Lebih buruk lagi, bensin dan solar yang digunakan kendaraan bermotor dapat menghasilkan polutan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAHs), senyawa karsinogenik yang sangat kuat. PAHs sering ditemukan di dalam asap knalpot, dan paparan jangka panjang terhadap zat ini dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru, kulit, bahkan kandung kemih.
Emisi gas buang kendaraan menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan karena komponen karsinogeniknya. Emisi ini mengandung zat berbahaya seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan timbal, yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, kesulitan bernapas, dan masalah kesehatan mental (Muslihudin & Amrullah, 2016).
Penelitian Qamarya et al (2022) menunjukkan bahwa paparan asap kendaraan dalam waktu lama dapat berdampak negatif terhadap kualitas kesehatan, khususnya di kalangan petugas polisi lalu lintas. Selain itu, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa peningkatan paparan asap kendaraan berkorelasi dengan persentase kerusakan ginjal yang lebih tinggi pada tikus (Hasnisa et al., 2015). Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa mereka yang tinggal atau bekerja di daerah dengan lalu lintas padat lebih berisiko terkena kanker dibandingkan mereka yang tinggal di daerah dengan udara lebih bersih. Ini menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap asap kendaraan dapat memiliki dampak yang serius bagi kesehatan kita.
Walaupun tidak mungkin menghindari asap kendaraan sepenuhnya, kita bisa melakukan beberapa hal untuk mengurangi paparan. Menggunakan masker dengan filter khusus saat di jalanan atau di area dengan lalu lintas padat bisa membantu mengurangi inhalasi partikel berbahaya. Selain itu, mendukung upaya untuk beralih ke transportasi publik, kendaraan listrik atau kendaraan ramah lingkungan juga penting untuk masa depan yang lebih sehat.
Kesehatan itu penting, dan polusi udara dari asap kendaraan adalah ancaman yang tidak bisa kita abaikan. Semakin banyak kita terpapar, semakin tinggi risiko terkena penyakit serius seperti kanker. So, daripada menyesal di kemudian hari, lebih baik kita mulai waspada dari sekarang, kan?
Setiap kali kamu memutuskan untuk berjalan kaki atau naik transportasi umum, kamu sedang memilih paru-paru yang lebih sehat dan bumi yang lebih bersih.
Referensi :
Hasnisa et. Al (2014). Pengaruh paparan Asap Kendaraan Bermotor terhadap Gambaran Histologi Organ Ginjal Mencit (Mus Musculus). Brawijaya Physics Student Journal.
Muslihudin, M & Amrullah, M. (2016). Model DSS untuk Mengetahui Tingkat Bahaya Asap Kendaraan Menggunakan Metode Fuzzy Multiple Attibute Decision Making (FMADM). Jurnal TAM (Technology Acceptance Model) Vol.6.
Qamarya, N (2022). Pengaruh Risiko Paparan Asap Kendaraan terhadap Kualitas Kesehatan pada Polantas Polres Kota Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan Vol.5 (1).
Susanto, JP (2005). Kualitas Udara Beberapa Kota di Asia (Monitoring Kandungan SO2 Udara Ambien Dengan Passive Sampler). Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT Vol.6 (1)
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.