah kaldu. Haa sup? Kuah kaldu? Yup benar. Memang tidak seperti sate pada umumnya yang hadir dengan irisan bawang atau pun saus kacang.Â
Awalnya tidak biasa menyantap tusukan sate sambil menyeruput kuah kaldu bergantian. Kuah kaldu panasnya terasa menyegarkan saat masuk ke mulut bersama dengan sesendok nasi dan potongan daging sate merah. Memang benar ada rasa yang berbeda. Entahlah apapun rasanya yang pasti ini sedap sekali. Cukup sudah membuat perut kenyang di saat makan siang atau makan malam
Tidak disangka kulitnya tebal dan juga juicy, bumbunya remasuk sempurna. Perpaduan pedas manis dan gurihnya memang susah dikatakan. Tidak sabar rasanya segera menyantap, ya kenikmatan sate kulit ini memang punya nilai lebih jika dimakan saat masih panas. Â
Sama dengan Sate Merah, Sate Kulit juga tidak ditemani saus apa pun dan lebih cocok disajikan sebagai gadon (lauk yamg dimakan tanpa nasi). Cukup dalam hitungan menit saja, seporsi Sate Kulit sudah ludes.
Diberi bumbu seperti sate lilit pada umumnya, untuk menyesuaikan dengan namanya ada tambahan sedikit guyuran kuah kaldu dan irisin mentimun di atasnya. Ini paling pas dimakan bersama nasi, daging lilitnya agak manis dan jika dimakan bersama dengan mentimun rasanya akan semakin segar.
Jika sudah mulai tergoda dengan pesona rasa Sate Merah, Sate Kulit dan Lilit Basah, ketiga kuliner ini bisa ditemukan di Sate Ratu yang berlokasi di Jogja Paradise Food Court. Bisa dicari di mesin pencari dan pastikan alamatnya ada di Jalan Magelang Km 6 Yogyakarta.Â
Warung Sate Ratu terletak di paling ujung, dari pintu masuk utama cukup berjalan lurus. Lokasinya sangat mudah ditemukan bukan? Apalagi kabar tentang kelezatan Sate Merah tidak hanya terkenal di Yogyakarta tetapi sudah sampai ke mancanegara.
Good Taste (Enak) kemudian diikuti tulisan dalam huruf Thailand. Intens genoten van een heerlijke sate, vanaf nu onze number 1 ( Menikmati sate yang lezat, Sate nomor 1)  tulis yang lain dalam bahasa Belanda.  Semuanya memuji kelezatan sate di Sate Ratu.
Dinding yang lain menarik perhatian saya dengan plakat penghargaan Service Excellent dari Trip Advisor di tahun 2017 dan 2018. Di tahun 2018 Sate Ayam Merah masuk sebagai Finalis pada Event Bango Penerus Warisan Kuliner.
 Wah ternyata meskipun baru berusia 3 tahun, ternyata sudah mendapat pengakuan, tentu saja ini adalah usaha keras dari Sate Ratu untuk konsisten dalam mengembangkan usahanya.  Keputusan Bapak Budi untuk resign dari pekerjaannya kala itu bukanlah hal yang harus disesali. Meskipun harus melepaskan jabatan dan gaji bulanan, menjadi seorang entrepreneur sudah menjadi pilihannya. Bukan keputusan mudah memang, tetapi harus dilakoni dengan penuh keyakinan.
Nah buat teman-teman yang mampir atau sedang liburan ke Yogyakarta, ojo lali nyate yo (jangan lupa makan sate). Sampai jumpa di Sate Ratu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H