Tiga bulan pertama, kelas X kurikulum merdeka masih belajar materi secara umum kebahasaan. Guru bahasa yang mengampu program vokasi perlu melakukan pertemuan lanjutan agar kesulitan di tiap program bisa teratasi. Tiga bulan berikutnya sebelum mengakhiri semester ganjil di tahun pelajaran itu, pergerakan pembelajaran mengarah pada pengenalan dasar- pembuatan karakter gim untuk guru produktif, sementara guru bahasa Asing mengenalkan karakter, sifat, sikap, cara pandang, alur cerita bahkan setting dan latar belakang cerita meski tetap masih dalam standar dasar. Ini khusus untuk siswa yang belajar rekayasa perangkat lunak dan gim.  Bagaimana dengan jurusan lain?
Pada dasarnya sama, hanya ada yang berbeda dalam materi produktif. Itulah masalah terbesar bagi sekolah menengah kejuruan saat ini. Â Kreatifitas guru untuk semua mata pelajaran di sekolah vokasi benar-benar diuji ketika sumber informasi yang akurat terkait pembuatan gim, desain web, pembuatan obat tradisional dan modern, perbaikan motor, perawatan mesin, kreasi hidangan bergizi, pengaturan keuangan lembaga, Seni kriya, seni desain komunikasi visual, Interior dan eksterior disain, Industri kefarmasian, Industri penerbangan harus diupayakan sesuai dengan koridor Industri masih belum terlihat keterkaitan diantaranya.
Terkadang Industri sendiri belum tentu merekrut semua siswa dari jurusan tertentu untuk bekerja di perusahaannya, kecuali mereka yang terampil. Terlepas dari rumitnya hubungan antara sekolah menengah kejuruan dengan dinas terkait dan Industri, pembelajaran harus terus berlanjut alias "Life is going on". Menciptakan manusia terampil, perlu latihan di lapangan yang memadai dengan alat bantu yang cukup pula. Tapi sebagai guru, kita juga harus peka tentang kemampuan sekolah dalam pembiayaan terhadap keberlangsungan pembelajaran dengan segala daya dukungnya.
Oleh karena itu, pembelajaran dimulai dengan strategi pengenalan materi, pencarian informasi dan referensi tentang materi produktif, pendalaman 1 dan penguatan ide dasar penemuan, tindakan profesional, langkah-langkah produksi, penanganan, dan analisis masalah di lapangan. Platform kurikulum merdeka setidaknya membantu guru untuk mejalankannya di lapangan. Diskusi yang diberikan Kemedikbud Republik Indonesia dalam platform itu pun bisa memberikan pencerahan meskipun belum seribu persen tercerahkan.
Pengertian kurikulum merdeka untuk saya dan beberapa teman adalah kebebasan guru mengambil strategi apa saja ketika pembelajaran, setidaknya pasti akan bertemu dengan pembelajaran yang berdeferensiasi. Â Untuk menghadapi hal seperti ini, Â modul memang dibutuhkan tetapi bukan satu-satunya jawaban dari permasalahan tersebut. Di lapangan, kerumitan itu pasti ada tanpa mengurangi keinginan terus bergerak untuk memajukan pembelajaran yang berkualitas sehingga menciptakan sumber daya yang dapat diterima masyarakat. Sumber daya yang tidak hanya memiliki nilai yang harus dipahami tetapi dijalankan sesuai kodratnya "manusia" maka perlu diperbaiki langkah dan analisa dasar yang sudah terkumpul diawal pembelajaran untuk mengemas model dengan ciri-ciri sumberdaya yang dikeluarkan. Â
Akhir dari perjalan kurikulum merdeka ini tergantung dari individu guru yang mengampu dan kolaborasi diantara siswa dan pengelola sekolah dalam mengemasnya. Pilihan menjadi guru bagi sebahagian profesional mungkin dianggap cukup mudah, tetapi ketika berada di lapangan pengendalian diri dalam berperilaku tidak bisa menjadi sebuah platform baku yang ternyata sulit untuk diwujudkan aktualisasinya. Platform merdeka belajar dan mengajar yang dibentuk tersebut bukan sebagai aturan otoriter dan terkesan politis sehingga semua harus dikerjakan dengan sempurna. Platform merdeka belajar dan mengajar cukup menjadi penguat guru mengerakan diri untuk lebih maju  mengubah cara pandang manusia Indonesia saat ini mencapai siswa berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H