Protes adalah cara mereka belajar menyampaikan aspirasi tetapi ketika diketahui sumber pembelajaran apa yang mereka katakan, benar tidak tepat; mereka masih tetap tersenyum dan nampak lucu malah.
"Well, Ms. Trying again, boleh Ms?"
"Why not?"
"My intruduce is Arul. My biograpi is loping futsal" (dengan pronunciation sunda yang kental)
Cukup lama memperbaiki pengucapan dan pola kalimatnya sambil tak henti-hentinya tertawa. Alhamdulillah sang siswa tidak patah semangat dan malu. Di situlah guru merasa berguna.
Semua kejadian-kejadian itu berkembang karena pendidik mendengarkan aspirasi anak-anak ketika mereka menyampaikan FYI (For Your Information) secara tersamar. Nah... Jika sebagai pendidik kita masih menggunakan sudut pandang diri sendiri, terkadang rasa frustasi yang muncul dalam setiap pembelajaran makin bertambah. Saya akhirnya memutuskan lebih banyak mendalami cara-cara anak milenial belajar dibanding dengan metode yang saya pelajari secara teoritis.
Semoga saja hal ini bisa membantu mendorong siswa-siswa belajar dengan menyenangkan.
Salam hangat anak-anakku yang telah belajar bersama. Selamat liburan!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H