Percakapan di atas menggambarkan sexisme dalam teori transmisogyny karena Ipuy, sebagai seorang waria, merasa perlu untuk menegaskan bahwa orang-orang di sekitar mereka hanya melihat dari segi fisik dan tidak memperhatikan hati atau kepribadian mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa waria dianggap sebagai objek seksual atau hal yang aneh oleh masyarakat, dan bahwa mereka tidak dianggap sebagai individu yang memiliki perasaan dan hak yang sama dengan orang lain.
Selain itu, penggunaan kata "banci" dalam konteks negatif menunjukkan diskriminasi terhadap orang-orang trans dan pengalaman mereka. Penggunaan kata "heran" juga mengindikasikan ketidaktoleranan terhadap perbedaan dan stereotip yang tidak seharusnya ada.
Banyak orang memilih bodo amat ketika orang trans mendapat perlakuan buruk dari masyarakat. Hal ini bukan karena mereka itu jahat, melainkan sudah ada stigma buruk yang ditanamkan atas pelaku trans dari awal. Proses ini dianggap lumrah.
Misalnya, ketika korban diskriminasi bersaksi, banyak orang menganggap reaksi yang benar adalah mempertanyakan kesaksian korban. Lain halnya dengan korban kejahatan perampokan, misalnya, orang dengan mudah percaya pada korban. Tidak ada lagi orang bertanya: “Kamu ditodong? Sebentar, saya ingin dengar dari penodong, apa benar itu terjadi.”
Hal lain yang bisa kita perhatikan sebagai penguat representasi sexisme dalam film Lovely Man adalan adegan Ipuy yang mengenakan pakaian wanita dengan banyak lebam serta luka dapat menggambarkan sexisme dalam teori transmisogyny karena dapat memperkuat stereotip negatif yang menyatakan bahwa orang yang mengidentifikasi diri sebagai wanita tetapi dilahirkan sebagai pria adalah lemah atau rentan menjadi korban kekerasan.
Kondisi tersebut juga dapat mengesankan bahwa kekerasan terhadap orang- orang trans terlihat wajar atau dapat diterima. Hal ini dapat memperburuk stigma dan diskriminasi yang dialami oleh mereka. Oleh karena itu, penting untuk menghindari memperkuat stereotip negatif dan memperjuangkan hak asasi manusia dan kesetaraan gender.
Elemen-elemen diatas mewakili kompleksitas teori transmisogyny dan memberikan wawasan tentang bagaimana pandangan negatif dan prasangka terhadap kelompok ini tercermin dalam dialog dan penggambaran visual. Selain itu, gambar-gambar yang menampilkan kekerasan seksual dan eksploitasi menggambarkan kenyataan serius yang masih dihadapi oleh banyak individu transgender.
Stereotip dan diskriminasi termanifestasi melalui karakter-karakter dalam film saat merespons atau berinteraksi dengan orang transgender perempuan. Dialog-dialog yang merendahkan, cemoohan, dan perlakuan kasar yang dialami oleh karakter-karakter transgender mengungkapkan bahwa film ini menggambarkan masyarakat yang meremehkan dan mengabaikan hak asasi manusia dan martabat kelompok ini. Penting untuk diingat representasi dalam media memiliki dampak yang kuat dalam membentuk pandangan masyarakat tentang berbagai kelompok dan isu. dalam konteks inir, analisis tersebut menegaskan pentingnya kesadaran tentang isu-isu gender.
Satu hal lagi, bagi teman-teman yang memiliki pandangan buruk terhadap transgender, tolong edukasi diri kita lagi untuk menyadari pasang-surut yang dialami pelaku trans dan perempuan-perempuan yang sering dilecehkan hak dan privasinya. Hal ini dapat membantu mendorong toleransi dan kesetaraan di masyarakat dalam membangun pendidikan yang baik untuk menghindari diskriminasi terhadap transgender dan kaum perempuan serta lingkungan adil terhadap sesama gender.
"Keadilan adalah hal yang sangat berharga sehingga tidak ada uang yang dapat membelinya." - Alain Rene Lesage