"lah.. udah aku makan bu"
"ya... sudah. Besok bapak cari koran bekas kan banyak ditumpuk habis shalat Idul fitri. Lumayan buat beli beras. Okeh..."
"ibu aja lah, mosok... bapak? Yang pake koran-koran biasane yo barisan ibu-ibu. Bapak kan barisanne... di depan meh dapet pahala segede Onta"
"huueehh.. bapak. Mikir ne ko.. yo... pahala2 terus to. Sing iklas pak ne.. , jenengan ambil koran kanggo beli beras yo pahala juga to pak ne" ceramah Mirna ke suaminya. Dibalas dengan senyuman saja oleh suaminya. Mirna pun menekukkan wajahnya yang diusap oleh suaminya sambil terus membuat jogetan ala tiktok yang lucu.
Mirna terdiam sesaat, dan mengingat ketika kemarin dia bilang tidak punya sandal jepit untuk shalat Idul Fitri. Suaminya hanya tersenyum sambil mengatakan dengan santai, " ya udah ga usah salat Idul Fitri aja." Lalu pamit pergi.
Mirna tak mengindahkan perkataan suaminya. Dia mempersiapkan idul fitri tahun ini dengan hanya nasi dan lauk seadanya. Dia tidak perduli jika besok dia gunakan sandal jepit yang dijepit peniti di bawah telapak sandalnya karena karet sandalnya sudah sangat aus dimakan  waktu. Mereka hanya punya 2 sandal jepit di rumah. Sandal jepit hitam digunakan anaknya kemanapun dia pergi. Sementara sandal jepit aus ini dipakai oleh dia dan suami jika akan berjualan. Â
 Masih terdengar sayup-sayup takbir  dari masjid jami di sekitar rumah Mirna. Mirna pun mengikuti sambil tidur di karpet palembang dan memirsa acara sinetron kesukaannya.  Tak lama berselang, dia sudah tertidur. Udara dingin malam membuatnya terbangun. Dia ambil air wudhu untuk salat lail. Sambil mengenakan kain dan mukena, Mirna teringat suaminya tadi keluar dan dia melihat sandal jepit baru di samping meja makan mereka. Mirna tersenyum dan mengucap Alhamdulillah. Lalu dia lanjut dengan salat lailnya yang tertunda.
Dinda telah menghangatkan sayur opor yang dibuat ibunya kemarin di shubuh itu dan sudah menanak nasi setelah bapaknya membawa beras dan sandal jepit biru untuk ibunya sepulang mengojek semalam. Sementara ibunya tidur kelelahan di karpet palembang yang telah 15 tahun menemani mereka. Dia sendiri yang membukakan pintu untuk bapaknya dan mengambil beras dan sandal untuk disimpan, dia juga yang memasakkan nasi agar besok tidak terburu-buru.
"Ibu, bapak salat subuh." Panggil Dinda di depan kamar ibu dan Bapaknya.
"Alhamdulillahiladzi ba'dama amatana wa ilaihi nusuur" do'a  Mirna dibangunkan putrinya.