Mohon tunggu...
Dian Gabriella Harianto
Dian Gabriella Harianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

all about campus

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Cyberpsychology: Online Behavior Viewers Instagram Zaman Now saat Melihat Konten Psikoedukasi

9 Desember 2021   16:25 Diperbarui: 9 Desember 2021   17:14 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam konten psikoedukasi yang di upload tentang internet sehat berkaca melalui analisis mengenai salah satu youtuber wanita di Indonesia. Menganalisis personal branding, pengelolaan kesan dan kredibilitas endorser dari youtuber wanita tersebut. Melihat pengaruh baik dan buruk dari konten sosial media dan konten youtube dari seorang youtuber. Pengaruh baik nya adalah Youtuber ini ingin menampilkan personal branding sebagai beauty vlogger, parody vlogger, dan reviewer vlogger yang sesuai dengan pribadi dirinya. Personal branding yang sesuai dengan kepribadian seseorang dapat dijadikan reputasi yang dibagun untuk karir seseorang terserbut. 

Selanjutnya Youtuber wanita ini sejalan dengan teori kredibilitas endorse adalah sejauh mana seseorang dapat dipercaya dan dapat mempengaruhi orang lain tentang keterlibatan nya menyampaikan informasi dari suatu produk. salah satu kontennya yaitu me-review barang, makanan dan minuman berhasil menarik perhatian audiens untuk memberikan komentar dan menentukan keputusan untuk membeli atau tidak membeli produk tersebut. Selanjurnya, memiliki impression management yang bagus dalam mempresentasikan diri dengan cara yang unik pada mimik wajah, dan gestur badan yang tidak biasa serta kosakata yang lucu saat membuat konten kecantikkan sehingga penonton kerap kali dibuat tertawa dengan tingkah laku nya namun tetap mendapatkan informasi yang bermanfaat. 

Selain pengaruh baik, ada juga beberapa hal negatif yang membahayakan apabila di lihat oleh anak-anak yang dibawah umur karena isi konten yang berbau 18+ dan beberapa gaya pembawaan yang blak-blak'an atau terlalu ceplas ceplos. Diusunglah tema personal development dan personal branding yang baik di dunia internet yaitu bagaimana kita mengekspresikan diri di dunia internet dengan baik melalui pembangunan branding diri yang positif; menunjukkan jati diri yang jelas dan konsisten; pemilihan konten yang bermanfaat; menyaring informasi yang bermanfaat bagi pengembangan diri dan menerapkan informasi baik yang kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari.

 Personal development membantu kita dapat membangun sebuah kesadaran, mengasah keterampilan yaitu skill atau keterampilan dan meningkatkan kemampuan kita dalam melakukan segala kegiatan di dunia internet. Postingan di lakukan di sosial media yaitu instagram dengan program microblog atau miniblog yang sekali posting dapat berisikan 1-10 foto atau video yang berisikan desain grafis informatif serta mudah di pahami pembaca. 

Alasan menggunakan sosial media instagram dengan program microblog adalah agar viewer tidak susah payah membuka tools lainnya untuk melihat isi lanjutan konten psikoedukasi, dengan swipe ke kanan atau ke kiri, viewer dapat melihat dengan mudah. Isi microblog yaitu desain psikoedukasi juga dapat dibuat sekreatif mungkin, tidak berisikan terlalu banyak kata-kata, padat singkat namun mudah dimengerti. Menurut data dari kompas.com tanggal 24 Februari 2021 mengatakan ada sebesar 86,4 % pengguna media  Instagram, oleh karena pengguna yang banyak di instagram maka dari itu memilih instagram untuk membagikan psikoedukasi.  

Isi postingan tidak berisikan kata-kata yang terlalu panjang dan bertele-tele sehingga lebih mudah di pahami dan tidak menghabiskan waktu banyak untuk membaca setiap slide nya. Pemilihan desain tamplate yang simple dipadukan dengan warna-warna reguler yang tidak mencolok di mata, membuat viewers nyaman membaca nya. Orang-orang di instagram umum nya lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat menyenangkan dan memuaskan ego mereka, dan hanya melihat konten-konten yang dirasa sangat diperlukan dan menarik hati mereka. 

Kebanyakkan audiens tertarik dengan hal-hal yang sedang viral dan eye chatching atau sesuatu hal yang nampak tidak biasa dan itu menggugah rasa penasaran dari viewrs. Selanjutnya juga bisa memposting menggunakan template yang lebih menarik mata dan penambahan ornamen-ornamen yang turut memperindah konten psikoedukasi berkaitan dengan tema nya. 

Konten psikoedukasi tidak bisa monoton berisikan hanya satu tema saja, jika pemilik akun memposting sesuatu hal yang bertema pendidikan, itu adalah hal positif. Perlu adanya lebih banyak kesadaran diri bahwa konten psikoedukasi sebanarnya jauh lebih memberikan manfaat untuk kehidupan sehari-hari dibandingkan konten lainnya. Viewer diharapkan lebih banyak memberikan like dan komentar positif pada konten-konten pendidikan yang nantinya juga akan menambah pengetahuan baru pada viewer.

Seiring bertambahnya jaman, dunia internet akan terus mempengaruhi kehidupan manusia. Kita manusia memiliki kecenderungan berperilaku dengan cara tertentu saat kita sedang berada di dunia online. Ada beberapa teori membahas tentang perilaku online milik beberapa ahli. Menurut Joseph Walther et al., (dalam Wallace, 1999) Social information processing theory membahas secara langsung tentang perilaku manusia secara online terutama pada lingkungan berbasis teks atau saling membalas pesan di internet. 

Orang masih mengelola kesan mereka sendiri dan itu untuk membentuk kesan mitra komunikasi. Orang yang berkomunikasi menggunakan perantara teknonlogi mengandalkan bahasa untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. Terdapat fitur kolom komentar di instagram yang memberikan wadah bagi para followers untuk menyampaikan pendapatnya atau perasaannya menggunakan berbagai bahasa yang dapat dimengerti orang-orang pada umumnya. 

Teori Uses & Gratifocations (Syahreza & Tanjung, 2018) teori penggunaan dan kepuasan sering dinilai sebagai gagasan yang memandang bahwa media memberikan efek terbatas pada audiens. Teori ini menjamin kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol terhadap media yang akan mereka konsumsi karena media memiliki kemampuan terbatas untuk mempengaruhi audiens, sehingga audiens yang harus mengontrol apapun yang akan ia konsumsi. Teori ini memfokuskan pada motivasi perilaku manusia dalam penggunaan media dan mengapa mengkonsumsi isi dari media tersebut. 

Perbedaan individu akan menyebabkan perbedaan dalam pencarian, penggunaan dan pemberian tanggapan terhadap isi media massa tersebut. Perbedaan itu tadi disebabkan adanya perbedaan psikologis dan sosial di antara individu-individu tersebut. 

Pemilik akun memposting konten psikoedukasi internet sehat, konten tersebut punya keterbatasan untuk menarik daya tarik audiens sehingga audiens lah yang akan menentukan pilihan ingin membaca postingan tersebut atau tidak, terlihat beberapa like dan komen dari audiens menandakan audiens memutuskan untuk meluangkan waktunya memperhatikan postingan tersebut dan memberikan tanggapannya.

Kebanyakkan followers mendapatkan manfaat berupa informasi terbaru bagaimana cara melakukan self development dan self presentasion di social media. Menurut Mcquail et al., (dalam Syahreza & Tanjung, 2018) terdapat 4 motif penggunaan media oleh seseorang pertama untuk pengalihan yaitu melarikan diri dari rutinitas atau masalah tertentu; kedua untuk hubungan personal yaitu menggunakan media sebagai pengganti teman atau berbincang dengan teman virtual; ketiga untuk identitas personal yaitu sebagai penguat nilai-nilai tertentu; keemapat untuk surveillance yaitu sebagai media pembantu mendapatkan informasi untuk mencapai sesuatu. Menurut Alan Rubin et al., (dalam Syahreza & Tanjung, 2018) ada juga beberapa alasan orang memakai media massa yaitu menghabiskan waktu; sebagai teman; memenuhi ketertarikan; pelarian; kesenangan; interaksi sosial; relaksasi; memperoleh informasi; dan mempelajari isi media.

Menurut Effendy (dalam Permatasari, 2018) Attraction adalah berusaha mendapatkan perhatian dari audiens atau ingin terlihat menonjol. Attraction disini adalah online engagement yang artinya user atau audiens memiliki interaktif dan pengalaman kreatif dengan objek yang sedang dilihatnya. 

Dengan adanya online engagement  seseorang akan mengetahui keberhasilan sebuah postingan di social media hal ini menunjukkan seberapa besar respon audiens terhadap sebuah postingan di sosial media (Kusumasari, 2018). 

Post yang mendapatkan banyak like mengindikasikan bahwa konten yang disuguhkan menarik, disukai banyak orang dan ada kemungkinan penyebaran informasi dari satu akun ke akun lainnya. Yang mengambil alih mengendalikan tanggapan terhadap suatu konten hanyalah audiens, jadi jika audiens tidak tertarik atau tidak berkehendak maka pemilik akun yang memposting konten juga tidak akan mendapatkan online engagement  dari followers nya. 

Menurut Percy dan Rossiter (dalam Kurniawan & Kunto, 2014) karakteristik Attraction yaitu Kepesonaan atau likability adalah daya tarik secara fisik bisa berkaitan dengan desain postingan dan isi dari postingan. Pemilik akun mengusahakan membuat isi konten yang menarik dan dengan bahasa yang ringan sehingga para audiens dapat nyaman membacanya dan dapat menangkap tujuan serta isi informasi yang ingin disampaikan oleh pemilik akun.

DAFTAR PUSTAKA

 

Kurniawan, F., J., & Kunto, Y., S. (2014). Analisa Pengaruh Visibility Credibility Attraction dan

Power Celebrity Endorser Terhadap Brand Image Bedak Marcks Venus. JURNAL

MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 2, No. 1, (2014) 1-8.

Kusumasari, P., W. (2018). Peran Online Engagement pada Pengaruh Tipe Post dan Waktu Post

di Instagram Terhadap Minat Beli. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Permatasari, D. (2018). Hubungan Penggunaan Fitur Insta Story Sebagai Media Promosi Dengan

Minat Beli Produk Wellborn. INTER KOMUNIKA Jurnal Komunikasi ISSN 2548-3749

| Vol 3, No.2, Desember 2018 DOI: http://dx.doi.org/10.33376/ik.v3i2.212

Syahreza, M., F., & Tanjung, I., S. (2018). Motif dan Pola Penggunaan Media Sosial Instagram

di Kalangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Unimed. Jurnal Interaksi |

Volume : 2 | Nomor : 1 | Edisi Januari 2018 | hlm 61-84

Wallace, P. (2016). The Psychology Of The Internet (2nd ed). New York : Cambridge University

Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun