" Sebetulnya, Star Wars dan Avengers juga enggak masuk akal. Tapi kenapa orang-orang masih nonton? Â Karena penonton cuma ingin sejenak melarikan diri dari kenyataan bahwa negeri yang mereka tinggali tak seindah dongeng. Karena mungkin pejabatnya terlalu sibuk nonton sinetron".
Ketiga tokoh penting dalam dunia perfilman ini mengkritik dengan caranya. Apakah salah? Bagi saya, tidak! Karena setiap orang berhak berbicara. Apakah Pak Mahfud salah? Tidak semuanya.Â
Karena dalam twitt tersebut ada terselip ilmu tentang hukum yang penting juga bagi orang awam seperti saya. Bahwa, pengakuan dalam hukum pidana bukan bukti yang kuat, jadi polisi tidak serta merta bisa menahan orang yang mengaku berbuat salah.
Hanya saja yang terlintas pertanyaa di pikiran saya, apa asyiknya menonton sinetron "Ikatan Cinta" yang konon ceritanya muter-muter saja? Mungkin tiada pilihan atau juga karena ikut-ikutan saja, mungkin lho yaaa
Berpikir positif saja bahwa itu semua bentuk kritik Pak Mahfud untuk sutradara, lain kali jangan buat cerita yang muter-muter saja. Walau tak masuk akal, tetapi harus keren seperti film-film Barat.
Atau, Pak Mahfud nonton aja drama Korea yang tidak muter-muter saja. Perpaduan cerita dan aktor tampan yang melengkapi cerita.Â
Eitss...pasti nanti diserang juga dengan warganet kalau Pak Mahfud tidak cinta produk Indonesia.
Begitulah, setiap kita, memang harus "empan papan" yang berati bisa menempatkan diri dalam situasi yang tepat.Â
Kembali pada hormon -hormon dalam tubuh manusia. Antara Pak Mahfud, Mas Hanung, Bang Tere Liye, dan Fiersa Besari masing-masing sedang mencari hormon kebahagiaannya sendiri-sendiri. Tujuan yang sama, dengan cara dan hormon yang  berbeda.Â
Jadi teringat salam di grup sekolah.
Jangan Lupa Bahagia