Mohon tunggu...
DIALOG JALANAN
DIALOG JALANAN Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan Dramawan

Acara Talk Show dan Berita Sastra

Selanjutnya

Tutup

Roman

Mencintai Cinta: Afiliasi Novel Jemari Jingga

5 Juni 2023   11:48 Diperbarui: 5 Juni 2023   12:08 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Jarum afiliasi Jemari Jingga)

Oleh Arief Akbar Bsa


Cinta yang agung pada kisah Purwadana putra Dendrayudha dalam mengejar cintanya pada gadis pujaan hatinya Ranggita yang belum berwujud (non jasmani) dalam karya novel Jemari Jingga, adalah penjabaran pada makna cinta yang sesungguhnya dimana bukan tentang sebuah rasa pada kedalaman cinta yang mengusik nilai-nilai kehormatan dan keagungan semata sekalipun berbalut keniscayaan dalam menafsirkan tentang cinta belaka, melainkan lebih mengutamakan pada pemahaman kandungan cinta di atas kecintaan itu sendiri sehingga merasa telah sampai di kedalaman cinta yang sesungguhnya tak lagi ada karena sejatinya ungkapan cinta adalah bahasa hati yang diselimuti cahaya.

Bagi Plato, cinta itu sendiri bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sarana untuk mencapai konsep keindahan tertinggi. Plato memandang bahwa cinta adalah kendaraan untuk dapat menggapai suatu keindahan tertinggi. Terlepas dari 3 konsep "Cinta Platonik", secara tidak langsung Plato juga mengatakan bahwa cinta adalah tentang mengembangkan diri. Dalam pandangannya, cinta menginspirasi orang untuk menjadi lebih baik dan lebih bijaksana. Cinta dapat membawa seseorang pada jalan kebijaksanaan dan kebaikan.

Membicarakan kebaikan sebagai pilar atau landasan pada hakekat cinta, maka perjalanan cinta yang diurai pada kisah Jemari Jingga adalah semata-mata sebagai bahan kajian dalam eskalasi mengenal makna cinta dari sudut pandang bahasa hati. Tidak berpola dan tidak juga berbentuk sebagaimana laiknya dengan hubungan obyektifitas dan subyektifitas yang semu. Membiaskan segala makna dan mereduksi ketergantungan tentang kata cinta itu sendiri bahwa seolah-olah menjadi bagian dari diri kita sendiri yang telah dibenamkannya ruh cinta sebagai pelaku cinta yang sesungguhnya.

"Tidak, jangan samakan air mendidih dengan api sebagai penghantarnya, karena itu adalah dusta dalam kedustaan. Sedikitpun kau tak akan pernah bisa merasakan tentang keduanya dapat menghanguskan kulitmu bilamana anggapanmu selalu sejajar tentang air dan api." ungkap Dasima kala bertemu dengan Purwadana di ruang bintang setelah melewati ruang air dan api. Dari paparan tersebut sangat gamblang jika Dasima (tokoh dalam jemari jingga) tak sependapat dengan Purwadana tentang cinta yang memiliki kesamaan dan keterkaitan dengan kasih. Kata kasih dan kata cinta adalah hal lain yang masing-masing memiliki makna dari peran yang jauh berbeda.

"Love is when a person's happiness is more important than your happiness."

Salah satu roman klasik sastra Barat, Tristan & Isolde adalah kisah seorang Putri, bernama Isolde, yang berjanji untuk menikah dengan seorang Raja Cornwall bernama Mark. Namun, Isolde malah terlibat percintaan bersama keponakan sang Raja, Tristan. Hubungan keduanya diketahui oleh sang Raja. Tristan pun diusir dari Cornwall. Ia kemudian berkelana dan bertemu dengan wanita lain. Tristan menikah dengan wanita tersebut namun selama hidupnya masih merindukan Isolde. Tristan dan Isolde sempat akan melepaskan rindunya setelah berpisah selama bertahun-tahun, namun digagalkan. Keduanya kemudian meninggal dengan memendam kerinduan tanpa pernah bertemu kembali.

Dari paparan kisah cinta tersebut, maka apakah dapat disejajarkan sebagaimana dalam kisah Jemari Jingga yang pada akhirnya sang tokoh utama Purwadana mati lantaran banyaknya luka yang didapat saat perjalanannya mengumpulkan bagian-bagian jasad Ranggita sebelum pertemuan agung tersebut adalah picisan dan layak diolok-olok sebagaimana manifestasi dari cinta yang dangkal?, bukankah cinta adalah cerminan dari sebuah keindahan yang tak bisa ditawar menawar sebagaimana tentang pewarnaan yang tak mengenal warna luka dan duka yang berujung pada penderitaan?.

Penderitaan dalam kacamata kristiani sejatinya dimaknai pula sebagai sarana pernyataan diri dan kasih Allah. Penderitaan dan wafat Yesus merupakan tanda nyata kasih Allah bagi umat manusia. Dalam perspektif alkitab tentu saja derita adalah bagian dari unsur kecintaan yang mendalam tentang mencintai cinta sebagai persekutuan jalinan abadi antara Tuhan dan manusia. Tiada batasan tertentu karena yang ada wujud keberadaanNya adalah cinta itu sendiri yang disebarkan melalui cahaya agung merayapi jiwa-jiwa yang bersemayam pada hati yang terjaga untuk mengenal penderitaan atas nama cinta.

Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan, melainkan menguji kekuatan akarnya. Akar yang kuat akan mampu menopang pohon besar tetap kokoh berdiri sekalipun badai kuat menerjangnya. Demikian pula dengan cinta yang memakai istilah sebagai akarnya, ia akan tumbuh berkembang dari benih pilihan yang membentuk dirinya menjadi besar dan agung melewati berbagai rintangan hingga tercipta akar cinta yang begitu kuat tak terbilang dari penyematan diri dari sentuhan derita dan bahagia.

"Tuhan, Kau perintahkan aku untuk membersihkan wajah, tubuh dan kakiku ini dengan air, lalu dengan apa aku akan membersihkan hatiku ini," maka Tuhan menjawab, dengan keresahan dan kesusahan. Sejalan pada penghambaan sebagai manusia bahwa Ranggita pun memaparkan tubuh dibersihkan dengan air. Hati dibersihkan dengan air mata. Akal dibersihkan dengan pengetahuan. Sedangkan jiwa dibersihkan dengan cinta.

Kalaupun ada segelintir manusia picik yang menghidangkan sajian menu cinta dalam koridor senantiasa bahagia bersahaja, mendiskreditkan seseorang tertentu yang tak layak membicarakan cinta oleh sebab perjalanan cintanya telah mengalami kegagalan dan tragedi, maka dapat dipastikan manusia tersebut lemah akal cenderung autistik dan tidak mengerti pangkal dari kedalaman cinta yang sesungguhnya.

Hal ini akan menjadi persoalan lain jika keterbalikan kembali ditekankan pada penerapan konjungsi koordinatif dimana pada dua kata tersebut dibalik menjadi "cinta mencintai" maka dapat ditafsirkan kata cinta dan semakin cinta sebagai bentuk kata kerja mental yang berafiks konfiks (penguatan imbuhan men dan i) yang sejatinya hanyalah terdapat satu kata saja yaitu cinta. Dari garis semiotika pun seolah menjadi antitesa pada judul tulisannya dengan penerapan dua kata tersebut yang berbeda "mencintai cinta".

Sedikit saya menambahkan perihal manusia picik yang beranggapan pada analogi bahwa percintaannya secara tak langsung terhubung dengan karyanya dalam bahasa pragmatis "janganlah bicara cinta jika cintamu sendiri berantakan dan tragis", maka perhatikanlah satu roman tambahan dibawah ini tentang cinta romantisme.

Bicara soal pasangan romantis, penggemar Tolkien (penulis buku LOR)  biasanya merujuk kepada Aragorn dan Arwen atau Faramir dan Eowyn sebagai "pasangan romantis terfavorit" dalam Middle-earth legendarium. Paling jauh biasanya Beren dan Luthien dalam The Silmarillion. Akan tetapi, sesuai dengan istilah "legendarium" yang melekati karya-karyanya, Tolkien merangkai kisah-kisah kecil dalam narasi utamanya sebagai upaya membentuk 'dunia' yang lengkap, memiliki sejarah dan legenda mereka sendiri. Salah satunya adalah kisah cinta kecil nan terabaikan yang terjadi di Lothlorien-Amroth dan Nimrodel.

Bacalah lagi buku Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring, di adegan saat para Pembawa Cincin mencapai Sungai Nimrodel di Lothlorien ketika Frodo berkomentar bahwa ia sepertinya mendengar nyanyian dalam aliran sungainya, Legolas kemudian bertanya pada mereka:

"Do you hear the voice of Nimrodel?...I will sing you a song of the maiden Nimrodel , who bore the same name as the stream beside which she lived long ago."

Sajak yang dinyanyikan Legolas berkisah tentang Nimrodel, gadis Elf yang tinggal di tepi sungai, yang dicintai oleh raja Elf di Lothlorien bernama Amroth. Dalam kisahnya, mereka terpisah dalam perjalanan ke Aman, negeri abadi kaum Elf di Barat, sang raja menunggunya di atas kapal di sebuah "pelabuhan kelabu" (haven grey), namun sang gadis tak kunjung tiba, sementara kapal sang raja diterjang badai sehingga mengapung menjauh, mendekati Tol Eressea (Lonely Island). Ketika menyadari bahwa dia tak akan bisa lagi bertemu kekasihnya jika kapal itu makin menjauh dari tempat mereka menanti, Amroth mencebur ke laut dan mencoba berenang kembali ke pelabuhan kelabu, namun ia tenggelam di Teluk Belfalas dan tak pernah terlihat lagi. Nimrodel, sementara itu, akhirnya tiba di pelabuhan, namun tak menemukan kapal Amroth.

Legolas menyanyikan sajak itu dengan terputus-putus, sebagian karena sajak itu memang menyedihkan, dan sebagian lagi karena tak ada yang tahu apa yang terjadi pada Nimrodel. Dan memang hanya sejauh itulah yang kita bisa ketahui tentang mereka. Legolas menyambung bahwa walau keberadaan Nimrodel akhirnya tak diketahui lagi, mereka seolah masih bisa mendengar gema suara sang gadis terdengar dari sungai dan air terjun yang dinamai sama dengannya, dan suara Amroth yang dihembus angin Selatan dari Teluk Belfalas tempatnya tenggelam.

"But in the spring when the wind is in the new leaves the echo of her voice may still be heard by the falls that bear her name. And when the wind is in the South the voice of Amroth comes up from the sea; for Nimrodel flows into Silverlode, that Elves call Celebrant, and Celebrant into Anduin the Great, and Anduin flows into the Bay of Belfalas whence the Elves of Lrien set sail. But neither Nimrodel nor Amroth came ever back."

Dengan kata lain, kedua kekasih ini "telah bersatu kembali," walau tak lagi sebagai Elf, karena sungai Nimrodel mengalir ke Belfalas, dan suara Amroth terdengar dibawa angin dari tempatnya tenggelam di Belfalas, seolah dirinya berbahagia menyambut kekasihnya yang menuju padanya.

Dari tiga paparan perjalanan cinta tersebut yang dilukiskan melalui buku cerita dapat disimpulkan bahwa cinta adalah bahasa semesta yang pelakunya akan larut tenggelam dan terbakar di kedalaman dimensi tak terhingga, maka jangan pernah sekali-kali untuk mengguruinya jika kalian enggan tertikam olehnya. Bicara cinta adalah menyapa kehormatan dan keagungan, maka berhati-hatilah dan tempatkanlah pada nilai tertinggi mencapai tingkat mendekati maha tinggi.


*****

Dok Arief Akbar Bsa penulis novel Jemari Jingga
Dok Arief Akbar Bsa penulis novel Jemari Jingga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun