Kado yang tak pernah dibuka
Dengan hati bergetar, Dira kuatkan jarinya untuk mengetik setiap kata di layar leptop miliknya. Mulai melanjutkan lagi skripsinya yang sempat terbengkalai beberapa saat. Dikerahkan semua kekuatannya untuk melawan kesedihan dan bangkit untuk menyelesaikan studi ahirnya.Â
Kini hanya ada sang ibunda tercinta, ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan dana pensiun ayahnya.Â
Dira harus segera lulus agar bisa meringankan beban sang ibu. Terpuruk dan menunda lulus akan menambah masalah baru bagi keluarga Dira.
*********
Hari berganti, bulan berlalu, saatnya ujian skripsi tiba. Bayang-bayang sang ayah selalu membayanginya. Dira harus lulus ujian skripsi sebagai kado untuk ayahnya yang kini tak lagi ada di dunia ini.
05 Juli 2012 Dira dinyatakan lulus. Skripsi ditandatangani oleh dekan dan penguji. Skripsi setebal 300 halaman lebih telah Dira selesaikan.Â
Dira bungkus satu naskah skripsinya sebagai kado untuk sang ayah. Dira simpan di rak yang biasa sang ayah gunakan untuk mengaji atau aktivitas lainya. Dira menuliskan beberapa pesan cinta untuk ayahnya. Berharap meski di lain dunia sang ayah dapat menerima kado cinta darinya, membukanya dan membacanya.Â
"Teruntuk ayahku, engkau bukan sekedar cinta biasa, Meski kadoku tak pernah kau buka, meski wisudaku tak pernah kau saksikan, meski semua moment istimewa dalam hidupku tak bisa lagi engkau dampingi, namun engkau akan selalu menjadi cinta pertamaku. Engkau akan selalu menjadi panutanku. Akan kuajarkan kepada anakku caramu mencintai dengan kelembutan, caramu mengajarkan kelembutan dengan sentuhan, caramu mengajarkan menyentuh dengan kasih sayang, caramu mengajarkan kasih sayang dengan berbagi, caramu mengajarkan berbagi dengan bersyukur dan silatirahmi untuk menyebarkan cinta.
Ayah, engkau bukan hanya sekedar cinta biasa, semoga engkau dapat merasakan cintaku melalui doa doaku. Allahummaghfir lahu, warhamhu, wa 'aafihi wa' fu'anhu, " tulis Dira dalam selembar kertas yang diselipkan dalam skripsinya.
*********