Sepanjang jalan raya Empang Belakang Mal BTM seperti biasa terlihat ramai. Jalan ini disesaki toko-toko yang menjual parfum, aneka kebutuhan Haji dan ikan-ikan hias. Namun ada satu toko yang menonjol yaitu kedai Kopi Bah Sipit. Ambience-nya so old sekali. Ah jadi penasaran, kan?Â
Kalau ditarik ke belakang, rupanya jalan Empang ini memang sejak jaman kolonial sudah ditabalkan sebagai perkampungan Arab. Nah orang-orang Tionghoa dikumpulkannya di daerah yang berbatasan dengan jalan raya sepanjang Jalan Suryakencana sampai tanjakan Empang. Sepertinya dari sinilah jejak kopi Bah Sipit bermula.Â
*Vlomaya Kolabs KPK Gerebek Kopi Bah Sipit*
Saya sudah seringkali lewat kawasan ini tapi enggan mampir, karena gak ada teman ngopi. Apa kata dunia lihat emak-emak ngopi sendirian? Hehee...Â
Niat ngopi saya terlaksana juga setelah komunitas Vlomaya (Vlogger Kompasiana) dan KPK (Kompasianer Penggila Kuliner) berkolaborasi gerebek Kopi Bah Sipit dan saya menjadi salah satu peserta terpilih.Â
Saya yang terbiasa menghirup kopi panas dengan creamer atau susu tergoda juga menikmati segelas kopi hitam tanpa gula.Â
Kebetulan ada roti gambang.Â
Rasa roti gambang yang seret dan keras namun manis dengan aroma kayu manis dan butiran wijen sangat serasi ditemani kopi hitam. Perpaduan pahit dan manis. Syedeepp!!!Â
*Kopi Bah Sipit hadir hampir 100 tahun*
Menurut Nancy, keturunan ke tiga Bah Sipit, kedai kopi bermerk "Kopi Bubuk Bah Sipit cap Kacamata" sejak awal dikelola oleh kakeknya, pria keturunan Tionghoa bernama Yoe Hong Keng di tahun 1925.Â
Simbol 'Bah Sipit' dan 'Kacamata' berasal dari julukan masyarakat sekitar yang mayoritas keturunan Arab. Mereka memanggilnya "Bah Sipit".Â
Duh nyess banget. Betapa harmonis ya toleransi beragama dan keinginan saling menghormati masyarakat jalan Empang di masa kolonial saat itu.Â
Kedai kopi Bah Sipit bisa dibilang kedai kopi yang jauh dari kesan "kekinian". Pintu kayu berlipat yang dicat abu-abu dengan penggalan papan menunjukkan jelas nama kedai tersebut. Â
Secara keseluruhan dekorasinya pun gak instagramable. Hanya ada beberapa meja bulat dan kursi yang diatur sedemikian rupa, meja kaca yang ditata berbentuk letter L dan buffet kaca untuk memajang varian kopi yang dijual. Di bagian dinding terdapat puluhan foto jadul yang dijejer rapi.Â
Btw penataan meja dan buffet kaca mengingatkan jaman saya kecil ketika ibu saya berjualan barang-barang kelontong. Gak disangka rupanya kedai kopi Bah Sipit tadinya juga menjual barang-barang kelontong dan akhirnya berfokus menjual kopi.Â
Yang menarik, Kopi Bah Sipit dari dulu tetap dipertahankan baik pengemasan maupun cita rasanya. Kebayang lah ya bubuk kopinya cuma dikemas dengan kertas coklat (kertas sampul buku anak sekolah) dan diberi stempel sederhana tulisan kopi Bah Sipit. Sederhana tapi keingetan terus. Inilah yang menjadi ciri khasnya.Â
Kehadiran kopi bubuk Bah Sipit sangat sederhana  namun mampu memikat hati banyak penggemar kopi. Pembelinya datang bukan hanya warga lokal Bogor aja, tapi masyarakat dari luar kota hingga luar negeri yang berziarah ke masjid keramat di kawasan Empang pasti membeli oleh-oleh kopi bubuk Bah Sipit.Â
Kelezatan kopinya memang natural dan apa adanya. Itu berkat kualitas bubuk kopi yang digiling hanya kopi tulen, tanpa campuran jagung dan lain-lain. Tentunya untuk mendapat biji kopi tersebut ada standar tersendiri. Kopi Bah Sipit hanya menggunakan kopi jenis Arabica dan Robusta yang didapat langsung dari petani lokal yang telah bekerjasama sejak lama.Â
Di usianya yang hampir menginjak 100 tahun kopi Bah Sipit termasuk salah satu bisnis keluarga yang hampir punah. Dua tahun lalu tepat di masa pandemi, orang tua Nancy yang mewarisi usaha kopi Bah Sipit akhirnya menyerah. Di usianya yang sudah senja pilihan untuk pewaris usaha selanjutnya apakah Nancy atau kakaknya yang tinggal di luar negeri.Â
Nancy yang berlatar belakang pendidikan teknik sempat merasa bimbang untuk meneruskan usaha turun temurun tersebut. Namun karena hanya dialah yang paling pas akhirnya Nancy membulatkan hati terjun langsung meneruskan usaha kakeknya.Â
Nancy sengaja mempertahankan citarasa kopi dan dekorasi tempat usaha warisan turun temurun kakeknya yang dijuluki Bah Sipit.Â
Namun ia tidak bisa memungkiri gaya hidup ngopi semakin meluas. Acara ngopi bukan lagi sekedar menyeruput kopi tubruk panas semata. Bila tadinya Kedai Kopi Bah Sipit menjadi tempat rekomendasi oleh-oleh kopi untuk diseduh di rumah, kini para coffee lovers bisa menikmati berbagai varian kopi panas dan dingin di kedai kopi Bah Sipit. Ada kopi bubuk, kopi sachet dan kopi siap minum.Â
Untuk menemani acara ngopi, Nancy sangat picky memilih paduannya. Yang pas yaitu bakpau dan roti gambang yang dibuat sendiri. Next bakal ada cookies juga katanya.Â
Nah saya setuju nih. Roti gambang memang paduan yang paling serasi untuk dinikmati dengan kopi tubruk. Ada manisnya ada pahitnya dan ada kehangatannya.Â
Yups seperti kehidupan aja yang nano-nano dijalani, ada seneng ada sedih tapi tetap harus dinikmati ye khaaan temen-temen  hehehe...Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI