Sebagaimana sastra Jawa pada umumnya, dari candra sengkalan pada relief tersebut dapat diketahui bahwa Kori Sri Manganti dibangun pada era pemerintahan Pakubuwana III. Lebih tepatnya pada tahun Jawa 1685 atau 1759 Masehi.
Bila diamati secara cermat, relief-relief di atas Kori Kamandungan maupun Kori Srimanganti mencitrakan bahwa seluruh pusaka ditata mengelilingi (melindungi), tameng (simbol negri) dan mahkota raja.
Perlu diingat, bahwa pada masa itu, tanda-tanda kebesaran, tanda kehormatan, maupun tata krama adalah nilai utama.Â
Meskipun memang sangat menyakitkan bahwa kala itu, hanya untuk mewujudkan tata nilai tersebut, kita harus tunduk pada restu Kumpeni.
Ndalem Purwadiningratan dan Jejak Berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta
Dalam perhitungan kalender Jawa, tepat tanggal 17 Sura 1958 tahun Je atau 23 Juli 2024 yang lalu merupakan peringatan berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta.Â
"Lho, bukannya berdirinya Keraton Solo itu bersamaan dengan berdirinya Kota Solo? Bulan Februari, 'kan?" begitulah tanya saya pada suatu dialog santai bersama seorang narasumber yang enggan disebutkan nama maupun gelar ningratnya.
"Lha iya, pada saat itu boyong kedaton dari Keraton Kartasura ke keraton Surakarta menurut penanggalan Jawa dilaksanakan tanggal 17 Sura 1670 atau lebih tepatnya pas bulan Februari 1745 M," ungkap beliau ringkas.
Di antara berderet keunikan keraton Kasunanan ada hal lain yang tak kalah menarik. Yaitu, salah satu Ndalem Pangeran yang selama ini belum banyak disorot massa.Â
Why? Karena tidak banyak yang memahami bahwa Ndalem Pangeran yang satu ini merupakan unsur penting dalam perjalanan berdirinya Keraton Surakarta.