Mohon tunggu...
Diah Wati
Diah Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Jember

Mahasiswa Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (Semester 7).Tertarik pada fenomena sosial, ekonomi, dan politik. Aktif dalam aksi pemberdayaan sosial, berkomitmen untuk memberikan dampak positif dan berkontribusi pada pengembangan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Di Bawah Pemerintahan Baru, Mampukah Indonesia Lepas dari Jerat Twin Defisit?

3 November 2024   16:21 Diperbarui: 3 November 2024   16:39 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia kembali menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas ekonominya: twin defisit atau defisit ganda, yang mencakup defisit anggaran (fiscal deficit) dan defisit transaksi berjalan (current account deficit). Dalam istilah sederhana, defisit anggaran terjadi ketika pengeluaran pemerintah melebihi penerimaan negara, sedangkan defisit transaksi berjalan mencerminkan situasi di mana nilai impor suatu negara lebih besar dibandingkan ekspornya. Ketika keduanya terjadi bersamaan, kondisi ini menempatkan Indonesia dalam risiko yang lebih tinggi, terutama terkait stabilitas ekonomi, utang luar negeri, dan daya tahan fiskal.

Apakah pemerintahan baru mampu mengatasi ketergantungan utang luar negeri sebagai solusi defisit ganda?

Menurut ekonom Bank Mandiri, Mohammad Faisal, "tantangan utama dalam mengatasi twin defisit adalah bagaimana pemerintah mampu menyeimbangkan pengeluaran dengan penerimaan tanpa harus terus menerus bergantung pada utang luar negeri" (Faisal, 2024). Faisal menekankan bahwa pengelolaan fiskal yang bijak harus diiringi dengan kebijakan moneter yang mendukung.

Jejak Twin Defisit dalam Sejarah Ekonomi Indonesia

Indonesia telah mengalami twin defisit pada beberapa periode kritis dalam sejarah ekonomi nasionalnya, termasuk di era Orde Baru dan masa awal Reformasi. Di era Orde Baru, pertumbuhan ekonomi yang tinggi seringkali dicapai dengan kebijakan fiskal ekspansif, yang mengakibatkan peningkatan utang publik. Begitu juga pada era Reformasi, ketika Indonesia terpaksa mengambil langkah besar untuk membuka pasar domestiknya, ketergantungan pada impor menjadi salah satu faktor utama penyebab twin defisit.

Bagaimana kebijakan pemerintah di masa lalu dapat menjadi pelajaran bagi pemerintahan saat ini dalam menghadapi twin defisit?

Ahli ekonomi dari Universitas Indonesia, Chatib Basri, menyatakan bahwa "kebijakan fiskal di masa lalu sering kali lebih berorientasi pada pertumbuhan jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampak struktural jangka panjang, yang akhirnya memicu twin defisit" (Basri, 2024).

Upaya Pemerintah Sebelumnya Menangani Twin Defisit

Selama beberapa dekade terakhir, berbagai pemerintahan di Indonesia telah mencoba mengatasi masalah twin defisit ini. Salah satu strategi utama adalah pengetatan anggaran, dengan upaya memotong pengeluaran yang tidak terlalu penting. Pemerintah juga berusaha membatasi impor barang-barang konsumsi untuk mengurangi tekanan pada neraca transaksi berjalan. Di sisi lain, promosi investasi asing juga diharapkan dapat meningkatkan cadangan devisa serta mengurangi defisit.

Namun, menurut data terbaru dari Bank Indonesia (BI), ketergantungan pada impor masih menjadi salah satu penyebab utama defisit transaksi berjalan. Menurut BI, "peningkatan impor barang baku dan barang modal mencerminkan ketergantungan tinggi pada kebutuhan industri, terutama di sektor manufaktur yang belum dapat dipenuhi dari dalam negeri" (Bank Indonesia, 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun