Mohon tunggu...
Diah sekar wulandari
Diah sekar wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Jangan menyerah kita pasti bisa selalu berusaha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Curahan Hati Seorang Anak Tenaga Medis Pejuang Covid-19

14 Mei 2020   17:08 Diperbarui: 14 Mei 2020   17:07 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia kembali bertambah, hingga Kamis (14/5/2020) jumlah pasien positif virus corona mencapai 16.006  orang. Itu berarti terdapat penambahan sebanyak 568 pasien yang semula berjumlah 15.438  orang.

Dengan bertambahnya pasien Covid-19, sudah dapat dipastikan tugas para tenaga medis dan relawan semakin berat, karena mereka yang menjadi garda terdepan untuk melawan virus corona.

Tak hanya mengenai penanganan pasien, kekhawatiran akan resiko penularan pun tentu mereka rasakan, bukan berarti ketika mereka berada di garda terdepan tidak ada rasa takut akan hal itu. Pasti sebagai manusia mereka mempunyai rasa takut namun tanggung jawab yang diemban sebagai tenaga medis lebih besar dibandingkan rasa takut itu.

Mereka pun harus rela pergi meninggalkan keluarga tercinta di rumah untuk sementara waktu, tentu saja itu bukan keinginan mereka. Atas dasar rasa tanggung jawab lah mereka melakukan hal itu.

Sebagai keluarga dari tenaga medis yang menjadi garda terdepan untuk melawan virus corona, tentu saya merasa bangga terhadap ibu saya yang menjadi perawat. Namun tidak dapat dipungkiri rasa khawatir dan rindu yang dirasakan semakin hari semakin menjadi.

Ibu saya merupakan salah satu perawat rumah sakit swasta di daerah Jakarta yang harus bekerja merawat pasien covid-19. Sudah hampir dua bulan ibu saya bertugas, seperti yang sudah saya katakan perasaan cemas dan khawatir selalu datang, saya sangat takut ibu saya tertular karena beliau melakukan kontak langsung dengan pasien covid-19.

Karena kesibukan menangani pasien covid-19, ibu saya sering sekali menginap di rumah sakit. Kalian sebagai anak pasti akan merasakan kesedihan yang luar biasa, bisa dibayangkan bagaimana rasanya tidur di rumah sakit bukan? belum lagi intensitas pertemuan dengan ibu saya semakin sedikit, itu membuat hati saya sangat sedih.

Setiap ibu saya akan terjun langsung merawat pasien covid-19, beliau selalu mengajak saya untuk melakukan video call melalui Whatsapp.
"Ibu lagi mau siap-siap kerja nak, ini lagi mau pakai APD . Tolong doain ibu ya nak semoga ibu selalu sehat dan dilidungi oleh Allah biar bisa pulang dengan sehat dan selamat," ungkapnya.

Sesak hati saya mendengar hal itu dan tak bisa lagi menahan air mata, pernah saya berbincang mengenai bagaimana pekerjaan beliau di tengah pandemi ini.

"Bagaimana bu kerjanya?pasiennya banyak ya?"

"Baik-baik aja nak, cuma harus pake APD yang berlapis-lapis bikin gerah dan susah nafas karna semuanya tertutup, apalagi kalau sudah pake APD jangankan makan dan minum buat buang air kecil aja gak bisa, karena kalau APD sudah dilepas tidak boleh digunakan lagi. Apalagi APD lumayan langka dan sulit didapat, pasien di rumah sakit lumayan nak ada 12 orang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun