Ipuy: "terus ngapain lu nyari-nyari gue?" Cahaya: "engga, maaf ga maksud ganggu"
Ipuy: "tadi lu bilang nyari gue. siapa lo! siapa? heh, denger ya kuntilanak! gue tanya sekali lagi, siapa lo!"
Cahaya: "Cahaya"
Ipuy: “Ngapain lu kesini? ngapain? mana ibu kamu? mana ibu lu!" Cahaya: “Aku cumin mau ketemu bapak, ga bilang sama ibu.” Ipuy: “Ga perlu! Naik apa lu kesini?”
Cahaya: “Kereta, aku ga maksud bikin…”
Percakapan di atas menggambarkan sexisme dalam teori transmisogyny karena Ipuy mengasumsikan bahwa Cahaya tidak boleh mencari dan mengenalnya karena Ipuy seorang waria. Ipuy juga menggunakan kata-kata kasar dan mengancam Cahaya dengan sebutan kuntilanak, menunjukkan bahwa dia merasa dihina dan dipermalukan oleh percakapan tersebut. Hal ini merepresentasikan bahwa perempuan mudah dilecehkan oleh kaum lelaki dan trans sekalipun.
Selain itu, Ipuy juga mencoba memperlihatkan bahwa kehadirannya tidak pantas dan tidak diinginkan, menunjukkan pengucilan dan diskriminasi terhadap orang-orang transgender seperti dirinya. Semua tindakan ini memperlihatkan pandangan negatif dan prasangka terhadap orang-orang transgender yang biasa dikenal dengan istilah transmisogyny.
Percakapan pada menit 21:21-22:10
Cahaya: "Bapak kenapa?"
Ipuy: "gak papa, kenapa emang? lu sebenernya malu ga si duduk sama gue" Cahaya: "Engga, bapak malu duduk sama aku?"
Ipuy: "Engga, siapa yang malu? udah biasa kok diliatin orang-orang sekitar sini. gue tau kok apa yang ada dipikiran mereka semua, pasti mereka heran, ada banci, duduk sama anak kecil, berjilbap pula. gue udah tau mereka semua ini melihat hanya dengan mata, ga dengan hati"