Bagai hilang akal, kekaguman saya mengalir sebagai keharuan. Tatkala saya berkesempatan menghampiri salah satu peserta cilik, Louis (8 th) yang bersama kakaknya, menggambar sendiri desain baju dan sepatu untuk terjun dalam perhelatan akbar kota Solo.Â
Campur tangan halus sang Ibunda Veronica dalam penuturannya mengatakan bukan hanya tenaga, akan tetapi ada begitu banyak waktu dan materi yang diluangkan secara ajaib demi magisnya kelahiran gambar hasil imajinasi anak sekecil Louis.Â
Kerja sama unik antara orang tua, lingkungan, dan anak telah merupa nilai konkret, sebagai bukti mahirnya tangan kolaborasi demi terciptanya kecerdasan kolektif.
Langit berangsur menjadi kelam menghitam, akan tetapi para penari dari Madura masih berkenan menghadirkan keelokan tarian mereka.Â
Di bawah temaram lampu malam, para penabuh dan penari melanjutkan kembali bincang non verbal mereka. Berbicara lewat atraksi gerak tari. Dimulai dari pukul 19.00 hingga 22.00 WIB halaman depan Balai Kota Surakarta menjadi saksi bisu gelar budaya Madura.
Demikian laporan singkat saya. Dari kota para pecinta seni dan budaya kreatif, Surakarta, sampai jumpa pada gelaran budaya Solo Batik Carnival di tahun berikutnya.
Salam hangat saya,
Penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H