Entah, bagaimana aku lupa seperti apa kejadiannya, hanya yang aku ingat adalah pada saat itu, dia turun dari meja berusaha untuk membantu  membersihkan rok ku yang pada saat itu kotor karena abdul menendang rok ku, saat itu dia membentak abdul dengan kesal setelahnya membantu membersihkan rok ku. Yang ku ingat pada saat itu, matanya terlihat kesal dan membentak abdul, tapi abdul hanya cengar cengir saja. Seperti yang sudah ku katakan tadi, abdul memang sulit membedakan bagaimana cara bercanda dengan laki laki atau perempuan, dipikirnya mungkin sama saja.
Tapi aku sama sekali tidak kesal pada abdul, justru aku sangat berterimakasih pada abdul, sebab kalau abdul tidak mengotori rok ku, maka aku tidak akan pernah melihat dia membela ku. Andai kalian melihat sendiri bagaimana pada saat itu dia marah pada abdul. Terimakasih abdul. Terimakasih. Meskipun ku katakan itu hanya dalam hati.
Rasanya, kalau boleh, kalau bisa, pada saat itu ingin langsung ku peluk dia sambil ku katakan "gua nggak apa apa, abdul nendangnya pelan kok, nggak sakit, kotor kan bisa di cuci" tapi itu hanya khayalan liar ku.
Andai kalian tau bahwa sampai saat ini saat aku mengingatnya, hati ku masih berdebar dan merasakan betapa bahagianya aku saat itu, seolah ada asupan tenaga dari jantung untuk memompa darah ku sangat cepat dan membuat jantungku berdekup dengan hebat. Ah dia, memang hanya dia.
Tak bisa ku jelaskan bagaimana sosok dia dimata ku, tidak. Tidak bisa. Kalaupun aku bisa, aku tidak mau. Tidak akan ku jelaskan bagaimana dia agar supaya kalian tidak bisa membayangkannya, sebab indahnya dia hanya aku yang tau. Hanya aku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H