Menurut literatur yang pernah saya baca, ada 4 hormon kebahagiaan yang telah Tuhan berikan kepada manusia. Ada hormon dopamin, oksitosin, serotonin, dan endorfin.Â
Dopamin atau hormon perasaan baik, bisa dihasilkan dengan makan enak, tidur cukup, dan berolahraga.Â
Hormon cinta atau oksitosin, dengan memeluk, berkasih sayang dengan pasangan, berkasih sayang dengan hewan peliharaan, atau pun berbagi cerita.
 Hormon ketiga adalah serotonin yang berperan mengelola suasana hati dan bisa didapat dari aktivitas ibadah, jalan-jalan, dan merasakan keindahan alam.Â
Hormon terakhir adalah endorfin, sebagai hormon pereda nyeri alami tubuh. Misalnya, mendengarkan musik, tertawa, nonton film atau drama.Â
Yup, mungkin hormon terakhir inilah yang membuat bahagia Bapak Mahfud MD dengan cara menonton sinetron "Ikatan Cinta". Karena bahagia dan lupa dengan segala permasalahan hidupnya _baca: negara_ akhirnya tertulis lah sebuah kalimat yang biasa-biasa saja. Tidak ada salahnya. Mungkin hanya waktunya yang sedikit kurang tepat hingga membuat  tokoh perfilman, pernovelan, dan permusikan tergelitik untuk mengomentari.Â
Apa komentar Mas Hanung? Tertulis dalam story IG-nya. Menggunakan meme dan kata-kata yang menggelitik, " Bubar wae lah son, wes kukut wae negarane" yang artinya, sudah bubar saja, tutup saja negaranya.Â
Mungkin sang sutradara kecewa, mengapa pejabat negara masih sempat menikmati menonton sinetron di tengah PPKM, yang berarti kurangnya rasa empati terhadap penderitaan rakyat kecil. Mungkin seperti itu atau mungkin juga ada penafsiran lain. Entahlah.Â
Lalu, bagaimana dengan Bang Tere Liye, seorang penulis yang juga sangat peduli dengan rakyat dengan gaya penulisannya yang satir. Ditulis dalam akun FB-nya untuk para nakes, berikut cuplikannya,Â
" ... Lagian Bapak/Ibu, berjuang sampai detik penghabisan, kalau nanti sakit, siapa yang bakal meneruskan perjuangannya? Pun lagian, bapak/ibu heroik sekali, di atas sana, elit pemimpin negeri ini boleh jadi malah asyik nonton sinetron, dan dia bangga sekali mengumumkan kegiatan santainya tsb di medsos". Satir bukan?
Ketiga, adalah twit balasan dari Fiersa Besari,Â
" Sebetulnya, Star Wars dan Avengers juga enggak masuk akal. Tapi kenapa orang-orang masih nonton? Â Karena penonton cuma ingin sejenak melarikan diri dari kenyataan bahwa negeri yang mereka tinggali tak seindah dongeng. Karena mungkin pejabatnya terlalu sibuk nonton sinetron".
Ketiga tokoh penting dalam dunia perfilman ini mengkritik dengan caranya. Apakah salah? Bagi saya, tidak! Karena setiap orang berhak berbicara. Apakah Pak Mahfud salah? Tidak semuanya.Â
Karena dalam twitt tersebut ada terselip ilmu tentang hukum yang penting juga bagi orang awam seperti saya. Bahwa, pengakuan dalam hukum pidana bukan bukti yang kuat, jadi polisi tidak serta merta bisa menahan orang yang mengaku berbuat salah.
Hanya saja yang terlintas pertanyaa di pikiran saya, apa asyiknya menonton sinetron "Ikatan Cinta" yang konon ceritanya muter-muter saja? Mungkin tiada pilihan atau juga karena ikut-ikutan saja, mungkin lho yaaa
Berpikir positif saja bahwa itu semua bentuk kritik Pak Mahfud untuk sutradara, lain kali jangan buat cerita yang muter-muter saja. Walau tak masuk akal, tetapi harus keren seperti film-film Barat.
Atau, Pak Mahfud nonton aja drama Korea yang tidak muter-muter saja. Perpaduan cerita dan aktor tampan yang melengkapi cerita.Â
Eitss...pasti nanti diserang juga dengan warganet kalau Pak Mahfud tidak cinta produk Indonesia.
Begitulah, setiap kita, memang harus "empan papan" yang berati bisa menempatkan diri dalam situasi yang tepat.Â
Kembali pada hormon -hormon dalam tubuh manusia. Antara Pak Mahfud, Mas Hanung, Bang Tere Liye, dan Fiersa Besari masing-masing sedang mencari hormon kebahagiaannya sendiri-sendiri. Tujuan yang sama, dengan cara dan hormon yang  berbeda.Â
Jadi teringat salam di grup sekolah.
Jangan Lupa Bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H