Mohon tunggu...
Diah Trisnamayanti
Diah Trisnamayanti Mohon Tunggu... Guru - Pengajar, Ibu rumah tangga, Penulis

I had worked as a teacher at about 23 years. I teach Majoring English in SMK MedikaCom Bandung. Sometime I write in my blog, Facebook, Twitter, Linked, Instagram or Wattpad. I write actually in my spare time after teaching my class. I just wanna to try my positive behavior in order that my students will rise them up more better than me. If I had a lot of trouble to giving lesson, I just send my difficulty to Allah S.W.T.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Langkah Menggerakan Asa untuk Siswa Berkualitas

25 Maret 2023   22:05 Diperbarui: 25 Maret 2023   22:03 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinamika pendidikan di Indonesia kerap kali memunculkan berbagai model dan  strategi yang memompa kreatifitas seorang guru di dunia pengolah sumber daya manusia ini.

Berbagai pilot projek digulirkan, banyak pola pikir yang berubah. Tetapi masih cukup banyak garapan kurikulum merdeka yang hanya menyentuh sampai di kulit ari saja. Sebagai pengajar bahasa di sebuah sekolah vokasi swasta, jujur saja, resapan ilmu dari kurikulum merdeka itu hanya terserap pada orang-orang tertentu yang memang perduli dengan perubahan pendidikan Indonesia yang sangat mengkhawatirkan. Kebanyakan mereka yang memahami berada di sekolah menengah umum (SMA; baca) bukan sekolah vokasi. Meski tidak sedikit saat ini, sekolah kejuruan yang mulai bergeliat untuk menggunakan Kurikulum Merdeka. Bukan karena "Trend" sesaat, tetapi lebih karena itu dapat menguntungkan sekolah dalam mengelola pembelajaran.

Dok. Pribadi Pelatihan Guru Bahasa Inggris MGMP Prov. Jawa Barat
Dok. Pribadi Pelatihan Guru Bahasa Inggris MGMP Prov. Jawa Barat

Betul! guru tidak lagi banyak dituntut membuat administrasi pembelajaran, yang lumayan "ngemos dana" jika kita tercatat sebagai guru honor swasta dan berada di wilayah kabupaten/kota madya. Ternyata, tetap saja sebagai pengganti administrasi; kita harus menambah ilmu sendiri dengan  mengikuti berbagai zoom meeting; biayanya  mulai voucher murah sampai dengan ratusan ribu agar internetnya tidak buruk, tergantung geografi wilayahnya. Perjuangan teman-teman guru jelas tidak kecil. Untuk menumbuhkan kreatifitas sendiri agar dapat  ditularkan pada siswa-siswinya membutuhkan energi serta asupan ilmu yang tepat selain membaca, memirsa; sudah pasti diskusi tentang masalah keseharian siswa, perilaku dan perkembangan informasi psikologi bahkan keilmuan lainnya.   

Bila kita berbicara tentang kreatifitas guru, tentunya itu dapat digali melalui diskusi, membaca bahkan melatih dalam berbagai komunitas pendidikan yang banyak memberikan contoh-contoh baik. Kemampuan guru di kurikulum merdeka dengan platform merdeka belajar dan mengajar; ternyata bukan hanya kreatifitas menelaah materi menyenangkan saja yang harus diserap guru, tetapi dibutuhkan juga kemampuan mengatur pembelajaran dan mengatur siswa dalam kelas.  

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi "Menempa diri untuk kreatifitas pembelajaran berkualitas"

Kurikulum merdeka yang dijalankan di tahun pelajaran sekarang di sekolah kami pada awalnya sangat "messy" atau berantakan meskipun pelatihan diberikan beberapa hari sebelum pencanangan untuk menyamakan persepsi kurikulum merdeka yang akan dijalankan oleh semua guru.

 Setelah berjalan kurang lebih setengah tahun, bukan tambah baik. Tetapi kembali seperti semula, artinya berjalan semua sendiri-sendiri tidak tergabung dalam sebuah kolaborasi program yang bisa menguatkan satu dengan yang lain. Saya saat ini hanya berpikir apakah benar pola pikir yang saya miliki dalam mengaktualisasi kurikulum merdeka atau saya salah memahami pendekatannya, khususnya di bidang bahasa asing? Atau memang para guru kurang waktu untuk menggali lebih banyak tentang bagaimana mengaplikasi pemikiran dalam kurikulum merdeka? Waktu adalah jawaban yang tepat. Itu hanya pengalaman sedikit dari sekolah kami. Di sekolah lain mungkin berbeda.

Bahasa asing "Inggris" di kurikulum 13 terpisah dari program jurusan sementara di kurikulum merdeka ternyata masuk dalam program jurusan sebagai pendukung materi produktif. Guru bahasa dan guru produktif memang harus berkolaborasi kuat. Setidaknya ada indikasi program yang diaktualisasi menggunakan bahasa tertentu setelah kami -- kumpulan guru bahasa Inggris di sekolah vokasi dimana kami mengajar -- bersepakat bahwa tiap jurusan dalam sekolah vokasi harus mengajarkan bahasa sesuai kebutuhan produktif saja. Beberapa teman dari produktif pun memberikan saran hanya pada batas: membaca alat-alat produksi, memahami konsep yang diberikan dari industri seperti cara penggunaan mesin dan menjalankannya. Dalam pertemuan terpisah seorang pengawas guru bahasa bahkan memberikan dukungan untuk membuat buku panduan bahasa Inggris bagi sekolah vokasi yang saat itu memang belum ada. Sayangnya sampai dengan saat ini yang baru kami capai adalah mengeksplorasi apa yang diberikan Industri untuk dipelajari. Tetap saja, ada perubahan mindset para guru untuk menghasilkan output yang berkualitas. Jelas perlu ada perencanaan yang matang dan konsisten untuk mengaktualisasi kerumitan di lapangan.

Perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak tidak bisa dibuat dalam waktu yang singkat, tapi kebutuhan mendesak dalam pembelajaran sementara buku pegangan sebagai referensi pembelajaran dianggap kurang sehingga kesepakatan diantara guru bahasa asing "Inggris" di sekolah kami adalah membuat semampu guru dalam bentuk modul terkait dengan apa yang akan disampaikan sebagai dasar pembelajaran agar dapat dihubungkan dengan kebutuhan kerja di Industri dan pola berpikir efektif yang mudah dipahami dalam membangun usaha sesuai jurusan yang diambil. Ini belum bekerja sama dengan program jurusan. Setelah mendapat pengarahan kesekian kali, kami (guru bahasa Asing "Inggris") meyakinkan diri untuk memperbaiki perencanaan sesuai kebutuhan program jurusan. Kami tetap bergerak begitupun guru mata pelajaran yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun