I. PendahuluanÂ
Sejak zaman kerajaan nusantara, kolonialisme Hindia Belanda hingga sekarang, Indonesia masih memiliki budaya dan tradisi yang khas dan luar biasa, yaitu gotong royong. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gotong royong mempunyai arti bekerja bersama-sama (tolong-menolong, bantu-membantu) di antara anggota-anggota suatu komunitas. Gotong royong adalah  istilah Indonesia untuk bekerja bersama-sama dalam mencapai suatu hasil yang diinginkan. Asal muasal kegiatan tersebut berasal dari bahasa Jawa gotong yang memilik arti "mengangkat" dan royong yang berarti "bersama" ketika mereka membangun dan memindahkan rumah dengan menggotongnya bersama-sama dengan batang royong. Bersama disini berarti  mengutamakan musyawarah, Pancasila, hukum adat, Ketuhanan, serta kekeluargaan.  Gotong royong kemudian menjadi dasar filsafat Indonesia seperti yang dikemukakan oleh Muhammad  Nasroen yang dikenal sebagai pelopor filsafat Indonesia. Gotong royong sebagai bagian dari kebudayaan asli Indonesia juga sebagai cara berkomunikasi sama seperti yang dikatakan Edward T Hall (1959) bahwa kebudayaan adalah komunikasi dan komunikasi adalah kebudayaan
2. Contoh Tradisi Gotong Royong Di Berbagai DaerahÂ
Sebagai masyarakat yang ramah dan saling tolong menolong, tradisi gotong royong ada di berbagai daerah di Indonesia. Tradisi gotong royong memiliki nama yang khas di setiap daerah dengan tujuan gotong royong yang berbeda tentunya, namun memiliki satu kesamaan yaitu adanya kegiatan saling membantu tanpa memperhitungkan upah. Penulis memilihkan enam contoh tradisi yang menonjol yang tersebar dari berbagai daerah seperti  (1)Tradisi Huyula dari Gorontalo yang bersama-sama membangun fasilitas umum dan kegiatan upacara.  (2)Tradisi Nganggung dari Kabupaten Bangka adalah kegiatan gotong royong dalam kegiatan agama dll antar warga dalam satu desa atau antar desa. (3)Tradisi Ngayah dari Bali yaitu kegiatan gotong royong yang bukan hanya sekedar kegiatan sosial, tetapi juga sebagai perintah agama. (4)Tradisi Marsiadapari Suku Karo, Sumatera Utara, adalah gotong royong mengolah  sawah secara bergilir. (5) Tradisi Beganjal dari Kepulauan Riau, bergotong royong dalam mempersiapkan hajatan tanpa dibayar. (6)Tradisi Marakka' Bola atau yang dikenal dengan mapalette dari Sulawesi Selatan yaitu bergotong royong memindahkan rumah secara sukarela
3. Trend Covid Belum Berakhir.
Pandemi Covid-19 akan memasuki tahun kedua dan belum ada tanda-tanda surut.  Vaksin makin digalakkan oleh pemerintah diberbagai tempat  yang disediakan secara gratis bagi WNI dengan KTP domisili bebas. Namun penularan covid belum juga menunjukkan trend menurun. Pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan terkait seperti PSBB, new normal hingga PPKM level 4. Pemerintah mengeluarkan kebijakan kebijakan tersebut secara hati-hati karena dampak ekonomi dan stabilitas keamanan. Selama ini saja sudah ribuan usaha kecil tutup, pekerja di PHK dan industri pariwisata tidak berjalan. Dengan keadaan tersebut tentunya daya beli masyarakat juga menurun.
Rumah sakit dikabarkan mengalami kekurangan kamar dan tempat tidur bagi pasien Covid- 19. Di Jakarta, warga sulit mendapatkan ketersediaan ruang perawatan. Menurut data JSU CSSE COVID-19 Data, Indonesia mengalami puncak trend Covid-19 pada tanggal 18 Juli 2021 dengan angka kasus  baru 44.721 orang dan rata-rata per minggu 50.039 orang. Mereka yang menginginkan rawat inap biasanya adalah penderita Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat solasi mandiri biasa dilakukan karena berbadan memiliki riwayat penyakit atau komorbid. Pasien Covid-19  dengan gejala ringan seperti  orang tanpa gejala atau disebut OTG, mereka memilih untuk di rawat di rumah atau dikenal dengan istilah isolasi mandiri.
3. Sentimen Positif MasyarakatÂ
Berkat himbauan pemerintah dan informasi yang di dapat oleh warga, kini warga cenderung bisa menerima kondisi warganya yang sedang Isoman. Sebelumnya banyak  penolakan terhadap warga yang terkena Covid-19 bahkan jenazahnya sekalipun.  Di awal pandemi Covid-19, pasien kasus 01,02 dan 03 mendapatkan stigma buruk oleh masyarakat, sehingga meski mereka sudah sembuh, mereka belum berani keluar rumah dalam waktu yang cukup lama.
Kini berkat informasi dan persuasi yang dilakukan pemerintah, media massa dan perangkat pemerintah, warga mulai bisa menerima bahwa pandemi ini adalah musibah yang siapa saja bisa kena. Secara positif  warga kemudian berinisiatif gotong royong mengantarkan makanan matang atau bahan makanan lalu diletakan di depan rumah atau digantung di pagar rumah untuk diambil oleh penghuni untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka selama dalam isolasi mandiri.  Isolasi mandiri dengan dukungan warga sangat berarti bagi keluarga yang tertimpa musibah ini. Perangkat desa, sesepuh dan warga hadir menjadi support system bagi keluarga yang menjalankan isolasi mandiri. Dalam kondisi seperti ini, tetangga menjadi saudara terdekat. Ini adalah salah satu manajemen pandemi Covid-19  yang cukup ciamik yang seharusnya bisa di antisipasi oleh pemerintah, dimana Mensos mengakui bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri melainkan harus didukung oleh inisiatif warga melalui gotong royong.
4. Gotong Royong Sebagai Support System Antar Warga
Di berbagai daerah seperti yang diberitakan oleh media massa online,  merebak kesadaran komunikasi kolektif gotong royong dan perorangan seperti jawa barat, jawa tengah, jawa timur dan di propinsi lainnya. Penulis melakukan riset kecil dengan mengamati media massa yang terkait dengan gotong royong di masa pandemi. Sebagai contoh, Dokter Riyo Pungki Irawan dari Yogyakarta menyadari bahwa ada banyak pasien isoman yang tidak terpantau sehingga ia memutuskan untuk membuka layanan konsultasi kesehatan free, dan mencantumkan nomor WhatsApp pribadinya di Twitter. Seorang peternak bernama Djoky Haryadi di  Purwakarta, Jawa Barat, mengedarkan hasil panennya sendiri kepada orang-orang dari daerahnya yang berada dalam isolasi mandiri. Dia juga membantu memasok vitamin dan mencarikan  tabung oksigen.
Relawan Penanggulangan Covid-19 Elina Ciptadi mencatat berkembangnya kegiatan  membantu pasien isoman merupakan indikasi bahwa jiwa gotong royong masih hidup di kalangan masyarakat Indonesia. Warga di Kabupaten Gresik Jawa Timur gotong royong mengedarkan bantuan kepada warga yang sedang mengalami isolasi mandiri (isoman) dan terkena dampak PPKM Darurat. "Setiap hari Pemkot dibantu warga mempersiapkan  25 paket sembako yang akan dibagikan kepada 15 warga yang sampai saat ini sedang terdampak covid," kata Presenter Metro Today, Yohana Margaretha, dalam acara Metro Today, Kamis, 22 Juli. 2021.
5. Penutup
Sementara itu, berdasarkan survey asosiasi Laporan Covid-19 menemukan sekitar 400 orang telah meninggal  saat menjalani isolasi mandiri sejak Juni lalu.Angka ini didapat dari laporan daerah dan pencarian informasi melalui media online dan komunikasi luas.  Seorang anggota tim penyusun Laporan Covid-19, Said Fariz Hibban mengatakan, informasi tersebut masih merupakan gambaran dari sesuatu yang lebih besar seperti gunung es mengingat masih banyak mereka  yang belum terdata. Jadi peran serta masyarakat dengan gotong royong membantu warga lain yang terkena covid 19 atau yang terkena dampak ekonomi,  masih tetap dibutuhkan sampai pandemi ini berakhir. Jadi nilai-nilai tradisi gotong royong yang masih tumbuh di masyarakat ini sangat membanggakan bukan?
Semoga pandemi lekas usai dan mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan ini. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H