Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Artikel Utama

Semakin Cantik, Solo Bangkit! Tabur Pesona Daya Kreativitas Anak Negeri

22 Mei 2024   11:33 Diperbarui: 22 Mei 2024   13:55 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antusiasme masyarakat yang tumplek blek; tumpah ruah di Jalan Jensud menuju balaikota Surakarta| dokumentasi pribadi 

Kreativitas memang bukan menciptakan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Namun, kreativitas merupakan wujud dari kecerdasan sosial yang bersifat kolektif.

Siang yang bolong. 15 Mei 2024, panas belum begitu menyengat kala saya melangkahkan kaki menuju Stadion Maladi, Sriwedari.

Ternyata, di sana telah berkumpul ratusan utusan setiap daerah dari 38 propinsi di Indonesia. Tentu saja dengan beragam pernak-pernik pakaian adat dan hasil kerajinan tangan dari berbagai penjuru tanah air.

Solo, sebuah kota kecil. Kota budaya yang sempat mengalami kehancuran. Luluh lantak. Begitu pun dengan berbagai sendi aspek kehidupan masyarakatnya. Semua bagai mati rasa.

Bagi warga Solo, 14 Mei mungkin bukan tanggal mistis. Hanya saja, kami pernah melewati masa kritis. Meskipun memang, 14 Mei 1998 bukanlah peristiwa pertama kali Solo berubah layaknya medan Kurusetra. Jauh hari sebelum itu, Surakarta telah mengalami sekian kali masa-masa tak nyaman.

Salah satu mobil hias pemenang parade mobil hias HUT Dekranas ke-44|dokumentasi pribadi 
Salah satu mobil hias pemenang parade mobil hias HUT Dekranas ke-44|dokumentasi pribadi 

Sebagai salah satu kota yang masuk dalam jejaring kota kreatif di seluruh dunia di bawah naungan UNESCO, tentu saja merupakan kehormatan besar bila Kota Solo menjadi tuan rumah perayaan HUT Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) ke-44.

Ya, sebuah capaian besar bagi kota yang sekian lama merambat melewati masa terjatuh, terjungkal, bangkit, tiarap, klemah, kejedot, kejlungup, or whatever it is.

Namun bukan Solo bila kami tak mampu menggapai langkah maju. Berbalut kearifan lokal, kota yang sempat berlabel sebagai "kota bersumbu pendek" mendidik Solo merengkuh kembali masa gemilang.

Sluman slumun slamet. Sebuah falsafah sosial yang mungkin bagi sebagian orang bukan lagi merupa sebagai filosofi baru. Frugal living yang dijalankan oleh masyarakat Solo berabad lalu menjadikan karakter Solo menjadi tambleg, tatag.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun