Pandangan ini dikuatkan oleh Dwi Andreas Santosa, pakar agraria dari IPB, yang menyatakan bahwa "Bank Tanah berpotensi besar mendukung ketahanan pangan dengan memberikan akses tanah kepada petani kecil."
Sebagai warga perkotaan, saya tidak mengalami langsung kesulitan ini, tetapi banyak cerita dari teman-teman di pedesaan yang menggambarkan betapa pentingnya akses tanah bagi petani kecil. Mereka sering harus menyewa tanah dengan penghasilan yang sangat terbatas. Memberikan akses lahan bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal martabat dan kemandirian.
Bank Tanah dan Keajaiban Pantai Pandawa
Selain sektor agraria, Badan Bank Tanah juga berperan besar dalam pengelolaan aset wisata nasional. Salah satu contoh nyatanya adalah Pantai Pandawa di Bali, yang menjadi destinasi wisata populer. Berdasarkan informasi dari akun Instagram resmi Bank Tanah, lembaga ini mengelola lahan seluas 0,28 hektar di atas tanah dengan status HPL (Hak Pengelolaan).
Tebing eksotis di Pantai Pandawa ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga memberi manfaat besar bagi lingkungan Bali. Melalui pengelolaan yang berkelanjutan, Badan Bank Tanah memastikan bahwa aset ini tidak hanya memberikan dampak ekonomi bagi pariwisata lokal, tetapi juga mendukung kelestarian lingkungan.
Tantangan di Depan
Namun, keberadaan Badan Bank Tanah bukan tanpa tantangan. Transparansi menjadi isu utama. Bagaimana memastikan pengelolaan tanah tidak disalahgunakan? Bagaimana mencegah konflik kepentingan dengan pihak swasta?
Saya teringat cerita seorang teman dari Sumatra yang mengatakan, di desanya, banyak lahan yang dikuasai perusahaan besar, sementara masyarakat lokal kesulitan mengakses tanah untuk bertani. Hal ini mempertegas pentingnya pengawasan masyarakat terhadap kinerja Bank Tanah.
Harapan untuk Masa Depan