Mohon tunggu...
Diajeng Ashkia
Diajeng Ashkia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik

Political science student interested in consulting.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ideologi Sebagai Lem Pemersatu Partai Politik

10 April 2022   12:59 Diperbarui: 10 April 2022   13:16 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Miriam Budiardjo, partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisasir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita- cita yang sama. 

Adapun, tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (yang pada umumnya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya. Demokrasi dan kedaulatan rakyat salah satunya diwujudkan melalui representasi pendirian suatu kelompok politik, yakni partai politik. 

Partai politik memiliki posisi dan peranan yang krusial dalam suatu negara demokrasi, kehadiran nya menjadi penghubung dalam menyalurkan aspirasi dan keinginan rakyat. Dalam negara demokrasi, partai berdiri sebagai arena berpartisipasinya para warga masyarakat dalam setiap proses pengelolaan negara. 

Tanpa partai politik, demokrasi tidak akan bekerja dan berjalan sebagaimana mestinya (Muksin, 2018). Akan tetapi hingga saat ini, persoalan dalam sebuah partai politik kiranya masih sering kali terjadi. 

Masih lemahnya pengelolaan manajemen dalam tubuh partai akhirnya mengakibatkan banyaknya kasus perpecahan parpol di Indonesia. Hal ini bukan lah suatu kasus yang baru dalam sejarah perpolitikan di Indonesia, persoalan akan perpecahan partai memang sudah berakar panjang sejak dahulu sampai saat ini. 

Adapun, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik atau perpecahan partai politik terbagi menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor eksternal (Budiatri et al., 2017). Faktor internalnya terdiri dari ideologi partai, koalisi partai yang cair, serta melembaganya kepemimpinan partai yang personal dan oligarkis. 

Sedangkan, faktor eksternal terjadinya perpecahan partai politik saling berkaitan, diantaranya adalah adanya jarak antara partai politik dengan pemilih, minimnya rasa hormat masyarakat terhadap aktivitas partai politik, sedikitnya dana partai politik, serta ketergantungan partai politik pada pemilik modal.

Salah satu studi kasus yang dapat penulis angkat perihal perpecahan partai politik ialah terkait faktor internal perpecahan, yakni oleh sebab faktor ideologi partai. 

Menurut penulis, studi kasus terkait faktor ideologi partai merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk dibahas lebih lanjut karena ideologi berperan juga sebagai pilar yang menopang sebuah partai politik. Diperlukan sebuah ideologi sebagai landasan atau fondasi yang kuat untuk menghindari kasus perpecahan partai politik. 

Akan tetapi, memang studi kasus yang penulis angkat bukan merupakan sebuah fenomena perpecahan partai politik yang terjadi pada era reformasi, sebab pada era sekarang, parpol dikategorikan sebagai catch all parties, yaitu kondisi dimana partai sudah meninggalkan pengkaderan dengan basis nilai moral dan ideologi tertentu karena partai bertujuan untuk menangkap kader yang lebih luas agar dapat memenangkan pemilu, dimana mereka mengklasifikasikan diri mereka sebagai partai terbuka yang tak meletakkan ideologi mereka ke dalam posisi ekstrim kiri maupun kanan. 

Adapun, studi kasus yang ingin penulis angkat pada tulisan ini mengenai perpecahan parpol ialah faksionalisasi PKS pada tahun 2004, dimana PKS terbelah menjadi dua faksi, yaitu faksi keadilan dan kesejahteraan. 

Letak perbedaan antara perpecahan tersebut adalah pada faktor lifestyle dan kerangka pemikirannya, dimana faksi keadilan diisi oleh kader yang lebih idealis, sedangkan faksi kesejahteraan diisi oleh kader yang lebih pragmatis. 

Kemudian, terkait lifestyle, faksi keadilan berkepercayaan bahwa agama Islam menjunjung tinggi kesederhanaan, dan faksi kesejahteraan mempercayai bahwa Islam tidak melarang umatnya untuk hidup lebih dari berkecukupan (kaya). 

Selain kasus tersebut, pada tahun 2008-2010 PKS juga mengalami konflik internal partai akibat adanya perpecahan kepercayaan terkait wacana PKS untuk menjadi partai terbuka yang mengizinkan masyarakat non-Muslim untuk bergabung menjadi kader partai. Keputusan tersebut didasari pada keinginan PKS untuk dapat mencerminkan pluralitas, akan tetapi wacana tersebut justru menimbulkan pro kontra. 

Berdasarkan fenomena tersebut, dapat penulis pahami mengapa ideologi memainkan peran paling krusial dalam berdiri atau runtuhnya suatu kesatuan. Ideologi dapat dikatakan sebagai backbone atau tulang punggung dari partai politik. Semakin erat pemegangan ideologi seorang atau sekelompok orang, semakin kuat pula prinsip dasar yang dimiliki. Dengan prinsip yang kuat dan tegas, then the world is your oyster.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun