Mohon tunggu...
Dedy Sudirman
Dedy Sudirman Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Sedang Belajar Menulis. Penyumbang Cerita, Fikiran, Gagasan, Pendapat, Kritik dan Saran

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tindakan Sosial Pemerintah Versus KAMI

21 Oktober 2020   08:23 Diperbarui: 24 Oktober 2020   16:39 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SAYA AKAN BAHAS TUTUR BELIAU DARI SISI METODE PRAGMATIK ILOKUSIONER DAN PERLOKUSIONER

Secara perlokusioner pragmatika tutur beliau menunjukkan adanya kesan positif untuk kita bahwa kebenaran itu adalah moral yang menjadi modal utama kita dalam melakukan sesuatu yang dilandasi norma dengan pengetahuan moral praktis. Point saya adalah ini bentuk kejujuran yang masih melekat pada diri Gatot meskipun sudah purna tapi sikapnya tidak berubah sampai sekarang. Kejujuran, moralitas seseorang itu tidak terbentuk sendiri. Ada yang membentuknya. Siapa? Orang tua yang menanam benih benih agama, kebaikan sewaktu dia kecil, remaja, menjadi dewasa yang pada akhirnya menjadi seorang pemimpin yang patut di teladani. Orang seperti inilah yang kita butuhkan sebenarnya untuk menjadikan negara besar yang mempunyai harga diri dan bermartabat. Saya juga bisa melihat dan merasakan dari sisi lingkungan beliau  semasa kecil, remaja yang bergaul dengan orang orang yang baik-baik dan berdampak sampai sekarang kepada beliau dengan sikapnya yang rendah hati, bicara santun itu terlihat jelas. Saya mengira tentara itu karena bekerja harus siaga 24 jam jadi saya pikir mana mungkin tentara bisa belajar, baca buku, dan lain sebagainya. Nggak mungkin! Eh, Ternyata dugaan saya salah besar. Ini buktinya. Bukti yang nyata dari seorang prajurit pintar yang sangat cerdas. Salut pak! Mohon Maaf bapak, saya kadang panggil Gatot kadang panggil beliau kadang juga panggil bapak…

Coba kita bedah tutur beliau dari sisi perlokusioner. Pak Gatot bilang “Saya yakin para ulama berdoa untuk saya menjadi presiden, tapi berdoa juga untuk bangsa ini”. Apa makna perlokusionernya?  Gatot merasa yakin mejadi presiden jika suara Rakyat (suara Tuhan) menghendakinya. Tidak ada yang di sembunyikan dari dirinya. Pure, murni dari suara hati yang begitu jujur dan mendalam. Coba seandainya Gatot bertutur menjadi kesan makna ilokusioner, misalnya Gatot bilang “Tidak mungkin saya jadi presiden, la wong yang milih saya siapa. Partai aja nggak ada”. Itu jawaban yang penuh dengan persembunyian hati. Penipuan secara sadar yang menipu publik. Ada kata kata yang menarik selanjutnya “tapi berdoa juga untuk bangsa ini”. Apa maksudnya? Interpretasi saya secara perlokusioner adalah beliau benar benar prajurit yang DNA nya ada untuk siap siaga, DNA nya ada untuk inteligen, DNA nya ada untuk siap tempur jika kedaulatan bangsa akan hancur, DNA nya ada untuk analisis kedepan, DNA nya ada untuk membaca sejarah dan seterusnya.

Gatot Dilaporkan Ke Polisi

Kapitra politikus PDIP berusaha melaporkan Gatot ke kantor Polisi atas usaha Gatot perwakilan dari KAMI yang telah melakukan tindakan makar telah membuat resah marah pemerintah. Statement Kapitra “Saya mendorong dan mendukung PPJNA 98 untuk mengambil langkah hukum dan melaporkan Gatot Nurmantyo kepada pihak Kepolisian RI,” kata Kapitra di Jakarta, Jumat (18/09/2020). Apalagi, Gatot Nurmantyo ini juga aktif di Koalisi Aksi Selamatkan Indonesia (KAMI), jadi cukup kuat alasan PPJNA ’98 untuk mencari upaya hukum demi menjaga NKRI. “Kami juga siap untuk mendampingi dan mengadvokasi, sepanjang diperlukan,”

Indikasi makar itu adalah pendeklarasian yang terselubung, secara diam-diam. Ini tidak diam-diam. Lantang disuarakan di berbagai kota setelah peresmian KAMI dan pembacaan 8 poin gagasan yaitu:

  1. Mendesak penyelenggara negara, khususnya pemerintah, DPR, DPD, dan MPR untuk menegakkan penyelenggaraan dan pengelolaan negara sesuai dengan (tidak menyimpang dari) jiwa, semangat dan nilai Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, dan diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
  2. Menuntut pemerintah agar bersungguh-sungguh menanggulangi pandemi COVID-19 untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dengan tidak membiarkan rakyat menyelamatkan diri sendiri, sehingga menimbulkan banyak korban dengan mengalokasikan anggaran yang memadai, termasuk untuk membantu langsung rakyat miskin yang terdampak secara ekonomi.
  3. Menuntut pemerintah bertanggung jawab mengatasi resesi ekonomi untuk menyelamatkan rakyat miskin, petani dan nelayan, guru/dosen, tenaga kerja bangsa sendiri, pelaku UMKM dan koperasi, serta pedagang informal daripada membela kepentingan pengusaha besar dan asing.
  4. Menuntut penyelenggara negara, khususnya pemerintah dan DPR untuk memperbaiki praktik pembentukan hukum yang menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945. Kepada pemerintah dituntut untuk menghentikan penegakan hukum yang karut marut dan diskriminatif, memberantas mafia hukum, menghentikan kriminalisasi lawan-lawan politik, menangkap dan menghukum berat para penjarah kekayaan negara.
  5. Menuntut penyelenggaraan negara untuk menghentikan sistem dan praktik korupsi, kolusi dam nepotisme (KKN), serta sistem dan praktik oligarki, kleptokrasi, politik dinasti dan penyelewengan/ penyalahgunaan kekuasaan.
  6. Menuntut penyelenggara negara, khususnya pemerintah, DPR, DPD dan MPR untuk tidak memberi peluang bangkitnya komunisme, ideologi anti Pancasila lainnya, dan separatisme serta menghentikan stigmatisasi kelompok keagamaan dengan isu intoleransi, radikalisme, dan ekstremisme serta upaya memecah belah masyarakat. Begitu pula mendesak pemerintah agar menegakkan kebijakan ekonomi dan politik luar negeri bebas aktif, dengan tidak condong bertekuk lutut kepada negara tertentu.
  7. Menuntut pemerintah untuk mengusut secara sungguh-sungguh dan tuntas terhadap pihak yang berupaya melalui jalur konstitusi, mengubah Dasar Negara Pancasila, sebagai upaya nyata untuk meruntuhkan NKRI hasil Proklamasi 17 Agustus 1945, aga tidak terulang upaya sejenis di masa yang akan datang.
  8. Menuntut presiden untuk bertanggung jawab sesuai sumpah dan janji jabatannya serta mendesak lembaga-lembaga negara (MPR, DPR, DPD dan MK) untuk melaksanakan fungsi dan kewenangan konstitusionalnya demi menyelamatkan rakyat, bangsa dan negara Indonesia.

Kesimpulan

Segala tindakan memiliki konsekuensinya. Melakukan tindakan berarti bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Tindakan KAMI tentunya mempunyai dasar dari resapan aspirasi masyarakat. Aspirasi yang berkembang adalah representasi keresahan, kekecewaan yang tidak terbendung dan tersumbat. Peranan birokrasi yang terkapitalisasi adalah alasan alasan kekecewaan KAMI dalam bentuk protes-protes terhadap isu isu yang terjadi. Tapi KAMI tidak anarkis, mereka taat pada prosedur pemerintah. Mereka mengungkapkan keresahannya melalui tempat yang tempat-tempat yang tepat. Dibalik kegaduhan adalah bentuk perekayasaan dari oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang sedang berada di tempat kejadian.

Masyarakat dibuat tercengang dan bertanya Tanya mengapa sikap, pandangan, tujuan pemerintah semakin tidak melihat apa makna dan dampak dari peristiwa itu. Tapi mayasarakat sadar karena tidak ada kekuatan yang membelanya kecuali hanya suara suara mereka yang mereka ucapkan dengan lantang. Suara itupun tetap terbungkam. Apakah suara suara itu tidak berarti sama sekali oleh pemerintah atau suara suara itu memperkeruh jalan pikiran dan tindakan pemerintah yang telah dibuat?

Hanya dalam penelitian pragmatis formallah kita dapat membangun ide tentang tercapainya pemahaman sehingga dapat mengarahkan kita pada analisis empiris atas masalah masalah seperti representasi level realitas yang berlainan, manifestasi komunikasi atau perkembangan pemahaman yang tidak terpusat. KAMI telah melakukan penelitian itu, KAMI melakukan tindakan praktis, moralis, penuh arti dan makna. Arti dan makna itu tertuang dalam KAMI yang telah di deklarasikan dengan poin poin jelas yang tertuang. KAMI adalah representasi dari suara rakyat, gerakan moral yang tidak berpihak pada situasi politik manapun. Teleologi dari KAMI jelas menyelamatkan bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun