Duh nyess banget. Betapa harmonis ya toleransi beragama dan keinginan saling menghormati masyarakat jalan Empang di masa kolonial saat itu.Â
Kedai kopi Bah Sipit bisa dibilang kedai kopi yang jauh dari kesan "kekinian". Pintu kayu berlipat yang dicat abu-abu dengan penggalan papan menunjukkan jelas nama kedai tersebut. Â
Secara keseluruhan dekorasinya pun gak instagramable. Hanya ada beberapa meja bulat dan kursi yang diatur sedemikian rupa, meja kaca yang ditata berbentuk letter L dan buffet kaca untuk memajang varian kopi yang dijual. Di bagian dinding terdapat puluhan foto jadul yang dijejer rapi.Â
Btw penataan meja dan buffet kaca mengingatkan jaman saya kecil ketika ibu saya berjualan barang-barang kelontong. Gak disangka rupanya kedai kopi Bah Sipit tadinya juga menjual barang-barang kelontong dan akhirnya berfokus menjual kopi.Â
Yang menarik, Kopi Bah Sipit dari dulu tetap dipertahankan baik pengemasan maupun cita rasanya. Kebayang lah ya bubuk kopinya cuma dikemas dengan kertas coklat (kertas sampul buku anak sekolah) dan diberi stempel sederhana tulisan kopi Bah Sipit. Sederhana tapi keingetan terus. Inilah yang menjadi ciri khasnya.Â
Kehadiran kopi bubuk Bah Sipit sangat sederhana  namun mampu memikat hati banyak penggemar kopi. Pembelinya datang bukan hanya warga lokal Bogor aja, tapi masyarakat dari luar kota hingga luar negeri yang berziarah ke masjid keramat di kawasan Empang pasti membeli oleh-oleh kopi bubuk Bah Sipit.Â
Kelezatan kopinya memang natural dan apa adanya. Itu berkat kualitas bubuk kopi yang digiling hanya kopi tulen, tanpa campuran jagung dan lain-lain. Tentunya untuk mendapat biji kopi tersebut ada standar tersendiri. Kopi Bah Sipit hanya menggunakan kopi jenis Arabica dan Robusta yang didapat langsung dari petani lokal yang telah bekerjasama sejak lama.Â
Di usianya yang hampir menginjak 100 tahun kopi Bah Sipit termasuk salah satu bisnis keluarga yang hampir punah. Dua tahun lalu tepat di masa pandemi, orang tua Nancy yang mewarisi usaha kopi Bah Sipit akhirnya menyerah. Di usianya yang sudah senja pilihan untuk pewaris usaha selanjutnya apakah Nancy atau kakaknya yang tinggal di luar negeri.Â