Minggu Asik Waktunya Piknik
Minggu (20/01) pagi yang galau, bukan suasana hati saya sih, tapi cuacanya. Semoga siang nanti cerah, doa saya dalam hati saat hujan yang mengguyur sejak subuh tadi belum berhenti sampai jam 7 pagi ini. Â
Setengah jam kemudian doa saya didengar oleh semesta, meskipun matahari masih malu-malu muncul dari balik awan kelabu, setidaknya air hujan sudah berhenti. Saya bergegas bangun dari kasur, takut nanti semesta berubah pikiran.
Piknik itu tidak perlu jauh-jauh, apalagi pertengahan bulan, bagi pegawai kantoran yang transferannya dibayar tiap tanggal 25 seperti saya, inilah masa kritis (curcol hehehe). Dari berbagai sosial media saya jadi tahu kalau di Yogyakarta ini banyak bermunculan tempat piknik-tempat piknik yang instagramable dan cukup dekat lokasinya.Â
Tidak banyak biaya artinya bensin sudah diisi full tank , sudah sarapan dari rumah dan bawa cemilan apa aja yang tersisa dari kaleng biskuit di rumah untuk bekal. Semua siap. Tujuan kami kali ini adalah Selopamioro
Selopamioro adalah sebuah desa yang secara administratif berada di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Untuk mencapai lokasi Selopamioro, hanya memerlukan waktu sekitar 45 menit dari kota Bantul dengan menggunakan sepeda motor. Kami mengarah ke Siluk dan terus mengikuti jalan yang dipandu oleh google map. Kami sempat berhenti sebentar untuk berteduh karena hujan. Â
Begitu melewati SMPN 3 Imogiri, ambil jalan kecil yang lurus ya, jangan belok kanan. Kemudian cukup mengikuti jalan itu. Jalannya lumayan sempit untuk papasan 2 mobil. Belum lagi ada belokan-belokan yang cukup tajam dan jalan yang naik turun. Di beberapa bagian ada jalan yang longsor, jadi kita perlu sedikit waspada. Apalagi selepas hujan, biasanya jalanan sedikit licin.Â
Desa Selopamioro rapi dan bersih, sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang hijau. Di sebelah kiri kami adalah sungai Oyo (atau Kali Oyo orang setempat menyebutnya) dengan latar belakang ngarai penuh tumbuh-tumbuhan yang membuat paru-paru kami kaya akan oksigen. Tidak berapa lama terlihat gapura dari bambu yang bertuliskan Selopamioro Adventures Park.Â
Nah disini tempatnya, sorak saya dalam hati. Beruntung saat kami sampai disana cuaca sudah cerah sekali. Pengunjung siang itu belum terlalu ramai , hanya ada sekitar 10 motor di parkiran termasuk 2 motor kami.Â
Beberapa remaja tampak berfoto di atas jembatan yang terputus. Sementara kami masih mengumpulkan nyali untuk turun ke sungai sambil menikmati pemandangan dan sejuknya udara. "Mau naik perahu mba?" Â Suara bapak-bapak berompi tulisan kemendesa, sepertinya pengelola tempat ini, membuyarkan lamunan saya.Â
"Belum tau pak?" Jawab saya setengah tidak yakin. "Emang berapa menit pak? Sampai mana?" tanya saya ingin tahu. "Bisa sampai pujasera sana, atau sampai Siluk paling jauh, mau rafting juga bisa mba" bapak tadi menjelaskan tetapi saya masih ragu-ragu.Â
Tiba-tiba kawan saya memanggil, rupanya dia sudah bertanya-tanya ke bagian informasi. Untuk naik perahu cukup membayar Rp. 5.000 per orang sudah termasuk life vest per orang apabila dengan pemandu tambah Rp. 10.000,- Kalau hanya 2 orang menggunakan perahu kano, tetapi kalau 4 orang bisa menggunakan perahu karet.Â
Perahu karet maksimal bisa diisi 9 orang. Â Kami datang berempat jadi cukup membayar Rp. 30.000,- saja dan memilih menggunakan jasa pemandu. Itu biaya untuk menyusuri sungai saja. Bagi yang ingin menguji adrenalin bisa ambil paket rafting biayanya sekitar Rp. 250.000,- dengan rute paling jauh sampai ke Siluk.Â
Berhubung nyali kami tidak terlalu tinggi, kami tidak memilih paket rafting. Dengan ditemani 2 orang pemandu kami memulai petulangan kami menyusuri Sungai Oyo. Untunglah mas-mas pemandunya cukup baik hati karena selain membantu mendayung juga merangkap fotografer yang handal.Â
Mereka mengabaikan wajah pucat kami yang takut air karena tidak ada satu pun dari kami yang bisa berenang. Sepanjang perjalanan mereka terus mengajak kami mengobrol dan bercanda.Â
Menurut cerita mereka sumber air dari Sungai Oyo ini berasal dari rawa, sehingga air sungai ini tidak berwarna coklat, dari jauh berwarna agak keabuan dan tidak keruh/bening. Benar saja saya melihat air sungai yang masuk ke perahu karet ini bening.
Ada juga cerita tentang badai cempaka yang membuat jembatan Selopamioro yang baru saja kami lewati putus, dan belum dibangun lagi. Sehingga untuk saat ini hanya ada perahu untuk menghubungkan desa Selopamioro dengan desa di seberang. Â
Pemandangan disini cukup cantik, betapa tidak di kiri kanan kami adalah ngarai hijau yang penuh dengan pepohonan, belum lagi langit biru dan gemericik arus sungai, meskipun matahari bersinar dengan teriknya. Ya salah kami juga sih turun ke sungai menjelang jam 12 siang begini.Â
Pemandu kami mengarahkan perahu ke hamparan batu-batu, tampaknya tempat ini adalah the best spot for photoshoot. Menurut perkiraan saya, batu-batu ini adalah dasar sungai, karena debit sungai yang tidak terlalu banyak dan letaknya lebih tinggi, maka baru-batu ini tampak seperti daratan.Â
Belum lagi ngarai-ngarai hijau di sekelilingnya, nah salah satu dari ngarai tertinggi yang tampak dari bawah sini adalah Mangunan Kebun Buah di Imogiri, Yogyakarta. Salah satu tempat tujuan wisata yang ada di Imogiri sini.Â
Makanya tidak heran kalau hasil jepretan foto-foto disini cukup bagus. "Biasanya nunggu sunset dari sini mbak." kata mas-mas pemandu. Tetapi saya ngeri juga membayangkan kalau harus disini sampai sunset sementara kondisi jalan yang sempit dan ada beberapa bagian yang longsor dengan hanya diterangi lampu kendaraan saja.Â
Saat pulang dayungan kami makin berat karena harus melawan arus, pedayung dadakan seperti kami ini malah hanya akan membuat perahu terombang-ambing kesana kemari. Untunglah mas-mas pemandu yang duduk di paling belakang sudah lihai dan mengarahkan perahu untuk menepi. Wajah pucat ketakutan sudah berganti dengan tawa lepas nan sumringah.Â
Apalagi setelah kami berpapasan dengan dua orang mas-mas yang dengan santainya berjalan di dalam sungai. Rupanya sungai tempat perahu ini mengambang hanya sebatas dada orang dewasa saja, sontak kami tertawa. Perahu karet kami sukses menepi.Â
Selopamioro Adventure Park ini sudah beroperasi hampir 1 tahunan, tetapi mulai ramai sejak 4 bulan terakhir ini. Kekuatan sosial media saat ini adalah sebuah promosi yang bagus, namun harus berbanding lurus dengan pengelolaan yang berkualitas.Â
Catatan saya walaupun dikelola oleh pemerintah lokal dan warga setempat tapi fasilitas yang ada cukup lengkap dengan baik. Ada bungalow-bungalow kecil dan bangku-bangku yang disediakan bagi pengunjung untuk beristirahat dan beberapa warung yang menyediakan makanan dan minuman.Â
Kebersihan tempat ini terjaga dengan baik, terutama di sungainya. Sepertinya sampah mendapat perhatian khusus disini. Oiya saya melupakan kamar mandi karena kebetulan saya tidak menggunakannya.
"Besok kesini lagi ya mbak, ajak teman-temannya, biar tempat ini tambah ramai", kata mas-mas si pemandu sambil membereskan jaket pelampung kami. "Oke, nanti kami upload deh foto-fotonya di IG biar makin terkenal, makasih ya" jawab saya mantap.Â
Ada hati yang gembira karena sentuhan keramahan. Ya menurut saya selain pemandangan, interaksi dengan masyarakat lokal seperti inilah yang berkesan di hati. Harga air mineral masih lumrah yaitu Rp. 4.000 per botol. Tarif parkir untuk motor juga hanya Rp. 2.000,- . Â "Matur nuwun mba, atos atos nggih," (makasih mba, hati-hati ya) kata si ibu yang menjaga motor saat kami mengulurkan uang parkir.Â
Ketulusan kata-katanya seperti ada angin menyejukkan yang lewat di siang yang panas. Kami pulang. Piknik kami hari Minggu ini berakhir dengan hati yang bahagia. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H