Mohon tunggu...
DIALOG JALANAN
DIALOG JALANAN Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan Dramawan

Acara Talk Show dan Berita Sastra

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Makna Picisan dalam Sastra Horor oleh Arief Akbar Bsa

2 September 2024   14:23 Diperbarui: 2 September 2024   14:26 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dok-Komite Teater dan Film YBHB
Dok-Komite Teater dan Film YBHB
"Sastra Horor" kalau menurut saya ini sesuatu yang seksi untuk dikaji dan dipahami lebih dalam lagi. Akan banyak nilai-nilai *asumsi dan *opini yang sifatnya metafora pembodohan akan ditekan dan dimasak sedemikian rupa sehingga membentuk suatu pola dari keyakinan yang mutlak/absolut. Tentu ini hal yang tak enak didengar bilamana kajiannya cenderung bersifat definitif logika berpikir.


Saya tak akan lari jauh dari konteksnya selain mencermati dari dua sisi tadi, asumsi dan opini. Kita tahu persis perbedaannya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan asumsi adalah dugaan yang diterima sebagai dasar, atau landasan berpikir karena dianggap benar. Sementara, opini adalah pendapat; pikiran, atau pendirian. Dua hal ini tentu berbeda, okelah bab opini dikembalikan lagi kepada si pemilik keyakinannya akan tetapi bab asumsi menurut saya sangat krusial jika dugaannya menjadi separatis dan mengarah pada KONVERGENSI.

Ada contoh kecil dalam realita sehari-hari yang dikisahkan pada sosok dua remaja kembar yang sama-sama *takut teramat sangat (horor) Raksadena dan Ranggadena. (kisah novel Jemari Jingga).

Saat mereka berdua tinggal di atap rumah bangunan kuno nan tua dan hendak menyantap hidangan makan malam bersama, namun Ranggadena lupa membawa air minum yang terletak di lantai paling bawah.

"Bro, gw ambil air minum dulu ya di bawah, kita ngga bisa makan nasi tanpa minum,"

"Gw ikut bro, ayo bareng,"

"Lho, nanti siapa yang jagain nasi di piring, kan banyak tikus dan kucing disini? Sudah biar gw aja yang turun buat ambil air minum,
Lo jagain piring nasi kita, ngga nyampe 2 menit gw udah disini lagi bro,"

"Mendingan gw ngga makan sekalian dari pada lo tinggal sendirian terus gw disamperin kunti dari pojok sana, horor banget bro,"

"Ya sama ajah bro, gw mendingan ngga makan sekalian klo piring nasi kita dijilat-jilat tikus dan kucing, jijik banget, lebih horor buat gw,"

Hanya membutuhkan durasi dua menit Ranggadena harus turun di lantai bawah untuk mengambil air minum, namun dua menit yang sangat mencekam bagi Raksadena, demikian pula ketika berbarengan meninggalkan dua piring yang tergeletak tanpa penjagaan dari tikus dan kucing, itu hal yang menakutkan juga bagi Ranggadena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun