Bukan tidak mungkin negara kita bisa seperti Vietnam yang saat ini telah mengembangkan sistem pertanian cerdas yang meminimalisasi ketergantungan akan air, pupuk dan pestisida sehingga ekspor pertanian Vietnam meningkat drastis. Padahal dulunya Vietnam adalah negara yang pernah mengalami kelaparan.Â
Namun untuk bertransformasi seperti Vietnam butuh langkah panjang. Perlu dukungan ketersediaan data, teknologi GPS, robotic, IoT (Internet of Think) serta Artificial Intelegence. Nah, salah satu pembaharuan implementasi proyek percontohan pertanian digital berfokus pada sisi hulu atau proses budidaya, berupa pemasangan alat sensor tanah dan cuaca untuk lahan seluas 40 hektar, disertai sosialiasi penggunaannya melalui aplikasi kepada petani.
Alat sensor tersebut terintegrasi dengan aplikasi ponsel yang dapat memberikan informasi secara realtime mengenai kondisi tingkat keasaman tanah dan air serta prediksi cuaca di ekosistem sekitar. Dari informasi yang terbaca petani dapat memutuskan langkah apa yang sesuai rekomendasi yang diberikan alat sensor tersebut.Â
Semoga kalangan milenial bisa mengeksplor seluas-luas potensi yang dimilikinya untuk mengembangkan teknologi pertanian berbasis digitalisasi. Karena sekarang sudah bukan jamannya lagi yang namanya petani itu kudet teknologi dan bermasa depan suram. Petani jaman now dituntut melek teknologi dan melek informasi.Â
Terlebih di era digitalisasi ini, dunia maya menjadi pasar yang empuk untuk memperluas pemasaran hasil pertanian. Percayalah, dibalik tantangan yang dihadapi pendapatan di sektor pertanian ini sangat menjanjikan. Untuk itu, sebagaimana disampaikan Tetty DS Ariyanto, M.Par - Komisioner Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) bahwa SDM mumpuni yang memiliki beragam sertifikasi atau keahlian merupakan salah satu faktor yang memiliki andil dalam pertanian berkelanjutan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H