Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Seni vs Neurosains: Batik Solo Sebagai Replikasi Meme Budaya?

9 Oktober 2024   19:08 Diperbarui: 10 Oktober 2024   04:42 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Owh, semua melibatkan kerjasama dari begitu banyak orang. Pada proses tersebut, batik menjembatani kepentingan narasi yang semakin hari membuat keterhubungan antara satu individu dengan individu lain dalam kelompok sosial.

Keterhubungan antar individu akan memberi peluang untuk saling bertukar informasi, sehingga memberi input pengalaman baru. Apabila kemudian terjadi recalling memori atas pengalaman- pengalaman tersebut, maka terjadilah proses kreativitas.

Dengan semakin tingginya kecerdasan sosial, semakin tinggi pula kemampuan intelektual tiap-tiap individu yang bergabung menjadi satu; saling berkolaborasi. 

Dari kacamata neurosains, mekanisme kreativitas individu terkonstruksi dari sistem otak yang bekerja secara simultan. Bukan hanya melibatkan sistem limbik, yaitu bagian otak yang teraktivasi tinggi intensitasnya saat kita menggunakan emosi. 

Ada mekanisme otak yang tidak kalah penting dalam pengambilan keputusan seseorang. Yaitu: recalling memory. Pengalaman-pengalaman yang didapat oleh individu disimpan dalam memori implisit maupun episodik.

Memori yang tersebar di berbagai area otak inilah yang kemudian bekerja sama dengan otak emosi mengelola ingatan kita. 

Mengapa Batik Disebut Sebagai Replikator Budaya?

Bergeraknya kebudayaan menghasilkan "meme" (istilah Yunani: mimema) yang merupakan unit dasar transmisi budaya. Sama seperti gen telah menjadi unit dasar transmisi dalam sistem biologis, begitu pulalah meme menjelma menjadi sebuah bentukan dari abstraksi budaya.

Layaknya gedung, konsep, gagasan, bahasa, bahkan moralitas, maka batik pun telah merupa meme budaya.

Serupa gen pada tataran biologis. Meme dalam kajian budaya, dalam hal ini batik telah bermutasi dalam ekologi budaya. Batik konvensional merupa konsep dan gagasan telah bertahan, berkembang, bahkan berkompetisi kemudian ditiru oleh orang lain sebagai batik kontemporer.

Begitulah sebuah meme menjadi replikator dalam ruang lingkup komunitas sosial.

Kemampuan si pembatik menarasikan makna dari batik buatannya menjadikan batik memiliki nilai lebih dari sekadar merangkai titik-titik menjadi corak tertentu. Di mana setiap individu saling bertukar konsep, berbagi informasi baru, mengetengahkan narasi baik dalam bentuk verbal maupun non verbal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun